Look at this

Tampilkan postingan dengan label makalah. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label makalah. Tampilkan semua postingan

Minggu, 30 Juni 2019

Makalah tentang Model Asuhan Keperawatan Primer


BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Kemajuan jaman menuntut perawat sebagai salah satu tenaga kesehatan untuk bersikap profesional. Profesionalisme perawat dapat diwujudkan dibidang pelayanan kesehatan di rumah sakit. Salah satu usaha untuk memberikan pelayanan yang berkualitas dan profesional tersebut adalah pengembangan model praktek keperawatan profesional (MPKP) yang memungkinkan perawat professional mengatur pemberian asuhan keperawatan termasuk lingkungan untuk menopang pemberian asuhan tersebut.
MPKP sangat bermanfaat bagi perawat, dokter, pasien dan profesi lain dalam melaksanakan asuhan keperawatan. Dengan MPKP, perawat dapat memahami tugas dan tanggung jawabnya terhadap pasien sejak masuk hingga keluar rumah sakit. Implementasi MPKP harus ditunjang dengan sumber daya manusia, sarana dan prasarana yang memadai.
Banyak metode praktek keperawatan yang telah dikembangkan selama 35 tahun terakhir ini, yang meliputi keperawatan fungsional, keperawatan tim, keperawatan primer, praktik bersama, dan manajemen kasus. Setiap unit keperawatan mempunyai upaya untuk menyeleksi model yang paling tepat berdasarkan kesesuaian antara ketenagaan, sarana dan prasarana, dan kebijakan rumah sakit. Katagori pasien didasarkan atas, tingkat pelayanan keperawatan yang dibutuhkan pasien , Usia, Diagnosa atau masalah kesehatan yang dialami pasien dan terapi yang dilakukan (Bron , 1987). Pelayanan yang profesional identik dengan pelayanan yang bermutu, untuk meningkatkan mutu asuhan keperawatan dalam melakukan kegiatan penerapan standart asuhan keperawatan dan pendidikan berkelanjutan. Dalam kelompok keperawatan yang tidak kalah pentingnya yaitu bagaimana caranya metode penugasan tenaga keperawatan agar dapat dilaksanakan secara teratur, efesien ,tenaga, waktu dan ruang, serta meningkatkan ketrampilan dan motivasi kerja.
Menurut Tappen (1995), model pemberian asuhan keperawatan ada enam macam, yaitu: model kasus, model fungsional, model tim, model primer, model manajemen perawatan, dan model perawatan berfokus pada pasien. Dalam makalah ini kami akan membahas lebih dalam tentang model asuhan keperawatan primer. 

1.2 Rumusan Masalah
1.2.1 Apa pengertian model asuhan keperawatan primer?
1.2.2 Apa karakteristik Modalitas Keperawatan Primer?
1.2.3 Apa saja kelebihan dan kelemahan model asuhan keperawatan primer?
1.2.4 Apa yang dimaksud dengan ketenagaan model asuhan keperawatan primer?
1.2.5 Apa saja tanggung jawab kepala ruang dalam model asuhan keperawatan primer?
1.2.6 Apa saja tanggung jawab perawat primer?
1.2.7 Bagaimana sistem asuhan keperaawatan dengan model manajemen kasus?
1.2.8 Bagaimana modifikasi keperawatan tim primer?
1.3 Tujuan
1.3.1 Mengetahui tentang pengertian model asuhan keperawatan primer
1.3.2 Mengetahui karakteristik modalitas keperawatan primer
1.3.3 Mengetahui kelebihan dan kelemahan model asuhan keperawatan primer
1.3.4 Mengetahui apa yang dimaksud dengan ketenagaan model asuhan keperawatan primer
1.3.5 Mengetahui tanggung jawab kepala ruang dalam model asuhan keperawatan primer
1.3.6 Mengetahui apa saja tanggung jawab perawat primer
1.3.7 Mengetahui sistem asuhan keperaawatan dengan model manajemen kasus
1.3.8 Mengetahui apa yang dimaksud dengan modifikasi keperawatan tim primer 

BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Model Asuhan Keperawatan Primer
Model primer dikembangkan pada awal tahun 1970-an, menggunakan beberapa konsep dan perawatan total pasien. Keperawatan primer merupakan suatu metode pemberian asuhan keperawatan di mana perawat primer bertanggung jawab selama 24 jam terhadap perencanaan pelaksanaan pengevaIuasi satu atau beberapa klien dan sejak klien masuk rumah sakit sampai pasien dinyatakan pulang. Selama jam kerja, perawat primer memberikan perawatan langsung secara total untuk klien. Ketika perawat primer tidak sedang bertugas, perawatan diberikan/didelegasikan kepada perawat asosiet yang mengikuti rencana keperawatan yang telah disusuni oleh perawat primer.
Pada model ini, klien, keluarga, stafmedik dan staf keperawatan akan mengetahui bahwa pasien tertentu akan merupakan tanggung jawab perawat primer tertentu. Setiap perawat primer mempunyai 4-6 pasien. Seorang perawat primer mempunyai kewenangan untuk melakukan rujukan kepada pekerja sosial, kontak dengan lembaga sosial masyarakat membuat jadual perjanjian klinik, mengadakan kunjungan rumah, dan lain sebagainya. Dengan diberikannya kewenangan tersebut, maka dituntut akontabilitas yang tinggi terhadap hasil pelayanan yang diberikan.
Tanggung jawab mencakup periode 24 jam, dengan perawat kolega yang memberikan perawatan bila perawat primer tidak ada. Perawatan yang yang diberikan direncanakan dan ditentukan secara total oleh perawat primer. Metode keperawatan primer mendorong praktek kemandirian perawat, yang ditandai dengan adanya keterkaitan kuat dan terus menerus antara pasien dan perawat yang ditugaskan untuk merencanakan, melakukan dan koordinasi asuhan keperawatan selama pasien dirawat. Perawat primer bertanggung jawab untuk membangun komunikasi yang jelas di antara pasien, dokter, perawat asosiet, dan anggota tim kesehatan lain. Walaupun perawat primer membuat rencana keperawatan, umpan balik dari orang lain diperlukan untuk pengkoordinasian asuhan keperawatan klien
Dalam menetapkan seseorang menjadi perawat primer perlu berhati-hati karena memerlukan beberapa kriteria, di antaranya dalam menetapkan kemampuan asertif, self direction kemampuan mengambil keputusan yang tepat, menguasai keperawatan klinik, akuntabel serta mampu berkolaborasi dengan baik antar berbagai disiplin ilmu. Di negara maju pada umumnya perawat yang ditunjuk sebagai perawat primer adalah seorang perawat spesialis klinik yang mempunyai kualifikasi master dalam bidang keperawatan.
Dasar pertimbangan pemilihan model metode asuhan keperawatan (MAKP) :
a. Sesuai dengan visi dan misi institusi
Dasar utama penentuan model pemberian asuhan keperawatan harus didasarkan pada misi dan visi rumah sakit.
b. Dapat diterapkannya proses keperawatan
Proses keperawatan merupakan unsur penting terhadap kesinambungan asuhan keperawatan pada pasien. Keberhasilan dalam asuhan keperawatan sangat ditentukan oleh pendekatan proses keperawatan.
c. Efisien dan efektif dalam penggunaan biaya
Setiap suatu perubahan, harus selalu memprtimbangkan biaya dan efektifitas dalam kelancaran pelaksanaannya. Bagaimanapun baiknya suatu model, tanpa ditunjang oleh biaya memadai, maka tidak akan mendapatkan hasil yang sempurna.
d. Terpenuhinya kepuasan pasien, keluarga dan masyarakat
Tujuan akhir asuhan keperawatan adalah kepuasanelanggan atau pasien terhadapasuhan yahg diberikan oleh perawat. Oleh karena itu, model yang baik adalah model asuhan keperawatan yang dapat menunjang kepuasan pelanggan.
e. Kepuasan dan kinerja perawat
Kelancaran pelaksanaan suatu model sangat ditentukan oleh motivasi dan kinerja perawat. Model yang dipilih harus dapat meningkatkan kepuasan perawat, bukan justru menambah beban kerja dan prustasi dalam pelaksanaanya.
f. Terlaksananya komunikasi yang adekuat antara perawat dan tim kesehatan lainnya
Komunikasi secara profesional sesuai dengan lingkup tanggung jawab merupakanasar pertimbangan penentuan model. Model asuhan keperawatan diharapkan akan dapat meningkatkan hubungan interpersonal yang baik antara perawat dan tenaga kesehatan lainnya.
2.2 Karakteristik Modalitas Keperawatan Primer
Karakteristik modalitas keperawatan primer adalah :
a. Perawat primer mempunyai tanggung jawab untuk asuhan keperawatan pasien selama 24 jam sehari, dari penerimaan sampai pemulangan.
b. Perawat primer melakukan pengkajian kebutuhan asuhan keperawatan, kolaborasi dengan pasien dan professional kesehatan lain, dan menyusun rencana perawatan.
c. Pelaksanaan rencana asuhan keperawatan didelegasikan oleh perawat primer kepada perawat sekunder selama shift lain.
d. Perawat primer berkonsultasi dengan perawat kepala dan penyedia.
e. Autoritas, tanggung gugat dan autonomi ada pada perawat primer .
2.3 Kelebihan dan Kelemahan Model Asuhan Keperawatan Primer
2.3.1 Kelebihan model asuhan keperawatan primer
a. Perawat primer mendapat akontabilitas yang tinggi terhadap hasil dan memungkinkan untuk pengembangan diri.
b. Memberikan peningkatan autonomi pada pihak perawat, jadi meningkatkan motivasi, tanggung jawab dan tanggung gugat .
c. Bersifat kontinuitas dan komprehensif sesuai dengan arahan perawat primer dalam memberikan atau mengarahkan perawatan sepanjang hospitalisasi.
d. Membebaskan manajer perawat klinis untuk melakukan peran manajer operasional dan administrasi .
e. Kepuasan kerja perawat tinggi karena dapat memberiikan asuhan keperawatan secara holistik. Kepuasan yang dirasakan oleh perawat primer adalah memungkinkan pengembangan diri melalui penerapan ilmu pengetahuan.
f. Staf medis juga merasakan kepuasan karena senantiasa informasi tentang kondisi klien selalu mutakhir dan komprehensif serta informasi dapat diperoleh dari satu perawat yang benar-benar mengetahui keadaan kliennya.
g. Perawat ditantang untuk bekerja total sesuai dengan kapasitas mereka.
h. Waktu yang digunakan lebih sedikit dalam aktivitas koordinasi dan supervisi dan lebih banyak waktu untuk aktivitas langsung kepada klien.
i. Pasien terlihat lebih menghargai. Pasien merasa dimanusiakan karena terpenuhi kebutuhannya secara individu.
j. Asuhan keperawatan berfokus pada kebutuhan klien.
k. Profesi lain lebih menghargai karena dapat berkonsultasi dengan perawat yang mengetahui semua tentang kliennya.
l. Menjamin kontinuitas asuhan keperawatan.
m. Meningkatnya hubungan antara perawat dan klien.
n. Metode ini mendukung pelayanan profesional.
o. Rumah sakit tidak harus mempekerjakan terlalu banyak tenaga keperawatan tetapi harus berkualitas tinggi
2.3.2 Kelemahan model asuhan keperawatan primer
a. Hanya dapat dilakukan oleh perawat professional.
b. Tidak semua perawat merasa siap untuk bertindak mandiri, memiliki akontabilitas dan kemampuan untuk mengkaji serta merencanakan asuhan keperawatan untuk klien.
c. Akontabilitas yang total dapat membbuat jenuh.
d. Perlu tenaga yang cukup banyak dan mempunyai kemampuan dasar yang sama.
e. Biaya relatif tinggi dibanding metode penugasan yang lain.
2.4 Ketenagaan Model Asuhan Keperawatan Primer
a. Setiap perawat primer adalah perawat “bedside” .
b. Beban kasus pasien 4-6 orang untuk satu perawat primer .
c. Penugasan ditentukan oleh kepala bangsal .
d. Perawat primer dibantu oleh perawat profesional lain maupun non professional sebagai perawat asisten .
2.5 Tanggung Jawab Kepala Ruang dalam Model Asuhan Keperawatan Primer
a. Sebagai konsultan dan pengendalian mutu perawat primer .
b. Mengorganisir pembagian pasien kepada perawat primer.
c. Menyusun jadual dinas dan memberi penugasan pada perawat asisten.
d. Orientasi dan merencanakan karyawan baru.
e. Merencanakan dan menyelenggarakan pengembangan staff.
2.6 Tanggung Jawab Perawat Primer :
a. Menerima pasien dan mengkaji kebutuhan pasien secara komprehensif.
b. Membuat tujuan dan rencana keperawatan.
c. Melaksanakan rencana yang telah dibuat selama dinas.
d. Mengkomunikasikan dan mengkoordinasikan pelayanan yang diberikan oleh disiplin lain maupun perawat lain.
e. Mengevaluasi keberhasilan yang dicapai.
f. Menyipakan penyuluhan untuk pulang.
g. Melakukan rujukan kepada pekarya sosial, kontak dengan lembaga sosial di masyarakat.
h. Membuat jadual perjanjian klinis.
i. Mengadakan kunjungan rumah.
2.7 Manajemen Kasus
Dalam model ini setiap perawat ditugaskan untuk melayani seluruh kebutuhan pasien saat berdinas. Pasien akan dirawat oleh perawat yang berbeda untuk setiap shift dan tidak ada jaminan bahwa pasien akan dirawat oleh orang yang sama pada hari berikutnya. Hal ini umumnya dilaksanakan untuk perawat privat atau untuk perawat khusus, seperti ruang isolasi dan intensive care.
Manajemen kasus secara umun mempunyai kelebihan dan kekurangan sebagai berikut :
Kelebihan :
1. Perawat lebih memahami kasus per kasus.
2. Sistem evaluasi dan manajerial menjadi lebih mudah.
Kekurangan :
1. Perawat penanggung jawab belum dapat teridentifikasi.
2. Perlu tenaga yang cukup banyak dengan kemampuan dasar yang sama.
Gambar 1.1
Sistem asuhan keperaawatan dengan model manajemen kasus
(Marquis & Huston, 1998, hal 136)




2.8 Modifikasi: Keperawatan Tim Primer
Model MAKP tim dan primer digunakan secara kombinasi kedua sistem. Menurut Ratna S. Sudarsono (2000) penetapan sistem model MAKP ini didasarkan pada beberapa alasan:
a. Keperawatan primer tidak digunakan secara murni, karna perawat primer harus mempunyai latar belakang pendidikan S1 Keperawatan atau setara.
b. Keperawatan tim tidak digunakan secara murni, karena tanggung jawab asuhan keperawatan pasien terfragmentasi pada berbagai tim.
c. Melalui kombinasi kedua model tersebut diharapkan komunitas asuhan keperawatan dan akuntabilitas asuhan keperawatan terdapat pada primer karena saat ini perawat yang ada dirumah sakit sebagian besar adalah lulusan D3, bimbingan tentang asuhan keperawatan diberikan oleh perawat primer / ketua tim.
Gambar 1.2
Modifikasi: model keperawatan tim-primer



Catatan: jadwal diatur pada pagi, sore, malam, dan libur/cuti
Contoh (dikutip dari Ratna S. Sudarsono, 2002).
Model MAKP ini ruangan memerlukan 26 perawat. Dengan menggunakan model modifikasi keperawatan primer ini diperlukan 4 orang perawat primer (PP) dengan kualifikasi Ners, disamping seorang kepala ruang rawat yang juga ners. Perawat pelaksana (PA) 21 orang, kualifikasi pendidikan perawat pelaksana terdiri atas lulusan D3 keperawatan (3 orang) dan SPK (18 orang). Pengelompokam tim pada setiap sift juga terlihat pada figur 10.7.
Selain diagram di tas, untuk lebih mengetahui peran masing-masing komponen yang terdapat dari kepala ruangan, perawatn primer, dan perawatn associate, dapat dilihat dalam tabel berikut ini.


BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Keperawatan primer merupakan suatu metode pemberian asuhan keperawatan di mana perawat primer bertanggung jawab selama 24 jam terhadap perencanaan pelaksanaan pengevaIuasi satu atau beberapa klien dan sejak klien masuk rumah sakit sampai pasien dinyatakan pulang. Pasien akan dirawat oleh perawat yang berbeda untuk setiap shift dan tidak ada jaminan bahwa pasien akan dirawat oleh orang yang sama pada hari berikutnya. Dalam management keperawatan primer ini memiliki kekurangan dan kelebihan dalam pelaksanaanya. Metode yang digunakan dalam management primer ini terdiri dari kepala ruangan, staff perawat dan pasien dan klien.
3.2 Saran
Dengan adanya makalah ini semoga dapat dijadikan sebagai acuan bagi perawat atau mahasiswa keperawatan dalam memanajemen sistem pengorganisasian asuhan keperawatan agar menjadi lebih baik disemua bidang terutama kesehatan.
DAFTAR PUSTAKA
Suarli, S. & Yayan Bahtiar. 2002. Manajemen Keperawatan dengan Pendekatan Praktis.Jakarta: Erlangga.
Setiadi Adi. 2012. Metode Penugasan Dalam Pelayanan Keperawatan, (Online ), http://adysetiadi.files.wordpress.com/2012/05/metode-mpkp.pdf diakses tanggal11 September 2014 )

Rabu, 20 Maret 2019

Makalah Komunikasi Efektif di Pelayanan Kesehatan




BAB I
DEFINISI

A.  PENGERTIAN
Komunikasi adalah sebuah proses penyampaian pikiran atau informasi dari seseorang kepada orang lain melalui suatu cara tertentu sehingga orang lain tersebut mengerti betul apa yang dimaksud oleh penyampai pikiran – pikiran atau informasi’. ( komarudin, 1994; schermerhorn, hunt & Osborn , 1994; koontz 7 weihrich, 1988).
Secara etimologis, kata efektif (effective) sering diartikan dengan mencapai hasil yang diinginkan (producing desired result), dan menyenangkan (having a pleasing effect).

B. TEORI KOMUNIKASI
Proses komunikasi dapat efektif apabila pesan diterima dan dimengerti sebagaimana di maksud oleh pengirim pesan/ komunikator, pesan ditindak lanjuti dengan sebuah perbuatan oleh penerima pesan / komunikan dan tidak ada hambatan untuk hal itu (hardjana, 2003)
Unsur – unsur / elemen dalam komunikasi efektif :
1.  Sumber/ pemberi pesan/ komunikator (dokter, perawat, admission, adm. Kasir, dll), adalah orang yang memberikan pesan. Sumber (yang menyampaikan informasi) : adalah orang yang menyampaikan isi pernyataannya kepada penerima/ komunikan. Hal – hal yang menjadi tanggung jawab pengirim pesan adalah mengirim pesan dengan jelas, memilih media yang sesuai, dan meminta kejelasan apakah pesan tersebut sudah di terima dengan baik.
2.  Komunikator yang baik adalah komunikator yang menguasai materi, pengetahuannya luas dan dalam tentang informasi yang disampaikan, cara berbicaranya jelas dan menjadi pendengar yang baik saat dikonfirmasi oleh penerima pesan (komunikan).
3.  Isi pesan adalah idea tau informasi yang disampaikan kepada komunikan. Panjang pendeknya, kelengkapannya perlu disesuaikan dengan tujuan komuniaksi, media penyampaian, penerimanya.
4.  Media /saluran pesan (electronic, lisan, dan tulisan) adalah sarana komunikasi dari komunikator kepada komunikan
5.  Penerima pesan/ komunikan (pasien, keluarga pasien, perawat, dokter, adminision, adm). Atau audience adalah pihak / orang yang menerima pesan. Penerima pesan berfungsi sebagai penerima berita. Dalam komunikasi, peran  pengirim dan penerima bergantian sepanjang pembicaraan. Tanggung jawab penerima adalah berkonsentrasi untuk menerima pesan dengan baik dan memberikan umpan balik kepada pengirim. Umpan balik sangat penting sehingga proses komunikasi berlangsung dua arah. Umpan balik adalah respon/ tindakan dari komunikan terhadap respon pesan yang diterimanya.

Pemberi pesan / komunikator yang baik :
Pada saat melakukan proses umpan balik, diperlukan kemampuan dalam hal berikut;
1.  Cara berbicara (talking), termaksud cara bertanya (kapan menggunakan pertanyaan tertutup dan kapan memakai pertanyaan terbuka), menjelaskan, klarifikasi, paraphrase, intonasi.
2.  Mendengar (listening), termasud memotong kalimat.
3.  Cara mengamati (observation) agar dapat memahami yang tersirat  di balik yang tersurat (bahasa non verbal di balik ungkapan kata/ kalimatnya, gerak tubuh).
4.  Menjaga sikap selama berkomunikasi dengna komunikan keliru mengartiakn  gerak tubuh, raut tubuh , raut muka, dan sikap komunikator.

C. SIFAT KOMUNIKASI
Komunikasi itu bisa bersifat infomasi (asuhan) dan edukasi (pelayanan promosi). Komunikasi yang bersifat informasi asuhan di dalam rumah sakit adalah : Jam pelayanan , pelayanan yang tersedia  cara  mendapatkan pelayanan.
Sedangkan komunikasi yang bersifat Edukasi  (pelayanan promosi) adalah:
1.  Edukasi tentang obat.
2.  Edukasi tentang penyakit.
3.  Edukasi pasien tentang ap yang harus di hinder.
4.  Edukasi tentang apa yang harus dilakukan pasien untuk meningkatkan kualitas hidupnya paska dari rumah sakit.
5.  Edukasi tentang gizi.

D. PROSES KOMUNIKASI EFEKTIF
Untuk mendapatkan komunikasi efektif, dilakukan melalui prinsip sebagai berikut:
1.  Pemberipesan secara lisan memberikan pesan.
2.  Pemberi pesan menuliskan secara lengkap isi pesan tersebut.
3.  Isi pesan dibacakan kembali (read back) secara lengkap oleh penerima pesan.
4.  Pemberi pesan memverifikasi isi pesan kepada penerima pesan.
5.  Penerima pesan mengklarifikasi ulang bial ada perbedaan pesan dengan hasil verifikasi.
Dalam berkomunikasi ada kalanya terdapat informasi misalnya nama obat, nama orang, dll. Untuk menverifikasi dan mengklarifikasim maka komunikan sebaiknya mengeja huruf demi huruf menggunakan alfaberth standart internasional.

E.     FAKTOR YANG MENENTUKAN KOMUNIKASI EFEKTIF
1.  Kepercayaan komunikan terhadap komunikator.
2.  Kejelasan pesan yang disampaikan.
3.  Keterampilan komunikasi komunikator.
4.  Daya tarik pesan.
5.  Kesesuaian isi pesan dengan kebutuhan komunikan.
6.  Kemampuan komunikan dalam menafsirkan pesan (decoding).
7.   Setting komunikasi kondusif atau nyaman dan menyenangkan.


                                                                             























BAB II
RUANG LINGKUP

Adapun ruang lingkup panduan komunikasi efektif adalah :
1.     Panduan ini diterapkan pada semua pasien
a.      Instalasi Gawat Darurat (IGD)
b.      Instalasi Rawat Inap
c.      Instalasi Rawat Jalan
d.      HCU
e.      Ruang tindakan (OK dan VK)
2.     Pelaksanaan panduan  ini adalah semua petugas rumah sakit



























BAB III
TATA LAKSANA

Komunikasi efektif petugas dengan pasien di ruang rawat inap
1.     Pasien baru :
Selamat pagi/siang/sore/malam, bapak/ibu, saya perawat (sebut nama perawat), mohon dengan bapak/ibu.......?
“saya akan melakukan pengkajian terhadap bapak/ibu.......
2.     Bila akan melakukan suatu tindakan :
Selamat pagi/siang/sore/malam bapak/ibu......
“saya akan melakukan ........(sebutkan tindakan yang akan dilakukan) terhadap bapak/ibu....
3.     Bila selesai melakukan interaksi dengan pasien :
“terima kasih atas kerjasama bapak/ibu.....
“bila bapak/ibu memerlukan bantuan silahkan hubungi kami kembali (sambil tersenyum meninggalkan pasien”

STANDAR SALAM

a.  Lakukan salam sesuai prosedur yang di tetapkan
b.  Pastikan anda melakukan salam sesuai ketentuan :
·      Selamat pagi (00.00 – 11.00)
·      Selamat siang (11. 00 – 15.00)
·      Selamat sore (15.00 – 18. 00)
·      Selamat malam (18.00 – 00.00)
c.   Menerima telepon :
“ (selamat pagi/siang/sore/malam. Sebutkan ruangan........dengan saya (sebutkan nama), ada yang bisa saya bantu ?”

Komunikasi efektif petugas ruang pendaftaran dan pasien

1.  “Selamat pagi/siang/sore/malam bapak/ibu............
2.  Perkenalkan diri terlebih dahulu
“perkenalkan saya ......, apa yang bisa saya bantu ?
3.  Setelah di jawab ingin berobat lalu tanya akan berobat menggunakan apa
“bapak/ibu ingin berobat menggunakan apa BPJS/Umum/Jamsoskes ?”
4.  Lalu isi data pasien sesuai dengan identitas yang di berikan, dan meminta pasien untuk sabar menunggu.

About