Look at this

Sabtu, 21 Juli 2018

MAKALAH TENTANG NASO GASTRIC TUBE (NGT)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Malnutrisi adalah masalah umum yang dijumpai pada kebanyakan pasien yang masuk ke rumah sakit. Malnutrisi mencakup kelainan yang disebabkan oleh defisiensi asupan nutrien, gangguan metabolisme nutrien, atau kelebihan nutrisi. Sebanyak 40% pasien dewasa menderita malnutrisi yang cukup serius yang dijumpai pada saat mereka tiba di rumah sakit dan dua pertiga dari semua pasien mengalami perburukan status nutrisi selama mereka dirawat di rumah sakit.

Pasien kritis yang dirawat di Intensive Care Unit (ICU) sering kali menerima nutrisi yang tidak adekuat akibat dokter salah memperkirakan kebutuhan nutrisi dari pasien dan juga akibat keterlambatan memulai pemberian nutrisi (Barr, 2004). Pasien-pasien yang masuk ke ICU umumnya bervariasi, yaitu pasien elektif pasca operasi mayor, pasien emergensi akibat trauma mayor, sepsis atau gagal napas. Kebanyakan dari pasien-pasien tersebut ditemukan malnutrisi sebelum dimasukkan ke ICU (Griffith, 2008).

Keparahan penyakit dan jenis terapi dapat mengganggu asupan makanan normal dalam jangka waktu yang lama. Lamanya waktu tinggal di ICU dan kondisi kelainan sebelumnya, seperti alkoholisme dan kanker dapat memperburuk status nutrisi. Respon hipermetabolik komplek terhadap trauma akan mengubah metabolisme tubuh, hormonal, imunologis dan homeostasis nutrisi. Efek cedera atau penyakit berat terhadap metabolism energi, protein, karbohidrat dan lemak akan mempengaruhi kebutuhan nutrisi pada pasien sakit kritis (Escallon, 2008).

Pemberian nutrisi bagi orang sakit sangatlah penting karena menjadi salah satu faktor terbesar bagi kesembuhan pasien. Nutrisi pada orang sakit dapat diberikan secara oral, enteral maupun parenteral. Masing-masing cara pemberian asupan nutrisi memiliki pertimbangan tersendiri, baik mengenai indikasi, manfaat, angka, waktu pemberian, serta komplikasi yang dapat timbul sebagai akibat pemilihan cara pemberian asupan nutrisi tersebut. Selama saluran cerna masih berfungsi dengan baik, nutrisi peroral sebaiknya dijadikan pilihan utama dalam memberikan dukungan nutrisi pada pasien. Nutrisi peroral memiliki berbagai kelebihan, diantaranya nutrient yang diberikan akan melalui proses fisiologis yaitu digesti, absorbsi, dan metabolisme didalam tubuh. Disamping itu, cara ini juga lebih murah dan mampu menjaga keseimbangan mikroorganisme dalam saluran cerna.

Pada kondisi tertentu seringkali mulut dan saluran cerna tidak dapat berfungsi secara optimal, misalnya pada penurunan kesadaran, gangguan neuromuscular, kelainan bedah traktus gastrointestinal, penyakit peradangan saluran cerna, gangguan malabsorbsi berat, dan lain-lain. Untuk itu diperlukan alternatif lain dalam memberikan nutrisi pada anak sesuai masalahnya, yaitu nutrisi enteral dan parenteral.

Pemberian nutrisi enteral (enteral feeding) lebih dipilih daripada nutrisi parenteral karena ini memperbaiki penggunaan nutrien, lebih aman untuk klien dan sedikit lebih murah. Tidak semua klien mampu makan secara enteral tetapi bila sistem GI (gastrointestinal) mampu mencerna dan mengabsorpsi nutrien, maka pemberian makan dengan cara ini harus digunakan. Enteral feeding dapat diberikan melalui selang pipa. Indikasi untuk makan dengan selang nasogastrik meliputi klien yang tidak dapat makan, klien yang tidak ingin makan dan klien yang tidak dapat mempertahankan nutrisi oral adekuat (misal : klien dengan kanker, sepsis, trauma atau klien yang koma).

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang tersebut, maka rumusan masalah pada makalah ini yaitu:

1. Apa yang dimaksud dengan pemberian nutrisi oral, enteral, dan parenteral ?

2. Bagaimana pertimbangan cara pemberian nutrisi pada pasien?

3. Apa indikasi dan kontraindikasi enteral feeding?

4. Apa saja jenis makanan yang diberikan pada enteral feeding?

5. Apa saja jenis-jenis rute enteral feeding ?

6. Apa yang dimaksud dengan Naso Gastric Tube (NGT) ?

C. Tujuan

1. Mengetahui pengertian nutrisi oral, enteral, dan parenteral.

2. Mengetahui pertimbangan cara pemberian nutrisi pada pasien

3. Mengetahui indikasi dan kontraindikasi enteral feeding.

4. Mengetahui jenis makanan yang diberikan pada enteral feeding.

5. Mengetahui jenis-jenis rute enteral feeding.

6. Mengetahui tentang Naso Gastric Tube (NGT).

BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Nutrisi Peroral, Enteral, dan Parenteral

1. Nutrisi Peroral

Nutrisi peroral yaitu asupan nutrisi melalui oral, merupakan cara yang paling ideal untuk memenuhi kebutuhan energi, protein, vitamin, mineral, dan berbagai komponen nutrien yang lain. Semua jenis nutrient tersedia di alam dalam bentuk makanan baik yang berasal dari tanaman maupun hewan, sehingga pemberian nutrisi dengan cara ini dapat mensuplai lengkap semua nutrien yang dibutuhkan seorang anak untuk membantu proses penyembuhan, juga pertumbuhan dan perkembangannya.

Syarat pemberian nutrisi peroral adalah pasien dalam keadaan sadar, tidak terdapat gangguan fungsi oral, motor dan saluran cernanya bekerja dengan baik. Pasien juga harus mempunyai nafsu makan yang cukup dikarenakan pada kondisi sakit akut, nafsu makan pasien bisa menurun akibat dari dilepaskannya mediator-mediator fase akut dan karenanya asupan nutrien menjadi tidak adekuat. Bentuk makanan yang diberikan disesuaikan dengan jenis penyakit, usia pasien, maupun kemampuan fungsi oral motor dan saluran cernanya, dapat berupa makanan padat yang konsistensinya bisa dibuat lebih lunak hingga cair dengan berbagai modifikasi komposisi nutrisi.

2. Nutrisi Enteral (Enteral Feeding)

Nutrisi enteral adalah pemberian asupan nutrisi melalui saluran cerna dengan menggunakan feeding tube, kateter, atau stoma langsung melintas sampai ke bagian tertentu dari saluran cerna. Pemberian nutrisi dengan cara ini mengabaikan peran mulut dan esophagus sebagai tempat pertama masuknya makanan. Target yang dituju adalah bagian usus paling proksimal yang masih dapat menjalankan fungsinya, dimulai dari lambung hingga usus halus.

Manfaat nutrisi enteral tidak jauh berbeda dengan cara pemberian per oral yaitu proses pencernaan dan absorbsi nutrisi dapat berlangsung secara aman, mendekati fungsi fisiologis, mampu menjaga imunitas saluran cerna, mengurangi pertumbuhan bakteri yang berlebihan, menjaga keseimbangan mikrorganisme saluran cerna, mudah, dan lebih murah dari segi finansial.

3. Nutrisi Parenteral (Parenteral Feeding)

Dukungan nutrisi secara parenteral dapat didefinisikan sebagai pemberian asupan nutrisi yang diberikan melalui pembuluh darah dan masuk dalam sirkulasi darah. Dukungan nutrisi secara parenteral diberikan apabila keadaan penderita tidak memungkinkan untuk mendapatkan dukungan nutrisi enteral dan atas pertimbangan indikasi tertentu. Pemberian nutrisi secara parenteral harus dilakukan secara hati-hati, sesuai dengan penyakit yang mendasari. Pemberian nutrisi secara parenteral tidak diindikasikan pada pasien dengan fungsi traktus gastrointestinal normal, yang dapat menerima dukungan nutrisi peroral maupun enteral.

B. Pertimbangan Cara Pemberian Nutrisi

Gambar 1. Algoritma Pemilihan Cara Pemberian Nutrisi

Sumber: Susan S.B. dkk

C. Indikasi dan Kontraindikasi Enteral Feeding

1. Indikasi Enteral Feeding

Pemberian nutrisi enteral diberikan pada pasien yang sama sekali tidak bisa makan, makanan yang masuk tidak adekuat, pasien dengan sulit menelan, pasien dengan luka bakar yang luas. Pada pasien dengan keadaan trauma berat, luka bakar danstatus katabolisme, maka pemberian nutrisi enteral sebaiknya sesegera mungkin dalam 24 jam.

2. Kontraindikasi Enteral Feeding

Keadaan dimana saluran cerna tidak dapat berfungsi sebagaimana mestinya, kelainan anatomi saluran cerna, iskemia saluran cerna, dan peritonitis berat. Pada pasien dengan pembedahan, pemberian nutrisi enteral harus dikonfirmasikan dengan tanda munculnya flatus. Pada prinsipnya, pemberian formula enteral dimulai dengan dosis rendah dan ditingkatkan secara bertahap sampai mencapai dosis maksimum dalam waktu seminggu. Makanan enteral yang telah disediakan sebaiknya dihabiskan dalam waktu maksimal 4 jam, waktu selebihnya akan membahayakan karena kemungkinan makanan tersebut telah terkontaminasi bakteri.

D. Jenis Makanan yang Diberikan pada Enteral Feeding

1. Berasarkan Kandungan Gizinya.

a. Polymerik :

Osmolalitasnya < 300 mOsm/L, Murah (formula diet biasa), Berat molekul besar, mengandung protein utuh untuk pasien dengan sistem gastrointestinal (GIT) yang normal atau hampir normal.

b. Oligorik:

Berisi simple karbohidrat, Trigliserida, dan Asam Amino.

c. Modular :

Single/Multiple nutrient, Kombinasi Poli/Oligomerik.

2. Berdasarkan Pembuatnya

a. Makanan Cair Formula Rumah Sakit ( Blenderized)

Makanan buatan rumah sakit yang mempunyai osmolalitas 600 mOsm/kg, sedangkan normalnya adalah 300 mOsm/kg. Osmolalitas adalah ukuran yang dipakai untuk mengukur kemampuan larutan dalam menahan air atau menarik air lewat membran semipermeabel. Akibat jika makanan yang mempunyai osmolalitas tinggi diberikan cepat akan dapat menarik cairan kedalam usus sehingga menyebabkan kram, nausea, vomitus, dan diare. Kelebihan formula rumah sakit adalah murah dan enak tetapi osmolalitasnya berubah-ubah dan mudah terkontaminasi.

1) Makanan Cair Rumah Sakit Formula Standar.

Dibuat dari campuran tepung, susu,telur, gula, dan minyak (TSTG). Formula rumah sakit ini biasa dipergunakan untuk makanan per sonde. Makanan cair ini mudah dibuat, mudah pemberiannya dan sedikit mengandung serat. Biasanya mempunyai kepekatan 1 Kkal/cc.

2) Makanan Cair Rumah Sakit Formula Blender.

Dibuat dari campuran berbagai makanan seperti jus buah, lauk pauk, kacang hijau, dan lain-lain yang kemudian diblender.

b. Makanan Cair Formula Komersial ( Buatan Pabrik)

1) Polimerik

Untuk Pasien dengan fungsi GIT normal atau hampir normal. Contoh : Panentral dan Fresubin.

2) Pradigesti

Diet dibuat dengan formula khusus dalam bentuk susu elemental. Diet mengandung asam amino/peptida dan lemak medium chain trygliserida (MCT) yang langsung diserap oleh usus. Contoh : Pepti 2000 dan lain-lain. Digunakan untuk pasien dengan gangguan fungsi saluran pencernaan.

3) Diet Enteral Khusus

Misanya : Formula untuk Sirosis (contoh: Aminoleban dan Falkamin), Diabetes (contoh: diabetasol), Gagal ginjal (contoh: nefrisol), tinggi protein (contoh: peptisol).

4) Diet Enteral Tinggi Serat

Contoh: Indovita

Formula Komersial tidak mudah terkontaminasi konsistensi dan osmolalitasnya tetap tetapi rasa tidak enak dan mahal.

E. Jenis-Jenis Rute Enteral Feeding

Pemberian nutrisi enteral dapat dilakukan dengan menggunakanfeeding tube. Dukungan nutrisi dengan menggunakan feeding tube berdasarkan lokasi insersi feeding tube dibedakan menjadi transnasal dan enterostomi.

1. Nutrisi Enteral Transnasal

Nutrisi enteral transnasal dikenal sebagai cara yang noninvasif , dapat diberikan melalui orogastrik, nasogastrik, nasoduodenal, dan nasojejunal. Nutrisi enteral dengan menggunakan cara tersebut dilakukan dengan menginsersikan feeding tube melalui mulut atau hidung sampai ke lokasi saluran cerna tertentu. Penggunaan feeding tube secara transnasal pada umumnya digunakan sebagai pilihan terapi nutrisi secara intermitten dan jangka pendek (kurang dari tiga bulan).

2. Nutrisi Enteral Enterostomi

Dukungan nutrisi enteral secara enterostomi dikenal sebagai cara pemberian nutrisi enteral yang invasif. Pemberian nutrisi secara enterostomi dapat dilakukan dengan cara gastrostomi dan jejunostomi. Formula nutrisi diberikan melalui feeding tube yang terpasang pada area gastrostomi dan jejunostomi. Pemberian nutrisi enteral secara gastrotomi atau jejunostomi dianggap mampu mempertahankan posisi feeding tube dalam jangka waktu lama (lebih dari 3 bulan) karena terfiksasi pada dinding abdomen anterior, tidak terpengaruh gerakan pernapasan, dapat menghindari komplikasi chronic nasal discharge, sinusitis, perkembangan yang abnormal dari hidung, trauma psikologi, serta problem feeding di kemudian hari.

Akses gastrotomi menggunakan feeding tube yang berukuran besar (14- 24 Fr), makanan melalui gastrostomi dapat diberikan dalam volume yang besar, dengan resiko oklusi yang minimal. Pada jejunostomi, feeding tube yang digunakan berukuran lebih kecil, yaitu 9-12 Fr. Gastrostomi dan jejunostomi dapat dilakukan dengan menggunakan teknik pemasangan secara radiologi, endoskopi, serta bedah. Kebersihan daerah stoma harus selalu dijaga, untuk menghindari iritasi yang berasal dari sekresi gaster, dan kemungkinan potensi infeksi.

F. Naso gastric tube (NGT)

a. Pengertian

NGT adalah cara memasukkan nutrisi cair dengan selang plastic yang dipasang melalui hidung sampai lambung.

b. Tujuan

1) Memberikan nutrisi pada pasien yang tidak sadar dan pasien yang mengalami kesulitan menelan.

2) Mencegah terjadinya atropi esophagus/lambung pada pasien tidak sadar.

3) Untuk melakukan kumbang lambung pada pasien keracunan.

4) Untuk mengeluarkan darah pada pasien yang mengalami muntah darah atau pendarahan pada lambung.

c. Indikasi pemasangan NGT

1) Pasien tidak sadar

2) Pasien Karena kesulitan menelan

3) Pasien yang keracunan

4) Pasien yang muntah darah

5) Pasien Pra atau Post operasi esophagus atau mulut

6) Perdarahan GI (Gastrointestinal)

7) Trauma multiple, pada dada dan abdomen

8) Pemberian Obat-obatan, cairan makanan

9) Pencegahan aspirasi penderita dengan intubasi jangka panjang. Operasi abdomen

10) Obstruksi saluran cerna

d. Kontraindikasi

1) Pada pasien yang memliki tumor di rongga hidung atau esophagus.

2) Pasien yang mengalami cidera serebrospinal.

BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Malnutrisi adalah masalah umum yang dijumpai pada kebanyakan pasien yang masuk ke rumah sakit. Pemberian nutrisi bagi orang sakit sangatlah penting karena menjadi salah satu faktor terbesar bagi kesembuhan pasien. Pemenuhan kebutuhan nutrisi pada orang sakit yang tidak mampu secara mandiri dapat dilakukan dengan cara membantu memenuhinya melalui oral (mulut), enteral ( pipa lambung ), dan Parenteral. Pemberian nutrisi enteral ( enteral feeding) lebih dipilih daripada nutrisi parenteral karena ini memperbaiki penggunaan nutrien, lebih aman untuk klien dan sedikit lebih murah. Jenis rute enteral feeding antara lain melalui nasogastric tube (NGT), gastrotomi, dan jejunostomi.

B. Saran

Diharapkan coners dapat mempraktekan enteral feeding khususnya pemasangan NGT dengan tepat dan benar pada saat menjalani praktik klinik.


EmoticonEmoticon

About