Look at this

Tampilkan postingan dengan label KESEHATAN. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label KESEHATAN. Tampilkan semua postingan

Sabtu, 03 Oktober 2020

Materi SMK Keperawatan : SOP Tindakan Keperawatan Kompres Dingin

ALAT DAN BAHAN KETERAMPILAN KEPERAWATAN “KOMPRES KOMPRES DINGIN”

NO

ALAT / BAHAN

JUMLAH

1

Air biasa

Secukupnya

2

Baki

1 buah

3

Waslap/kain kasa dengan ukuran tertentu

2 buah

4

Perlak

1 buah

5

Sampiran bila perlu

1 buah

6

Selimut bila perlu

1 buah

7

Lap

1 buah

Tujuan :

1. Merelaksasi otot dan menurunkan kontraktilitasnya

2. Vasokontriksi menurunkan permeabilitas kapiler menurunkan aliran darah, memperlambat metabolisme soluler

3. Meredakan nyeri dengan memperlambat kecepatan konduksi saraf dan menghambat inpuls saraf, menyebabkan mati rasa, bekerja sebagai counterirritant, meningkatkan ambang nyeri.

4. Meredakan pendarahan dengan konstriksi pembuluh darah, meredakan edema dengan mengurangi permeabilitas kapiler

Indikasi :

1. Spasme otot

2. Inflamasi

3. Nyeri

4. Cedera traumatik

TINDAKAN KEPERAWATAN “ KOMPRES DINGIN”

No

ASPEK YANG DI NILAI

Pengertian: Kompres Dingin adalah Memberikan rasa Dinginpada daerah tertentu dengan menggunakan cairan atau alat yang menimbulkan Dingin pada bagian tubuh yang memerlukan.

A.

1.

Tahap Pra Interaksi

Memvalidasi kebutuhan pasien

2.

Mencuci tangan

3.

Menempatkan alat di dekat pasien

B.

1.

Tahap Orientasi

Memeberikan salam terapetik

2.

Menjelaskan tujuan pada pasien & klg

3.

Menjelaskan prosedur pada pasien & klg

4.

Menyakan kesiapan pasien

C.

1.

Tahap Kerja

Cuci tangan dan perhatikan privacy klien

2.

Pasang perlak pada area yang akan dikompres

3.

Masukkan waslap/kain kasa kedalam air biasa lalu diperas sampai lembab

4.

Letakkan waslap/kain kasa tersebut pada area yang akan dikompres

5.

Ganti waslap/kain kasa tiap kali dengan waslap/kain kasa yang sudah terendam dalam air biasa.

6.

Diulang-ulang sampai suhu tubuh turun

D

1

Tahap Terminasi

Mengevaluasi hasil tindakan

2

Berpamitan dengan pasien & keluarga

3

Membereskan & mengembalikan alat ke tempat semula

4

Mencuci tangan

5

Mencatat kegiatan dalam lembar catatan keperawatan

Catatan Keperawatan:

Materi SMK Keperawatan : SOP Tindakan Keperawatan Kompres hangat

ALAT DAN BAHAN KETERAMPILAN KEPERAWATAN “KOMPRES DINGIN”

1. KOMPRES HANGAT

NO

ALAT / BAHAN

JUMLAH

1

Air dengan suhu 50-60° C

Secukupnya

2

Baki

1 buah

3

Buli-buli

1 buah

4

Handuk

1 buah

5

Termometer air HANGAT

1 buah

6

Lap

1 buah

Tujuan :

1. Merelaksasi otot dan meningkatkan kontraktilitasnya

2. Meningkatkan aliran darah, melunakkan eksudat

3. Meredakan nyeri

4. Mengurangi kaku sendi dengan menurunkan viskositas dan meningkatkan distensibilitas

Indikasi :

1. Spasme otot

2. Inflamasi

3. Nyeri

4. Kaku sendi

TINDAKAN KEPERAWATAN“ KOMPRES HANGAT”

No

ASPEK YANG DI NILAI

Pengertian: Kompres Hangat adalah Memberikan rasa hangat pada daerah tertentu dengan menggunakan cairan atau alat yang menimbulkan hangat pada bagian tubuh yang memerlukan.

A.

1.

Tahap Pra Interaksi

Memvalidasi kebutuhan pasien

2.

Mencuci tangan

3.

Menempatkan alat di dekat pasien

B.

1.

Tahap Orientasi

Memeberikan salam terapetik

2.

Menjelaskan tujuan pada pasien & klg

3.

Menjelaskan prosedur pada pasien & klg

4.

Menyakan kesiapan pasien

C.

1.

Tahap Kerja

Cuci tangan dan perhatikan privacy klien

2.

Bersihkan buli-buli HANGAT dengan cara : mengisi buli-buli dengan air HANGAT, kencangkan penutupnya kemudian membalik posisi buli-buli berulang-ulang, lalu kosongkan isinya

3.

Isi buli-buli dengan air HANGAT sebanyak kurang lebih ½ atau 1/3 dari buli-buli tesebut. Lalu keluarkan udaranya dengan cara :

  • letakkan atau tidurkan buli-buli di atas meja atau tempat datar.
  • Bagian atas buli-buli di lipat sampai kelihatan permukaan air di leher buli-buli
  • Kemudian penutup buli-buli di tutup dengan rapat/benar

4.

Periksa apakah buli-buli bocor atau tidak lalu keringkan dengan lap dan bungkus dengan handuk

5.

Letakkan atau pasang buli-buli pada area yang memerlukan kompres HANGAT

6.

Kaji secara teratur kondisi klien untuk mengetaui kelainan yang timbul akibat pemberian kompres dengan buli-buli HANGAT, seperti kemerahan, ketidak nyamanan, kebocoran, dsb.

7

Ganti buli-buli HANGAT setelah 30 menit di pasang dengan air HANGAT lagi, sampai indikasi membaik

D

1

Tahap Terminasi

Mengevaluasi hasil tindakan

2

Berpamitan dengan pasien & keluarga

3

Membereskan & mengembalikan alat ke tempat semula

4

Mencuci tangan

5

Mencatat kegiatan dalam lembar catatan keperawatan

CATATAN KEPERAWATAN:

Selasa, 29 September 2020

Materi SOP Memandikan Pasien di atas Tempat Tidur Untuk SMK Asisten Perawat

KELAS XII ASISTEN PERAWAT

GURU MAPEL: Ns. Yesica Tria E, S.Kep

“KETERAMPILAN ASISTEN PERAWAT PERSONAL HYEGINE”

MEMANDIKAN PASIEN DI TEMPAT TIDUR

NO

ALAT / BAHAN

JUMLAH

1

Baskom berisi air dingin dan air hangat

2 buah

2

Pakaian pengganti

1 buah

3

Selimut mandi

1 buah

4

Handuk

2 buah

5

Waslap

2 buah

6

Tempat pakaian kotor

1 buah

7

Sabun

1 buah

8

Minyak kayu putih/Bedak/lotion

1 buah

9

Sampiran

Tujuan :

1. Menjaga kebersihan tubuh, menghilangkan bau badan.

2. Mengurangi infeksi akibat kulit kotor.

3. Memperlancar sistem peredaran darah, syaraf dan merelaksasikan otot.

4. Menambah kenyamanan pasien.

Indikasi pasien :

Pada pasien baru, terutama bila kotor sekali dan keadaan umumnya memungkinkan.

KETERAMPILAN KEPERAWATAN PERSONAL HYEGINE

“ MEMANDIKAN PASIEN DI TEMPAT TIDUR “

NO

ASPEK YANG DI NILAI

A.

1

Tahap Pra Interaksi

Memvalidasi kebutuhan pasien

2

Mencuci tangan

3

Menempatkan alat di dekat pasien

B.

Tahap Orientasi

Memberikan salam terapeutik

1

Menjelaskan tujuan pada pasien & klg

2

Menjelaskan prosedur pada pasien & klg

3

Menanyakan kesiapan pasien

C.

1

Tahap Kerja

Menutup pintu, gorden, gunakan sampiran

2

Mencuci tangan

3

Memakai hand scoon

4

Memakai masker

5

Memakai gaun

6

Memindahkan bantal dari tempat tidur

7

Mengganti selimut tidur dengan selimut mandi

8

Atur posisi pasien

9

Membentangkan handuk di bawah kepala pasien

10

Memakai wash lap

11

Membersihkan muka, telinga, leher menggunakan sabun

12

Membilasi dengan air bersih

13

Keringkan dengan handuk

14

Turunkan selimut mandi, Buka pakain atas lalu bentangkan handuk diatas dada pasien

15

Letakkan tangan pasien di atas dada pasien, bersihkan , keringkan dengan handuk (lakukan pada kedua tangan, mulai dari tangan yang terjauh dari perawat)

16

Letakkan handuk di sisi pasien, bersihkan daa dan perut pasien, lalu keringkan dengan handuk

17

Miringkan pasien ke kiri, bentangkan handuk, bentangkan handuk di bawah punggung pasien, bersihkan punggung sampai glutea, keringkan dengan handuk, miringkan pasien ke kanan dan lakukan hal yang sama. Kembalikan posisi pasien terletang dan pasang pakaian atas.

18

Letakkan handuk di bawah lutut, buka pakaun bawah lalu bersihkan kaki. Kaki yang paling jauh didahulukan dan keringkan dengan handuk..

19

Ambil handuk dan letakkan di bawah glutea. Pakaian bawah perut dibuka, lalu bersihkan daerah lipatan paha dan genitalia.

20

Setelah selesai, pasang kembali pakaian dengan rapi

21

Mengganti selimut mandi dengan selimut pasien

22

Meletakkan bantal dibawah kepala pasien

D.

1

Tahap Terminasi

Mengevaluasi hasil tindakan

2

Berpamitan dengan pasien & keluarga

3

Membereskan & mengembalikan alat ke tempat semula

4

Mencuci tangan

5

Mencatat kegiatan dalam lembar catatan keperawatan

CATATAN KEPERAWATAN:

Rabu, 21 November 2018

Makalah Teori Keperawatan Komunitas The Clutterbuck Minimum Data Matrix (CMDM)


BAB I
PENDAHULUAN
1.1  Latar Belakang
            Di era globalisasi ini, pelayanan kesehatan telah mengalami perubahan besar di seluruh dunia karena adanya ledakan pengetahuan, global, kemajuan teknologi, perubahan ekonomi dan perpindahan penduduk. Perubahan tajam dalam pelayanan kesehatan mendesak terjadinya perubahan tajam dalam sistem pendidikan ilmu kesehatan. tuntutan akan praktek berbasis bukti dan hasil yang diarahkan oleh data dan disiplin ilmu masing-masing tenaga kesehatan, mengharuskan tenaga kesehatan untuk aktif dalam pemikiran kritis dan penalaran klinis serta penjalinan kolaborasi  yang erat antar tenaga kesehatan sesuai dengan disiplin ilmu masing-masing demi terwujudnya suatu pelayanan kesehatan yang ideal bagi klien.
Tuntutan perkembangan zaman itu akhirnya  mengubah  sistem pelayanan kesehatan terutama pelayanan asuhan keperawatan di Amerika Serikat dan seluruh dunia untuk merancang dan melaksanakan program profesi kesehatan yang mempersiapkan siswa untuk praktek dalam paradigma kesehatan yang akan sangat berbeda dari yang ada saat ini dan untuk bekerja dengan semakin beragam dan independen pada  populasi klien. Oleh karena itu dirancanglah suatu mekanisme pengajaran yang ideal bagi mahasiswa dengan teori The Cloutterbuck Minimum Data Matrix (CMDM).
The Cloutterbuck Minimum Data Matrix (CMDM) adalah mekanisme pengajaran yang dirancang untuk menghasilkan basis komprehensif informasi klien prasyarat untuk tingkat mendalam analisis kritis dan sintesis yang dibutuhkan untuk menghasilkan hasil perawatan kesehatan yang berkualitas di abad ke-21. CMDM mengasumsikan perspektif interdisipliner dan mendidik siswa untuk mengenali dan menggabungkan keragaman klien ke dalam strategi untuk perawatan.
Oleh karena itu, kami tertarik membahas suatu mekanisme pengajaran yang dibutuhkan untuk menghasilkan hasil perawatan kesehatan yang berkualitas di abad ke-21 dengan the CMDM. Makalah ini menjelaskan bagaimana CMDM digunakan untuk memandu pemilihan dan konten organisasi strategi serta belajar mengajar untuk kursus keperawatan komunitas kesehatan tingkat senior dalam program sarjana muda.
1.2  Rumusan Masalah
1.      Apa pengertian teori The Clutterbuck Minimum Data Matrix (CMDM) itu?
2.      Bagaimana aplikasi Penerapan The Clutterbuck Minimum Data Matrix (CMDM) untuk program Perawatan Kesehatan Masyarakat?

1.3  Tujuan Penelitian
1.      Untuk mengetahui teori The Clutterbuck Minimum Data Matrix (CMDM)
2.      Untuk mengetahui Bagaimana aplikasi Penerapan The Clutterbuck Minimum Data Matrix (CMDM) untuk program Perawatan Kesehatan Masyarakat









BAB II
PEMBAHASAN
2.1  Definisi The Clutterbuck Minimum Data Matrix (CMDM)
The Cloutterbuck Minimum Data Matrix ( CMDM ) adalah mekanisme pengajaran yang dirancang untuk menghasilkan dasar informasi klien yang luas sebagai prasyarat untuk analisis kritis dan sintesis tingkat mendalam .Hal ini dibutuhkan untuk dapat menghasilkan perawatan kesehatan yang berkualitas di abad ke-21 . CMDM ini mengambil pandangan dari berbagai disiplin ilmu serta mendidik siswa untuk mengenali dan menggabungkan keragaman klien ke dalam strategi keperawatan .
Informasi yang dihasilkan oleh CMDM menciptakan profil klien yang komprehensif yang mencerminkan realitas subyektif dan obyektif mereka. Kedalaman dan keluasan data CMDM akan diperlukan untuk memecahkan masalah yang efektif , analisis kritis , dan perencanaan strategis untuk pemberdayaan klien dan perawatan kesehatan yang berkualitas hasil dalam paradigma yang muncul .








2.2              Aplikasi Penerapan The Clutterbuck Minimum Data Matrix (CMDM) untuk program Perawatan Kesehatan Masyarakat

Tahap satu, yang digambarkan di bagian kiri gambar tersebut, mencakup data tentang seperangkat yang dapat diukur , karakteristik yang dapat diamati secara empiris , atau variabel , diketahui dapat berpengaruh pada kesehatan . Data dikumpulkan dalam model yang dibagi menjadi tiga dimensi : personal , situasional , dan struktural . Variabel dimensi personal/pribadi mewakili konteks intrinsik klien dan menggambarkan psikososial - spiritual , gaya hidup , perilaku , dan karakteristik fisiologis - genetik ( misalnya, usia , etnis, budaya , kesehatan dan status mental , diagnosis medis , tingkat pendidikan ) . Variabel dimensi situasional merupakan konteks mikro klien dan menggambarkan kondisi obyektif  eksternal kepada klien ( misalnya , pendapatan , asuransi kesehatan , status perkawinan , keluarga dan dinamika masyarakat ) . Variabel dimensi struktural merupakan konteks makro klien dan menggambarkan kesehatan dan kebijakan sosial , serta ekonomi , faktor sosial - tingkat yang dipilih politik , ideologi , dan lainnya yang secara langsung atau tidak langsung mempengaruhi kesehatan klien dan status fungsional , perilaku kesehatan , dan hasil kesehatan . Publikasi asli dari model tersebut memberikan daftar yang lebih rinci dan inklusif variabel di bawah masing-masing dimensi model ( Cloutterbuck & Cherry , 1998) .
Tanda panah pada Gambar tersebut mewakili kedinamisan , gerakan siklis seluruh lima fase CMDM , serta unsur-unsur pemikiran - pengolahan ( yaitu , analisis , sintesis , berpikir kritis ) yang terlibat dalam pertimbangan penting dari banyak variabel faktor dalam pemecahan masalah tertentu untuk unit analisis , baik individu, keluarga , kelompok, atau masyarakat . Analisis dan sintesis dari data yang dikumpulkan dalam fase satu , relatif terhadap unit analisis yang menarik , menghasilkan keunikan , profil unik komprehensif yang mencerminkan realitas subyektif dan obyektif klien . Profil klien ini digunakan sebagai dasar untuk menentukan kesehatan klien dan status fungsional sepanjang sehat-sakit dan kemandirian-ketergantungan kontinum dalam fase dua , yang digambarkan di bagian tengah gambar tersebut . Sebagai contoh, ketika individu adalah unit analisis , penempatan sepanjang kontinum kesehatan - penyakit bisa berkisar dari kesehatan yang kuat sampai mendekati kematian , dan penempatan sepanjang kontinum kemandirian-ketergantungan mdimulai dari mampu sepenuhnya hingga benar-benar lumpuh . Penempatan didasarkan pada informasi penilaian obyektif dan subyektif perawat .
Penempatan klien kontinum sepanjang  fase kedua akan menentukan tingkat intervensi yang dibutuhkan dalam fase tiga , yang digambarkan di bagian kanan atas gambar tersebut : tingkat primer, sekunder , atau pencegahan tersier. Tingkat pencegahan yang dipilih tergantung pada tujuan yang diinginkan untuk mencapai , mempertahankan , atau mengembalikan status kesehatan dan kemampuan fungsional . Pencegahan primer meliputi intervensi kesehatan - mempromosikan yang dirancang untuk mencegah terjadinya penyakit. Pencegahan sekunder meliputi intervensi yang mengacu pada diagnosis dini sebelum tanda-tanda dan gejala klinis terjadi dan pengobatan yang tepat pada penyakit. Pencegahan tersier meliputi pengobatan penyakit dan rehabilitasi untuk mengurangi jumlah kecacatan dan mencegah perkembangan lebih lanjut dari penyakit ( McKeown & Hilfinger Messias , 2006) .
Pada tahap empat , yang digambarkan di bagian kanan bawah gambar tersebut, lokus , atau pengaturan , sesuai untuk mengelola intervensi yang diidentifikasi (yaitu , rumah sakit perawatan akut , komunitas , fasilitas perawatan jangka panjang ) .
Pada tahap lima , yang digambarkan di bagian tengah bawah gambar tersebut, kualitas dan efektivitas hasil perawatan dievaluasi , dan variabel yang telah memfasilitasi dijadikan sebagai hambatan untuk gerakan klien. Jika kebutuhan untuk perawatan terus berlangsung, analisis data dalam fase lima menunjukkan , profil klien diperbarui dan berfungsi sebagai dasar untuk memulai lagi dalam model tahap satu .
Penggunaan utama dari CMDM adalah untuk mengumpulkan data dan menganalisis data tersebut dalam dimensi personal , situasional , dan struktural. Penentuan dibuat pada hasil analisis ini membentuk dasar untuk perencanaan strategis untuk intervensi yang efektif . CMDM menekankan pada beragam konteks di mana kehidupan dan kesehatan terjadi . Ini membantu siswa mengambil makna dari berbagai input data, sehingga mendorong siswa untuk lebih komprehensif , perspektif holistik .
2.3 Penerapan CMDM pada Keperawatan Komunitas
2.3.1 Kurikulum Fokus
The CMDM memberikan fokus dan tujuan yang berbeda untuk keperawatan komunitas kedalam tiga cara . Pertama , variabel dimensi individu yang menekankan karakteristik seperti usia , jenis kelamin, ras , diagnosa medis , status kesehatan fisik dan mental , dan perilaku gaya hidup . The CMDM menambahkan variabel situasional dan struktural untuk dipertimbangkan . Penambahan variabel-variabel ini memperluas perspektif siswa, jangkauan yang lebih komprehensif dari faktor-faktor yang secara langsung dan tidak langsung mempengaruhi individu, keluarga , masyarakat , dan kelompok.
Kedua , CMDM membantu siswa fokus pada komunitas dan masyarakat dengan melihat masyarakat sebagai unit analisis , ketimbang hanya melihat individu sebagai unit analisis , dengan masyarakat sebagai konteks atau latar belakang informasi . Fokus memfasilitasi diskusi intervensi berbasis populasi dan pengembangan program , yang merupakan konsep dalam keperawatan kesehatan komunitas ( Stanhope & Lancaster , 2006) .
Ketiga , menganalisis variabel dalam model tiga dimensi di lima fase yang memberikan fokus khas yang memfasilitasi " gambaran besar " pandangan kesehatan dan sistem pengiriman yang menumbuhkan perawatan kesehatan klien dalam konteks masyarakat yang lebih luas . Klien sebagai analisis unit individu tidak lagi dikonseptualisasikan hanya dalam hal pengaturan perawatan akut , dimana intervensi terutama pada tingkat individu dan fokus pada pencegahan tingkat sekunder dan tersier. The CMDM memperluas pandangan klien sebagai anggota keluarga dan masyarakat yang dipengaruhi oleh kesehatan dan kebijakan sosial.
The CMDM juga mendorong siswa untuk menekankan pada pencegahan primer bagi individu dan kelompok di dalam masyarakat yang memiliki status kesehatan yang baik dan kemampuan fungsional . Intervensi keperawatan dalam kasus tersebut mungkin memerlukan pembuatan rencana kesehatan untuk mendukung kesehatan individu dan kelompok dengan baik, atau bekerja dengan Departemen Kesehatan Masyarakat pada program imunisasi .
Model ini juga membantu siswa menganggap keragaman klien sebagai harapan dalam populasi dan mendukung perawatan yang kompeten secara budaya . Ini memberdayakan klien untuk perawatan diri dengan mempertimbangkan parameter kontekstual realistis yang diidentifikasi melalui analisis profil klien yang dihasilkan dalam fase dari salah satu gambar CMDM (Gambar ) . Model ini mendorong siswa untuk fokus pada advokasi dan mediasi masalah kesehatan di tingkat individu, keluarga , populasi , komunitas , dan kebijakan .
Akhirnya , model mempersiapkan siswa untuk menavigasi dalam lingkungan perawatan kesehatan kontemporer , yang ditandai dengan kekacauan dan ambiguitas , dan untuk bekerja dengan individu dan masyarakat semakin beragam .

2.3.2 Rangkaian Isi dan Urutan
CMDM ini digunakan untuk memberikan arahan untuk kedua sifat dan urutan rangkaian isi komunitas keperawatan kesehatan senior. Jika rangkaian keperawatan kesehatan masyarakat ditawarkan sebelumnya pada tahun senior, model ini dapat disesuaikan agar sesuai dengan penempatannya dalam kurikulum .
Konsep model ini digunakan untuk struktur seluruh rangkaian . Model tiga dimensi : personal , situasional , dan struktural, yang digunakan untuk mengatur isi dari masing-masing kelas , dan tiap kelas meliputi pembahasan tentang status kesehatan klien dan kemampuan fungsional , sehat-sakit , tingkat pencegahan , lokus perawatan , dan hasil kesehatan potensial . Diskusi kelas biasanya berpusat pada lima fase model , menyediakan siswa dengan kesempatan untuk memahami keterkaitan antara fase . Sebagai contoh, siswa menganalisis data sosial ekonomi bagi masyarakat yang berbeda dan kritis membahas dampaknya pada kualitas hasil perawatan kesehatan dan pendidikan dalam komunitas ini . Urutan konten juga diarahkan oleh CMDM tersebut . Pada hari pertama kelas , gambaran dari model disajikan , dan siswa menerapkan variabel personal , situasional , dan struktural untuk dua contoh kasus . Salah satu contoh kasus melibatkan seorang individu yang menerima pelayanan perawatan di rumah , kasus contoh kedua menyajikan masalah dalam populasi anak usia sekolah . Contoh kasus yang melibatkan individu diperkenalkan terlebih dahulu karena siswa familiar dengan menerapkan teori untuk individu . Karena siswa baru mulai belajar tentang dasar populasi praktik keperawatan , penerapan teori untuk populasi anak usia sekolah dalam kasus contoh kedua menyajikan lebih dari sebuah tantangan . Selama kelas kedua dan ketiga , siswa belajar tentang konsep masyarakat dan menerapkan model untuk masyarakat sebagai unit analisis . Variabel situasional juga dibahas dalam kelas ini . Di kelas kemudian, variabel struktural ditekankan . Sebagai contoh, selama kelas yang membahas pembiayaan perawatan kesehatan dan pengiriman , diskusi difokuskan pada bagaimana variabel di tiga dimensi , terutama dimensi struktural , mempengaruhi akses ke perawatan .
2.3.3 Strategi Belajar Mengajar
Contoh kasus sangat penting untuk belajar model CMDM di kelas . Selain itu, contoh-contoh kasus aktual dan hipotetis dibahas dan dianalisis secara teratur dalam konferensi klinis . Siswa diminta untuk menerapkan model contoh kasus dalam setiap pemeriksaan kursus dan menerapkan model kritis dalam jurnal klinis mingguan . Konten yang disajikan oleh pembicara yang diundang dan presentasi video yang juga dibahas dalam konteks CMDM tersebut
Model ini juga digunakan untuk memandu dan memfasilitasi penyelesaian masalah di masyarakat. Tugas ini merupakan proyek pengkajian komunitas kelompok belajar di mana siswa sesuai dengan model CMDM untuk kedua tingkat populasi dan komunitas - tingkat unit analisis . Tugas termasuk memilih kerangka penilaian masyarakat ( model CMDM ) , melakukan penilaian masyarakat ( membuat profil klien ) , dan mengidentifikasi populasi berisiko berdasarkan analisis profil masyarakat yang menempatkan di beberapa titik di sepanjang status kesehatan dan kemampuan fungsional. Tugas juga meminta siswa untuk mengidentifikasi diagnosa, mengembangkan populasi yang berfokus pada intervensi keperawatan , termasuk pengembangan program , pencegahan di tingkat primer, sekunder, dan tersier , menerapkan populasi berfokus intervensi keperawatan , dan mengevaluasi intervensi keperawatan melalui penilaian dari hasil perawatan .
Sebuah alat penilaian masyarakat berdasarkan CMDM dikembangkan. Alat ini mengarahkan siswa untuk mengumpulkan data obyektif dan subyektif ( kuantitatif dan kualitatif ) pada variabel personal , situasional , dan struktural . Data kuantitatif dalam dimensi pribadi (misalnya , usia, etnis ) yang tersedia dari sumber-sumber seperti sensus. Informasi tentang variabel yang berhubungan dengan kesehatan dapat diperoleh dari negara bagian, catatan biostatistical dan epidemiologi , dan dari program lokal dan layanan data . Data kualitatif pada variabel dimensi pribadi ( misalnya , keyakinan kesehatan dalam masyarakat ) dapat dikumpulkan dari wawancara key informan.
Data kuantitatif dalam dimensi situasional ( misalnya , pendapatan , status perkawinan , perumahan ) juga dapat diperoleh dari sensus. Data subyektif pada topik-topik seperti persepsi masyarakat terhadap keamanan dan ketersediaan sistem komunikasi darurat dapat diperoleh secara kualitatif melalui focus group dan wawancara key informan.
Setelah pengumpulan data lengkap dan dianalisis , profil klien pada unit analisis masyarakat muncul . Profil ini digunakan sebagai dasar untuk melakukan langkah-langkah, misalnya, sistem kemampuan fungsional komunikasi darurat masyarakat dalam peristiwa serangan bioteroris atau bencana alam . Diagnosis keperawatan yang tidak memadai dari sistem komunikasi darurat masyarakat , didukung oleh bukti dari profil klien yang mungkin perlu diperhatikan . Sebuah contoh dari intervensi keperawatan, pencegahan mungkin menjadi rekomendasi pemerintah daerah bahwa mereka merencanakan dan mengatur pengembangan sistem komunikasi darurat fungsional . Secara hipotesis , berbagai pemangku kepentingan masyarakat seperti pemerintah daerah , bisnis , polisi , rumah sakit , dan anggota masyarakat akan diidentifikasi untuk terlibat dalam perencanaan dan pelaksanaan pengembangan sistem komunikasi darurat yang memadai .









BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
The CMDM ini menyediakan kerangka kerja yang berguna untuk mengajar masyarakat keperawatan kesehatan karena model dapat diterapkan pada tingkat individu , keluarga , masyarakat , atau masyarakat yang memprihatinkan. Model ini memberikan fokus khusus untuk Latihan keperawatan kesehatan masyarakat dan memandu sifat dan urutan yang berisi latihan pemilihan pengaturan praktikum, seleksi siswa, dan identifikasi strategi belajar-mengajar.
CMDM adalah model yang efektif untuk mempersiapkan siswa untuk praktek di abad 21. Ini tantangan bagi siswa untuk mengidentifikasi dan menganalisis secara kritis berbagai faktor yang mempengaruhi dan berhubungan dengan kesehatan serta fungsi beberapa unit analisis ( yaitu , individu, keluarga , populasi , komunitas ) dan untuk memasukkan faktor ini ke dalam perencanaan dan pemberian perawatan mereka . Selain itu, memiliki siswa melintasi model lima fase memberikan siswa dengan kesempatan untuk merefleksikan tampilan gambar besar dari perawatan kesehatan, sistem, dan konteks yang kompleks di mana kehidupan dan kesehatan terjadi. Model CMDM membantu mempersiapkan siswa untuk menghadapi perubahan yang terjadi dalam sistem perawatan kesehatan dan menjadi lebih efektif dalam pekerjaan mereka dengan populasi klien yang semakin beragam dan independen. Institusi perguruan tinggi  didorong untuk menggunakan CMDM dalam program sarjana dan melaporkan pengalaman mereka dalam literatur. Model ini juga membantu siswa menganggap keragaman klien sebagai harapan dalam populasi dan mendukung perawatan yang kompeten secara budaya .
3.2 Saran
CMDM adalah model yang efektif mempersiapkan siswa untuk praktek di abad 21. Amerika Serikat adalah salah satu Negara yang menerapkan model The Clutterbuck Minimum Data Matrix (CMDM) ini. Sebaiknya sistem pendidikan keperawatan di Indonesia mulai menerapkan model ini guna merancang dan melaksanakan program profesi kesehatan yang mempersiapkan siswa untuk praktek dalam paradigma kesehatan yang akan sangat berbeda dari yang ada saat ini dan untuk bekerja dengan semakin beragam dan independen pada  populasi klien.



DAFTAR PUSTAKA
Brathwaite, A.C. (2003). Selection of a conceptual model/framework for guiding
research interventions.

C Jane,dkk. Journal Of Nursing Education http://search.proquest.com/assets/r20141.1.1-2/core/spacer.gif 37,9 (Dec 1998): 385-393;The

Cloutterbuck Minimum Data Matrix: A teaching mechanism for the new millennium. Diakses pada 25 Maret 2014 (http://search.proquest.com/docview/203956230?accountid=31434)

 

Cloutterbuck, J.C., & Cherry, B.S. (1998). The Cloutterbuck Minimum Data Matrix:

A teaching mechanism for the new millennium. Journal of Nursing Education, 37, 385-393.

Internet Journal of Advanced Nursing Practice, 6, 38-49. Retrieved march 25, 2014,

Selasa, 20 November 2018

MAKALAH KOMUNIKASI UMUM TENTANG KOMUNIKASI INTRAPERSONAL


Bab I
Pendahuluan
1.1 Latar Belakang
Komunikasi ada dimana-mana dan terjadi kapan saja,komunikasi menyentuh segala aspek hidup kita.Dengan komunikasi kita dapat menjalin hubungan saling pengertian,menyebarkan ilmu pengetahuan,dan melestarikan peradapan.Tujuan dari pembentukkan makalah ini adalah untuk mengetahui tahapan-tahapan komunikasi terkhusus komunikasi intrapersonal.
Komunikasi intrapersonal adalah komunikasi yang terjadi pada diri komunikan sendiri,sebelum melakukan komunikasi sosial atau dengan orang lain seseorang melakukan komunikasi intrapersonal terlebih dahulu.Dengann demikian kokmunikasi interapersonal ini sangat penting bagi aspek kita semua dan perlu diperhatikan dengan baik karna merupakan pemicu bentuk komunikasi lainnya.
Berdasarkan latar belakang diatas penulis tertarik untuk membahas tahap-tahap dan aspek-aspek yang mempengaruhi komunikasi intrapersonal.
1.2 Rumusan Masalah
1.Bagaimana pengolahan informasi pada komunikasi intrapersonal?
2.Mengapa orang berfikir?
3.Bagaimana tahapan berfikir kreatif?
4.Bagaimana cara memecahkan persoalan (problem solving)?
1.3 Tujuan
1.Untuk mengetahui pengolahan informasi pada komunikasi intrapersonal.
2.Untuk mengetahui mengapa orang berfikir.
3.Untuk mengetahui tahapan berfikir kreatif
4.Untuk mengetahui cara memecahkan persoalan (problem solving).
1.4 Manfaat
Hasil dari makalah ini diharapkan bermanfaat bagi para pembaca,
untuk mengetahi tahap-tahap komunikasi interpersonal dan aspek-aspek yang mempengaruhinya.

Bab II
Isi
Deskripsi :
Bab ini akan menguraikan bagaimana orang menerima informasi, mengolahnya,menyimpannya, dan menghasilkannya kembali. Proses pengolahan informasi, yang disini kita sebut komunikasi intrapersonal, meliputi sensasi, persepsi, memori, dan berpikir. Sensasi adalah proses menagkap stimuli. Persepsi ialah proses memberi makna pada sensasi sehingga manusia memperoleh pengetahuan baru. Dengan kata lain, persepsi mengubah sensasi menjadi informasi. Memori adalah proses menyimpan informasi dan memanggilnya kembali. Berpikir adalah mengolah dan memanipulasikan informasi untuk memenuhi kebutuhan atau memberikan respons.
I. Sensasi
Tahap paling awal dalam penerimaan informasi ialah sensasi. Sensasi berasal dari kata “sense”, artinya alat penginderaan, yang menghubungkan organism dalam lingkungannya. “Bila alat-alat indera mengubah informasi munjadi impuls-impuls saraf – dengan ‘bahasa’ yang difahami oleh (‘komputer’) otak – maka terjadilah proses sensasi,” kata Dennis Coon (1977:79). “Sensasi adalah pengalaman elementer yang segera yang tidak memerlukan penguraian verbal, simbolis, atau konseptual, dan terutama sekali berhubungan dengan kegiatan alat indera, “ tulis Benyamin B. Wolman (1973:343).
Apa pun definisi sensasi, fungsi alat indera dalam menerima informasi dari lingkungan sangat penting. Melalui alat indera, manusia dapat memahami kualitas fisik lingkungannya. Lebih dari itu, melalui alat inderalah manusia memperoleh pengetahuan dan semua kemampuan untuk beribteraksi dengan dunianya. Tanpa alat indera manusia sama, bahkan mungkin lebih dari rumput-rumpuan, karena rumput dapat juga mengindera cahaya dan humiditas (Lefrancois, 1974:39).
Mungkin benar anggapan filsuf John Locke bahwa “there is nothing in the mind except what was first in the senses” (tidak ada apa-apa dalam jiwa kita kecuali harus lebih dulu lewat alat indera). Dan benar juga anggapan filsuf lain, Berkeley, bahwa andaikan kita tidak mempunyai alat indera, dunia ini tidak akan ada. Anda tidak tahu ada harum rambut yang baru disemprot hairspray, bila tidak ada indera pencium. Sentuhan lembut istri Anda tidak akan disadari, kalau indera peraba Anda sudah mati. Lalu Anda tidak mendengar ada yang membisikkan ucapan kasih di telinga Anda, tidak melihat senyum manis yang dialamatkan kepada Anda. Dunia Anda tidak teraba, terdengar, tercium, terlihat – artinya tidak ada sama sekali.
Sampai di sini, kita hanya membicarakan factor situasional yang mempengaruhi sensasi. Ketajaman sensasi juga ditentukan oleh factor-faktor personal. Pada tahun 30-an, beberapa orang peneliti menemukan bahwa phenylthiocarbomide (ptc) yang terasa pahit bagi sebagian orang tidak pahit bagi yang lain. “We live in different taste wolds”, kata Blaksley, salah seorang di antara peneliti tersebut. Sebetulnya, ia bukan hal yang aneh; banyak orang mengetahui bahwa masakan Padang yang sangat pedas bagi orang Jawa, ternyata biasa-biasa saja bagi orang Sumatera Barat. Perbedaan sensasi, dengan begitu, dapat disebabkan oleh perbedaan pengalaman atau lingkungan budaya, di samping kapasitas alat indera yang berbeda. Sebagaimana kacamata menunjukkan berbagai ukuran, seperti itu pula alat indera yang lain (walaupun tidak ada kaca lidah, kaca kulit, atau kaca kuping).
Perbedaan kapasitas alat indera menyebabkan perbedaan dalam memilih pekerjaan tau jodoh, mendengarkan music, atau memutar radio. Yang jelas sekali, sensasi mempengaruhi persepsi.Contoh kasus persepsi: Kasus belajar
· Proses belajar (membaca buku) dari diri manusia diawali dengan sensasi,yaitu proses menangkap stimulasi dari luar dan dari dalam diri manusia.Stimulasi dari dalam berupa suasana hati yang gembira (karna beasiswa sudah cair) dan stimulasi luar berupa buku yang dibaca,dua stimulasi ini diterima oleh alat penerima dab diubah menjadi energi saraf untuk disampaikan ke otak.
II. Persepsi
Persepsi adalah pengalaman tentang objek, peristiwa, atau hubungan-hubungan yang diperoleh dengan menyimpulkan informasi dan menafsirkan pesan. Persepsi adalah memberi makna pada stimuli inderawi (sensory stimuli). Hubungan sensasi dengan persepsi sudah jelas. Sensasi adalah bagian dari persepsi. Walaupun begitu, menafsirkan makna informasi inderawi tidak hanya melibatkan sensasi, tetapi juga atensi, ekspektasi, motivasi, dan memori (Desiderato, 1976:129). Persepsi ditentukan oleh factor personal, factor situasional, dan perhatian.
II.1 Perhatian (Attention)
“Perhatian adalah proses mental ketika stimuli atau rangkaian stimuli menjadi menonjol dalam kesdaran pada sat stimuli lainnya melemah”, kata Kenneth E. Andersen (1972:46). dalam buku yang ditulisnya sebagai pengantar pada teori komunikasi. Perhatian terjadi bila kita mengkonsentrasikan diri pada salah satu alat indera kita, dan mengesampingkan masukan-masukan melalui alat indera yang lain.
Faktor Eksternal Penarik Perhatian.
Apa yang kita perhatikan ditentukan oleh faktor-faktor situasional dan personal. Faktor situasional terkadang disebut sebagai determinan perhatian yang bersifat eksternal atau penarik perhatian (attension getter). Stimuli diperhatikan karena mempunyai sifat-sifat yang menonjol, antara lain: gerakan, intensitas stimuli, kebaruan, dan perulangan.
Gerakan.
Seperti organisme yang lain, manusia secara visual tertarik pada objek-objek yang bergerak. Kita senang melihat huruf-huruf dalam display yang bergerak menampilkan nama barang yang diiklankan. Pada tempat yang dipenuhi benda-benda mati, kita akan tertarik hanya kepada tikus kecil yang bergerak.
Intensitas Stimuli.
Kita akan memperhatikan stimuli yang lebih menonjol dari stimuli yang lain. Warna merah pada latar belakang putih, tubuh jangkung ditengah-tengah orang pendek, suara keras dimalam sepi, iklan setengah halaman dalam surat kabar, atau tawaran pedagang yang paling nyaring di pasar malam, sukar lolos dari perhatian kita.
Kebaruan (Novelty).
Hal-hal yang baru, yang luar biasa, yang berbeda, akan menarik perhatian. Beberapa eksperimen juga membuktikan stimuli yang luar biasa lebih mudah dipelajari atau diingat. Karena alasan inilah maka orang mengejar novel yang baru terbit, film yang baru beredar, atau kendaraan yang memiliki rancangan mutakhir, (karena itu pula mengapa umumnya istri muda lebih disenangi dari istri pertama). Pemasang iklan sering memanipulasikan unsur kebaruan ini dengan menonjolkan yang luar biasa dari barang atau jasa yang ditawarkannya. Media massa juga tidak henti-hentinyamenyajikan program-program baru. Tanpa hal-hal yang baru. Tanpa hal-hal yang baru, stimuli menjadi monoton, membosankan, dan lepas dari perhatian.
Perulangan.
Hal-hal yang disajikan berkali-kali, bila disertai dengan sedikit variasi, akan menarik perhatian. Di sini, unsur “familiarity” (yang sudah kita kenal) berpadu dengan unsur “novelty” (yang baru kita kenal). Perulangan juga mengandung unsur sugesti: mempengarihi bawah sadar kita. Bukan hanya pemasang iklan , yang mempopulerkan produk dengan mengulang-ulang “jingles” atau slogan-slogan, tetapi juga kaum politisi memanfaatkan prinsip perulangan. Emil Dofivat (1968), tokoh aliran publisitik Jerman, bahkan menyebut perulangan sebagai satu di antara tiga prinsip penting dalam menaklukkan massa.
Faktor Internal Penaruh Perhatian.
Faktor-faktor biologis.
Dalam keadaan lapar, seluruh pikiran didominasi oleh makanan. Karena itu, bagi orang lapar yang paling menarik perhatiannya adalah makanan. Yang kenyang akan menaruh perhatian pada hal-hal yang lain.
Faktor-faktor Sosiopsikologis.
Sosiopsikologis adalah suatu studi ilmiah tentang pengalaman dan tingkah laku individu-individu dalam hubungan dengan situasi sosial.contohnya:Berikan sebuah foto yang menggambarkan kerumunan orang banyak di sebuah jalan sempit. Tanyakan apa yang mereka lihat. Setiap orang akan melaporkan hal yang berbeda. Tetapi seorang pun tidak akan dapat melaporkan berapa orang terdapat pada gambar itu, kecuali kalau sebelum melihat foto mereka memperoleh pertanyaan itu.
3.2.2. Faktor-faktor Fungsional yang Menentukan Persepsi.
Faktor fungsional berasal dari kebutuhan, pengalaman masa lalu dan hal-hal lain yang termasuk apa yang kita sebut sebagai faktor-faktor personal. Yang menentukan persepsi bukan jenis atau bentuk stimuli, tetapi karakteristik orang yang memberikan respon pada stimuli itu. Dalam suatu eksperimen, Levine, Chein, dan Murphy memperlihatkan gambar-gambar yang tidak jelas kepada dua kelompok mahasiswa. Gambar tersebut lebih sering ditanggapi sebagai makanan oleh kelompok mahasiswa yang lapar daripada oleh kelompok mahasiswa yang kenyang. Persepsi yang berbeda ini tidak disebabkan oleh stimuli, karena gambar yang disajikan sama pada kedua kelompok. Jelas perbedaan itu bermula pada kondisi biologis mahasiswa.
Dari sini, Krech dan Crutchfield merumuskan dalil persepsi yang pertama: persepsi bersifat selectif secara fungsional. Dalil ini berarti bahwa objek yang mendapat tekanan dalam persepsi kita biasanya objek-objek yang memenuhi tujuan individu yang melakukan persepsi. Mereka memberikan contoh pengaruh kebutuhan , kesiapan mental, suasana emosional dan latar belakang budaya terhadap persepsi. Bila orang lapar dan orang haus duduk di restoran, yang pertama akan melihat nasi dan daging, yang kedua akan melihat limun atau coca-cola. Kebutuhan biologis menyebabkan persepsi yang berbeda.
Kerangka Rujukan (Frame of Reference)
Faktor-faktor fungsional yang mempengaruhi persepsi lazim disebut sebagai kerangka rujukan. Dalam kegiatan komunikasi, kerangka rujukan mempengaruhi bagaimana orang memberi makna pada pesan yang diterimanya.
Menurut Mc David dan Harari (1968:140), para psikolog menganggap konsep kerangka rujukan ini amat berguna untuk menganalisa interpretasi perseptual dari peristiwa tang dialami.
3.2.3. Faktor-faktor Struktural yang Menentukan Persepsi.
Faktor-faktor struktural berasal semata-mata dari sifat stimuli fisik dan efek-efek saraf yang ditimbulkannya pada sistem saraf individu. Para psikolog Gestalt, seperti Kohler, Wartheimer (1959), dan Koffka, merumuskan prinsip-prinsip persepsi yang bersifat struktural. Prinsip-prinsip ini kemudian terkenal dengan teori Gestalt. Menurut teori Gestalt, bila kita mempersepsi sesuatu, kiat mempersepsinya sebagai suatu keseluruhan. Kita tidak melihat bagian-bagiannya, lalu menghimpunnya.
Menurut Kohler, jika kita ingin memahami suatu peristiwa, kita tidak dapat meneliti fakta-fakta yang terpisah, kita harus memandangnya dalam hubungan keseluruhan. Untuk memahami seseorang, kita harus melihatnya dalam konteksnya, dalam lingkungannya, dalam masalah yang dihadapinya.
Dari prinsip ini, Krech dan Crutchfield melahirkan dalil persepsi yang kedua: Medan perseptual dan kognitif selalu diorganisasikan dan diberi arti. Kita mengorganisasikan stimuli dengan melihat konteksnya. Walaupun stimuli yang kita terima itu tidak lengkap, kita akan mengisinya dengan interpretasi yang konsisten dengan rangkaian stimuli yang kita persepsi.
Dalam hubungan dengan konteks, Krech dan Crutchfield menyebutkan dalil persepsi yang ketiga: Sifat-sifat perseptual dan kognitif dari substruktur ditentukan pada umumnya oleh sifat-sifat struktur secara keseluruhan. Menurut dalil ini, jika individu dianggap sebagai anggota kelompok, semua sifat individu yang berkaitan dengan sifat kelompok akan dipengaruhi oleh keanggotaan kelompoknya, dengan efek yang berupa asimilasi atu kontras.
Karena manusia selalu memandang stimuli dalam konteksnya, dalam strukturnya, maka ia pun akan mencoba mencari struktur pada rangkaian stimuli. Struktur ini diperoleh dengan jalan mengelompokkan berdasarkan kedekatan atau persamaan. Prinsip kedekatan menyatakan bahwa stimuli yang berdekatan satu sama lain akan dianggap satu kelompok.
Dari prinsip ini, Krech dan Crutchfield menyebutkan dalil persepsi yang keempat: Objek atau peristiwa yang berdekatan dalam ruang dan waktu atau menyerupai satu sama lain, cenderung ditanggapi sebagai bagian dari struktur yang sama.
Dalam komunikasi, dalil kesamaan dan kedekatan ini sering dipakai oleh komunikator untuk meningkatkan kredibilitasnya. Ia menghubungkan dirinya atau mengakrabkan dirinya dengan orang-orang yang mempunyai prestise tinggi.
Contoh kasus persepsi (lanjutan dari sensasi) :
· Persepsi amat bergantung pada perhatian yaitu saat kita memusatkan diri pada buku bacaan (kita tidak memikirkan hal lain),selain itu dipengaruhi oleh faktor fungsional kita adalah kebutuhan kita membaca buku karna ujian.
3.3. Memori
Dalam komunikasi intrapersonal, memori memegang peranan penting dalam mempengaruhi baik persepsi (dengan menyediakan kerangka rujukan) maupun berfikir (yang akan kita uraikan nanti).
Memori adalah sistem yang sangat berstruktur, yang menyebabkan organisme sanggup merekam fakta tentang dunia dan menggunakan pengetahuannya untuk membimbing perilakunya, “ini definisi dari Schlessinger dan Groves (1976:352). Setiap saat stimuli mengenai indera kita, setiap saat pula stimuli itu direkam secara sadar atau tidak sadar.
Secara singkat, memori melewati tiga proses: perekaman, penyimpanan dan pemanggilan. Perekaman (disebut encoding) adalah pencatatan informasi melalui reseptor indera dan sirkit saraf internal. Penyimpanan (storage), proses yang kedua, adalah menentukan berapa lama informasi itu berada beserta kita, dalam bentuk apa dan dimana. Penyimpanan bisa aktif atau pasif. Kita menyimpan secara aktif, bila kita menambahkan informasi tambahan. Kita mengisi informasi yang tidak lengkap dengan kesimpulan kita sendiri. Mungkin secara pasif terjadi tanpa perubahan. Pemanggilan (retrieval), dalam bahasa sehari-hari, mengingat lagi, adalah menggunakan informasi yang disimpan (Mussen dan Rosenzweig, 1973:499).
3.3.1. Jenis-jenis Memori
Kita tidak menyadari pekerjaan memori pada dua tahap yang pertama. Kita hanya mengetahui memori pada tahap ketiga: pemanggilan kembali. Pemanggilan diketahui dengan empat cara:
1) Pengingatan (recall).
Pengingatan adalah proses aktif untuk menghasilkan kembali fakta dan informasi secara verbatim (kata demi kata), tanpa petunjuk yang jelas. Jika Anda ditanya, “Apakah jenis-jenis ikan laut yang termasuk mamalia?” Anda menjawabnya dengan pengingatan. Ketika Anda menjawab pertanyaan dalam bentuk esei, Anda juga mencoba mengingat kembali fakta yang tersimpan dimemori.
2) Pengenalan (recognition).
Agak sukar untuk mengingat kembali sejumlah fakta, lebih mudah mengenalnya kembali. Pertanyaan, “Siapa presiden Mesir sekarang?” lebih sukar dijawab daripada pertanyaan, “Siapa nama presiden Mesir sekarang-Sadat atau Mubarak?” pada pertanyaan kedua, Anda tidak usah mengingatnya, Anda harus mengenal satu diantara dua. Pilihan berganda (multiple-choice) dalam tes objektif menuntut pengenalan, bukan pengingatan.
3) Belajar Lagi (relearning).
Menguasai kembali pelajaran yang sudah pernah kita peroleh termasuk pekerjaan memori.
Seorang psikolog sering membacakan kutipan-kutipan pendek dalam bahasa Yunani pada anaknya yang masih kecil. Ini dilakukan setiap hari sejak usia 15 bulan sampai 3 tahun. Pada usia 8 tahun, ia ditanya apakah masih ingat pada kutipan-kutipan yang pernah didengarnya, anak itu menjawab tidak. Recall tidak terjadi. Diperlihatkan kutipan-kutipan itu kepadanya, apakah ia mengenalnya. Juga recognation juga tidak terjadi. Kini si anak disuruh menhapal kutipan yang pernah dan yang tidak pernah didengarnya, ternyata ia 25% lebih cepat menghafal kutipan yang pernah didengarnya. Ini yang disebut relearning.
4) Redintegrasi (redintegration).
Redintegrasi adalah merekonstruksi seluruh masa lalu dari satu petunjuk memori kecil. Suatu takbir pada malam ‘id sering membawa orang islam pada kenangan-kenangan indah (atau pahit) pada masa lalu, lengkap dengan seluruh emosi yang menyertainya. Petunjuk memori (memories cues) mungkin berupa bau tertentu, warna atau tempat. Inilah yang menyebabkan Anda tiba-tiba dilanda perasaan sedih ketika mencium bau parfum Drakkar karena mengingatkan Anda pada pacar yang meninggalkan Anda.
3.3.2 Mekanisme Memori
Ada 3 teori yang menjelaskan memori : teori aus, teori interferensi, dan teori pengolahan informasi.
1. Teori Aus
Menurut teori ini, memori hilang atau memudar menurut waktu. Seperti otot, memori kita baru kuat, bila dilatih terus-menerus. William James, juga Benton J. Underwood membuktikan dengan eksperimen, bahwa “the more memorizing one does, the poorer one’s ability to memorize” - makin sering mengingat makin jelek kemampuan mengingat (Hunt, 1982:94). Lagipula, tidak selalu waktu mengauskan memori. Sering terjadi, kita masih ingat pada peristiwa puluhan tahun yang lalu, tetapi lupa kejadian seminggu yang lalu.
2. Teori interfensi
Menurut teori ini, memori merupakan meja lilin atau kanvas. Pengalaman adalah lukisan pada meja lilin atau kanvas itu. Katakanlah, pada kanvas itu sudah terlukis hukum reletivitas. Segera setelah itu, anda mencoba merekam hukum medan gabungan. Yang kedua akan menyebabkan terhapusnya rekaman yang pertama atau mengaburkannya. Ini disebut interferensi.
Misalkan, anda menghafal halaman pertama dalam kamus inggris-indonesia. Anda berhasil. Teruskan kedua, berhasil juga, tetapi yang diingat pada halaman pertama berkurang. Ini disebut inhibisi retroaktif (hambatan kebelakang).
Underwood menyuruh objek eksperimennya untuk menghafal daftar suku kata yang tidak ada artinya. 24 jam kemudian, mereka di tes. Mereka sanggup mengingat 80 persen. Pada daftar kedua puluh, dengan jangka waktu yang sama, mereka mengingat hanya 20 persen. Lebih sering mengingat, lebih jelek daya ingat kita. Ini disebut inhibisi proaktif (hambatan ke depan). Masih ada satu hambatan lagi (walaupun tidak tepat masuk teori interferensi) ini disebut hambatan motivasional.
3. Teori Pengolahan Informasi
Teori ini menyatakan bahwa, informasi mula-mula disimpan pada sensory storange (gudang inderawi), kemudian masuk short-term memory (STM, memori jangka pendek), lalu dilupakan atau dikoding untuk dimasukkan kedalam long-term memory (LTM, memori jangka panjang). Otak manusia di analogikan dengan computer.Sensory storage lebih merupakan proses perceptual daripada memori. Ada dua macam memori : memori ikonis untuk materi yang kita peroleh secara visual, dan memori ekosis untuk materi yang masuk secara auditif (melalui pendengaran).Contoh kasus memori (lanjutan dari persepsi):
· Setelah diberi makna (bacaan diberi makna) selanjutnya akan direkam,disimpan dan dicatat,atau dipanggil kembali.langkah terakhir adalah mengolah dan memanipulasikan informasi untuk memenuhi kebutuhan,dalam hal ini bacaan yang sudah direkam,disimpan,dan dicatat akan dipanggil kembali untuk diolah dan dipahami.Akhirnya timbul satu pengetahuan baru dari buku yang kita baca,pengetahuan itu berupa informasi dari yang selami ini tidak tahu menjadi tahu,atau dari kurang mengerti menjadi semakin mengerti.
3.4 Berpikir
3.4.1 Apakah Berpikir Itu?
Dalam berpikir kita melibat semua proses yang kita sebut sebagai berikut:
Ø Sensasi, persepsi dan memori.
Gambaran dalam pikiran biasanya disebut images ataucitra oleh Marx (1977); disebut juga graphic symbols atau lambang grafis (Fuch, 1967).
Jika kita berpikir dengan menggunakan angka, kali, bagi, jumlah, kurang. Ini disebut dengan lambang verbal ( verbal symbols). Baik lambang grafis maupun verbal merupakan representasiobjek atau peristiwa; artinya, mewakili atau menggantikan objek atau peristiwa dalam benak anda.
Berpikir kita lakukan untuk memahami realitas dalam rangka mengambil keputusan (decision making), memecahkan persoalan(problem solving), dan menghasilkan yang baru (creativity). Memahami realitas berarti menarik kesimpulan, meneliti berbagai kemungkinan penjelasandan realitas eksternal dan internal. Sehingga dengan singkat Anita Taylor et al. Mendefenisikan berpikir sebagai proses penarikan kesimpulan. Thinking is an inferring process (Taylor et al. 1977:55).
3.4.2 Bagaimana Orang Berpikir?
Secara garis besar ada dua macam berpikir yaitu:
Ø berpikir austisik adalah orang melarikkan diri dari kenyataan, dan melihat hidup sebagai gambar-gambar fantastis. Contohnya : melamun dan menghayal.
Ø berpikir realistic disebut juga nalar (reasoning) ilah berpikir dalam rangka menyesuaikan diri dengan dunia nyata.
Folyd L. Ruch menyebut tiga macam berpikir realistic:
§ Berpikir deduktif: mengambil kesimpulan dari dua pernyataan, dari pernyataan umum ke pernyataan khusus.
§ Berpikir induktif: dimulai dari hal-hal yang khusus dan kemudian mengambil kesimpulan umum.
§ Berpikir evaluatif: berpikir kritis, menilai baik buruknya, tepat atau tidak tepatnya suatu gagasan tanpa menambahi atau mengurangi gagasan tersebut dan menilainya menurut criteria tertentu.
Sedangkan berpikir analogis pada umumnya orang menggunakan perbandingan atau kontras. Contohnya: jika anda mengatakan bahwa kehidupan di Yugoslavia seprti di Belanda, anda menggunakan perbandingan. Jika anda membandingkan keadaan pedesaan Indonesia sebelum dan sesudah Orde Brau, anda menggunakan kontras.
3.4.3 Menetapkan Keputusan (decision making)
Salah satu fungsi berpikir ialah menetapkan keputusan. Setiap keputusan yang diambil, akan disusul oleh keputusan-keputusan lainnya yang berkaitan.
Tanda-tanda umum dalam mengambil keputusan yaitu:
Ø Keputusan merupakan hasil berpikir, hasil usaha intelektual
Ø Keputusan selalu melibatkan pilihan dari berbagai alternative.
Ø Keputusan selalu melibatkan tindakan nyata, walaupun pelaksanaannya boleh ditangguhkan atau dilupakan.
Factor-faktor personal amat menentukan apa yang diputuskan antara lain :
Ø Kognisi artinya kualitas dan kuantitas pengetahuan yang dimiliki. Contohnya: bila anda tahu bahwa daerah X berbahaya, anda akan memutuskan tidak akan datang ke sana.
Ø Motif amat mempengaruhi pengambilan keputusan. Contohnya: bila anda ingin memperoleh posisi yang penting di kantor X, anda memutuskan untuk bekerja sama dengan kantor Q.
Ø Sikap juga penentu factor lainnya. contohnya: bila sikap anda negative pada kaum buruh, anda tentu memutuskan untuk tidak menggubris protes mereka.
Pada kenyataannya, kognisi, motif, dan sikap ini berlangsung sekaligus.
3.4.4 Memecahkan Persoalan ( Problem Solving)
Umumnya kita bergerak sesuai dengan kebiasaan.
Proses memecahkan persoalan berlangsung melalui lima tahap:
Ø Terjadi peristiwa ketika perilaku yang biasa dihambat karena sebab-sebab tertentu. Anda mula-mula akan mengatasinya dengan memecahkan yang rutin. Contoh: mobil mogok, anda stater berkali-kali. Bila cara biasa ini gagal, masalah timbul.
Ø Anda mencoba menggali memori anda untuk mengetahui cara-cara apa saja yang efektif pada masa yang lalu. Contoh: mobil mogok bisa didorong.
Ø Pada tahap ini anda mencoba seluruh kemungkinan pemecahan yang pernah anda ingat atau yang dapat anda pikirkan. Semua anda coba. Ini disebut dengan penyelesaian mekanis (mechanical solution) dengan uji coba – trial error.
Ø Anda mulai menggunakan lambang-lambang verbal atau grafis untuk mengatasi masalah. Anda mencoba memahami situasi yang terjadi, mencari jawaban, dan menemukan kesimpulan yang tepat.
Ø Tiba-tiba terlintas dalam pikiran anda suatu pemecahan “aha, telepon saja bengkel langganan saya”. Kilasan pemecahan masalah ini disebutAha Erlebnis (pengalaman aha) atau lazim disebut dengan insight solution.
Factor-faktor yang mempengaruhi proses pemecahan masalah dipengaruhi oleh :
Ø Factor-faktor situasional dan personal, terjadi misalnya pada stimulus yang menimbulkan masalah . sifat-sifat masalah: sulit-mudah, baru-lama, penting-kurang penting, melibatkan sedikit atau banyak masalah lain..
Ø Factor-faktor sosiopsikologis, contoh-contohnya sebagai berikut:
· Motivasi, motivasi yang rendah mengalihkan perhatian sedangkan motivasi yang tinggi membatasi fleksibilitas. Contoh: anak yang terlalu bersemangat untuk melihat hadiah ulang tahun, sering tidak dapat mempuka pita bingkisan.
· Kepercayaan dan sikap yang salah, asumsi yang salah dapat menyesatkan kita. Contoh: karena kurang kepercayaan pada diri sendiri akan cenderung menolak informasi baru, merasionalisasikan, kekeliruan, dan mempersukar penyelesaian.
· Kebiasaan, kecenderungan untuk mempertahankan pola berpikir tertentu atau melihat masalah hanya dari satu sisi saja, atau kepercayaan berlebihan dan tanpa kritis pada pendapat otoritas, menghambat pemecahan masalah yang efisien.
· Emosi, emosi seringkali mewarnai cara berpikir kita. Kita tidak pernah dapat berpikir betul-betul objektif. Tetapi bial emosi itu sudah mencapai intensitas yang begitu tinggi sehingga menjadi stress, barulah kita menjadi sulit berpikir efisien.
3.4.5 Berpikir kreatif (Creative thiking)
Apa itu kreativitas?
Berpikir kreatif, menurut James C.Coleman dan Coustance L.Hammen (1974:452) adalah “thinking which produce new methods, new concepts, new understandings, new inventions, new work of art”.
berpikir kreatif harus memenuhi tiga syarat:
Ø Kreativitas melibatkan respon atau gagasan yang baru, atau yang secara statistic sangat jarang terjadi. Tetapi kebaruan saja tidak cukup.
Ø Kreativitas ialah dapat memecahkan persoalan secara realistis.
Ø Kreativitas merupakan usaha untuk memepertahankan insightyang orisinal, menilai dan mengembangkannya sebaik mungkin. (MacKinnon, 1962:485).
Guilford membedakan antar berfikir kreatif dan tak kreatif dengan konsep berpikir konvergen dan divergen.
· Konvergen : kemampuan untuk memberikan satu jawaban yang tepat pada pertanyaan yang diajukan.
· Divergen : mencoba menghasilkan sejumlah kemungkinan jawaban.
Berpikir kreatif adalah berpikir analogis-metaforis.
Para psikolog menyebutkan 5 tahap berpikir kreatif :
1. Orientasi : masalah dirumuskan, dan aspek-aspek masalah diidentifikasi.
2. Preparasi : pikiran berusaha mengumpulkan sebanyak mungkin informasi yang relevan dengan masalah.
3. Inkubasi : pikiran beristirahat sebentar, ketika berbagai pemecahan berhadapan dengan jalan buntu. Pada tahap ini, proses pemecahan masalah berlangsung terus dalam jiwa bawah sadar kita.
4. Iluminasi : masa inkubasi berakhir ketika pemikir memperoleh semacam ilham, serangkaian insight yang memecahkan masalah. Ini menimbulkan Aha Erlebnis.
5. Verifikasi : tahap terakhir untuk menguji dan secara kritis menilai pemecahan masalah yang diajukan pada tahap keempat.
Factor-faktor yang mempengaruhi berpikir kreatif (Coleman dan Hammen, 1974:455) :
1. Kemampuan kognitif
Termasuk disini kecerdasan diatas rata-rata, kemampuan melahirkan gagasan-gagasan baru, gagasan-gagasan yang berlainan dan fleksibilitas kognitif.
2. Sikap yang terbuka.
Orang kreatif mempersiapkan dirinya menerima stimuli internal dan eksternal, ia memliki minat yang beragam dan luas.
3. Sikap yang bebas, otonom, dan percaya pada diri sendiri.
Orang kreatif tidak senang “digiringi” ingin menampilkan dirinya semampu dan semaunya, ia tidak terlalu terikat pada konvensi-konvensi social.
Selain factor-faktor lingkungan psikososial, bebrapa peneliti menunjukan juga adanya factor-faktor situasional lainnya. Maltzman (1960) menunjukan factor peneguhan dari lingkungan. Dutton (1970) menyebut, antara lain, tersedianya hal-hal istimewa bagi manusia kreatif, dan Silvano Arieti menekankan factor isolasi dalam menumbuhkan kreativitas (Hunt, 1982:308). 

Bab III
Penutup
1.5 Kesimpulan
Komunikasi intrapersonal merupakan dasar dari semua bentuk komunikasi. Oleh karna itu kedudukan komunikasi intrapersonal menjadi sangat penting, utamanya dalam hal memproses lambang atau isyarat menjadi lambang atau isyarat yang dapat dimengerti oleh pihak penyampai dan penerima inormasi.
2.4 Saran
Semoga dengan adanya makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua.Apa bila ada kesalahan pengetikkan mohon dimaafkan. 

Daftar Pustaka

Rakhmat, Jalaluddin . 2008 . Psikologi Komunikasi . Bandung :
PT.Remaja Rosdakarya .
Uchana, Onong Effendy . 2000 . Ilmu, Teori dan Filsafat Komunikasi . Bandung : PT.Citra Aditya Bakti.
sHesaysHey. Jumat, 11 Desember 2009.Komunikasi Intrapersonal. http://belajarkomunikasiyuk.blogspot.com/2009/12/komunikasi-intrapersonal.html
ATON29 ⋅ APRIL 27, 2010 ⋅ Komunikasi Interpersonal.
http://aton29.wordpress.com/2010/04/27/komunikasi-intrapersonal/

About