Look at this

Tampilkan postingan dengan label keperawatan. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label keperawatan. Tampilkan semua postingan

Rabu, 20 Maret 2019

SOP ASSESSMENT KEBUTUHAN TRANSPORTASI PASIEN






ASSESSMENT KEBUTUHAN TRANSPORTASI PASIEN
No Dokumen
03/..... /01/2018


No Revisi

...
Halaman

1/1


STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL
(SPO)

Tanggal Terbit


Ditetapkan oleh :
Direktur RSUD



Pengertian
Assessment kebutuhan transportasi pasien adalah pengkajian terhadap kebutuhan transportasi pasien baik yang dirujuk ke pusat pelayanan yang lain, ditranfer ke penyediaan pelayanan yang lain atau siap pulamg dari rawat inap atau kunjungan rawat jalan.
Tujuan
Memberikan rasa aman, nyaman dan keselamatan terhadap pasien dan keluarga .


kebijakan
 Assessment kebutuhan transportasi pasien sebagai upaya mengutamakan keselamatan pasien sesuai keputusan direktur Tentang Transportasi Pasien
Prosedur
1.      Lakukan assessment kebutuhan transportasi pada saat apsien pulang baik dari rawat jalan maupun rawat inap oleh dokter atau perawatan
2.      Tentukan kebutuhan transportasi sesuai dengan komdisi pasien sebagai berikut :
a.       Pasien-pasien yang dalam kondisi stabil, tidak terdaoat gangguan keseimbangan dip[erbolehkan menggunakan kendaraan roda dua atau kendaraan umum
b.      Pasien yang membutuhkan posisi yang nyaman (tirah baring), terdapat gangguan keseimbangan instabilitas postural, atau dalam kondisi lain yang tidak memungkinkan untuk pulang sendiri, tidak diperbolehkan menggunakan kendaraan roda dua. Pasien harus menggunakan kenmdaraan roda empat serta harus didampingi oleh keluarga
c.       Pasien yang membutuhkan pendampingan tenaga medis disertai peralatan medis yang memadai menggunakan ambulan
Unit terkait
1.    Instalasi Gawat Darurat
2.    Rawat inap
3.    Rawat jalan


Minggu, 24 Februari 2019

MAKALAH FISIOLOGI KEPERAWATAN TENTANG SISTEM MUSKOLOSKELETAL


BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Sel otot merupakan sel yang terspesialisasi untuk satu tugas, kontraksi dan spesialisasi ini berada dalam struktur dan fungsi yang membentuk otot, prototipe untuk mempelajari pergerakan pada tingkat sel dan molekuler. Terdapat 3 jenis otot pada vertebrata yaitu : otot rangka yang berperan untuk semua pergerakan yang sadar. Otot jantung yang memompa darah dari jantung serta otot polos yang berperan untuk pergerakan yang tak sadar dari organ seperti lambung, intestine, uterus dan pembuluh darah. Pada otot rangka dan jantung elemen kontraktil sitoskeleton terdapat pada susunan teratur yang memunculkan pola karakteristik dari garis yang berseling. Berikut adalah karakterisasi struktur pada otot rangka :

Otot rangka diikat oleh serabut otot yang merupakan sel tunggal yang besar yang dibentuk dari penggabungan banyak sel tunggal selama perkembangannya. Kebanyakan pada sitoplasma terdiri dari myofibril yang merupakan serabut silindris dari 2 tipe filamen : filamen tebal myosin (d = 15 nm) dan filamen tipis aktin (d = 7 nm). Setiap myofibril diatur sebagai ikatan unit kontraktil yang disebut sarkomer yang berperan pada kenampakan garis dari otot rangka dan jantung.

Sarkomer terdiri dari beberapa daerah yang dapat terlihat secara jelas menggunakan mikroskop elektron. Ujung tiap sarkomer disebut garis Z. Di dalam tiap sarkomer, daerah gelap (disebut daerah A karena mereka anisotropik ketika dilihat dengan cahaya terpolarisasi) berseling dengan daerah terang (disebut daerah I karena isotropik). Daerah-daerah ini berhubungan dengan kehadiran atau ketidakhadiran filamen myosin. Daerah I hanya terdiri dari filamen yang tipis : aktin. Sedangkan daerah A terdiri dari filamen yang tebal : myosin. Filamen myosin dan aktin tumpang tindih di daerah tepi dari daerah A, sedangkan daerah tengah (disebut zona H) hanya terdiri dari myosin. Filamen aktin diikat pada ujung positifnya pada garis Z yang termasuk penghubung protein α-actinin. Filamen myosin terjangkar pada garis M di bagian tengah sarkomer.

Penambahan 2 protein (titin dan nebulin) juga berkontribusi pada struktur sarkomer dan stabilitasnya. Titin adalah protein yang besar dan molekul titin tunggal memanjang dari garis M sampai garis Z. Molekul titin yang panjang diduga menyerupai pegas yang menjaga filamen myosin tetap berada di pusat sarkomer dan memelihara tegangan yang membuat otot akan menyentak jika terlalu panjang. Filamen nebulin berhubungan dengan aktin dan diduga untuk meregulasi kumpulan filamen aktin dengan bertindak sebgai pembatas yang menentukan panjangnya.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasakan latar belakang diatas maka dapat dirumuskan masalahnya sebagai berikut:

1. Apa perbedaan fungsi otot jantung, rangka dan polos?

2. Bagaimana mekanisme kontraksi dan relaksasi otot?

3. Bagaimana peranan ion kalsium dalam kontraksi otot?

1.3 Tujuan Penulisan

Adapun tujuan penulisan makalah ini sebagai berikut:

1. Untuk mengetahui perbedaan otot jantung, rangka dan polos

2. Untuk mengetahui mekanisme kontraksi dan relaksasi otot

3. Untuk mengetahui peranan ion kalsium dalam kontraksi otot

BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Perbedaan Fungsi Otot Jantung, Rangka dan Polos

Otot-otot merupakan alat gerak aktif. Otot mempunyai tiga kemampuan spesifik berikut:
a. Kemampuan untuk memendek (berkontraksi) disebut kontratibilitas .
b. Kemampuan untuk melakukan gerakan kebalikan dari gerakan yang ditimbulkan saat kontraksi otot disebut ekstensibilitas.
c. Kemampuan untuk kembali ke ukuran semula setelah kontraksi atau ekstensi disebut elastisitas.

Saat otot kembali ke ukuran semula, otot disebut dalam keadaan relaksasi. Berdasarkan jenisnya, otot terbagi menjadi tiga macam, yaitu otot jantung, otot lurik, dan otot polos.

https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjWBY6NG7pnkIGHkPid_5c0WFy46ZJlyhmcftwC0Tg3sxznUm3qsCY4vktvhvo0_s49UbxOByG1CXmF5EUd0GL-3U3PRGRoH3zYeOxVY1EsdGd8SetemBMolGdM8ttL3eNBUzhRT-DtZDY/s320/otot.jpg

A. OTOT LURIK
Otot lurik atau disebut juga dengan otot rangka karena melekat pada rangka dan berfungsi menggerakkan rangka. Otot lurik tersusun atas serabut-serabut otot atau miofibril yang berinti banyak. Miofibril dalam plasma berwarna gelap dan terang, tersusun teratur, dan tampak bergaris sehingga disebut otot seran lintang atau otot lurik.

Miofibril membentuk kumpulan serabut yang disebut otot atau daging. Tiap kumpulan serabut dilindungi oleh selaput yang disebut fasia propria, sedangkan otot atau daging dilindungi oleh selaput fasia superfisialis.
Biasanya gabungan otot berbentuk kumparan dengan bagian tengahnya menggelembung disebut empal atau ventrikel. Sementara itu, bagian tepi gabungan otot tersebut mengecil disebut urat otot atau tendon. Bagian empal dapat berkontraksi mengerut dan mengendur. Setiap otot memiliki dua buah tendon atau lebih. Tendon yang melekat pada tulang yang bergerak disebut insersio, sedangkan tendon yang melekat pada tulang yang tidak bergerak disebut origo.

Otot lurik disebut otot sadar karena bekerjanya dikendalikan oleh kehendak kita. Kontraksinya cepat, tidak teratur, dan mudah lelah. Otot lurik dapat bergerak karena rangsang berupa panas, dingin, arus listrik, dan rangsang kimia.

Otot lurik atau otot rangka membentuk daging pada binatang. Dalam keadaan segar berwarna merah muda, sebagian disebabkan pigmen di dalam serat-serat ototnya dan sebagian lagi disebabkan kayanya jaringan itu akan pembuluh-pembuluh darah, tetapi ada variasi warnanya dan dikenal otot “merah” dan otot “putih”. Tiap serat atau sel otot berbebtuk silindris panjang dan berinti banyak. Ujung-ujungnya meruncing atau agak membulat pada perbatasan otot dan tendo. Otot rangka berkontraksi lebih cepat daripada otot polos.
Tiap serabut otot diseputi oleh jaringan pengikat yang disebut endomisium. Beberapa serabut otot bergabung membentuk berkas otot atau fasikulus, yang diseliputi oleh jaringan pengikat pirimisium. Beberapa berkas otot bergabung membentuk gumpal otot, yang diselaputi oleh jaringan pengikat epimisium. Dalam selaput otot terdapat serabut kolagen, serabut elastis dan fibroblas dan pembuluh darah.

Struktur Halus Otot Lurik
Miofibril yang terlihat sebagai benang-benang panjang dengan diameter 1-3 mikrometer dibawah mikroskop cahaya, terdiri satuan-satuan yang lebih kecil “ miofilamen”. Ada dua macam ukuran yaitu:
a. Filamen yang lebih tebal, mengandung myosin, garis tengah sekitar 12-15 nm denagan panjang 1,5 mikrometer dan menempati bagian tengah sarkomer membentuk pita A
b. Filamen tipis, mengandung aktin, garis tengah 5 nm, dan panjang sekitar 1 mikrometer dan terikat pada kedua belah garis
c. Filamen menengah (intermediate) (10 nm) membentuk jarring-jaring luas
d. Filamen tranversal, filamen berbebtuk kberkas halus menghubungkan miofibril-miofibril berdekatan berjalan antara garis-garis 2 dan garis-garis M.

Sistem Membran Otot Lurik
Sarkolema terdiri atas membran plasma sel otot itu yang dilapisi oleh suatu lamina basal halus yang ekstraseluler, serta sedikit miofibril kolagen. Retikulum endoplasma yang agranuler sangat banyak dan merupakan suatu sistem tubuli dan sistem bermembran yang sambung-menyambung membentuk selubung di sekitar miofibril. Sarkopolasma memilki banyak sarkosom yang besar dan penuh dengan Krista terdapat di bawah sarkolema.

Macam-macam Serabut Serat Otot
Serat serabut otot terdiri dari tiga macam yaitu:
a. Serat merah : bergaris tengah relativ kecil dengan banyak sarkosom besar yang penuh Krista
b. Serat putih : seratnya lebih besar dan sarkosom-sarkosomnay yang lebih kecil terdapat berpasangan sekitar garis-garis
c. Serat menengah: serat merah yang terdapat pada otot merah, tetapi sarkosom lebih kecil dan garis-garis lebih tebal.
Myneoral Junction, bersifat lebih komplek pada serat putih dan penyebaran berbagai jenis serat di dalam suatu otot agaknya dipengaruhi oleh sistem syaraf.

REGENERASI OTOT LURIK
Sesudah mengalami kerusakan, serat otot memiliki kapasitas untuk melakukan regenerasi, tetapi kerusakan berat akan diperbaiki dengan pembentukan jaringan ikat fibrosa dengan meninggalkan parut. Demikian juga bila syaraf pembuluh darah terganggu alirannya, dan serat-serat otot berganerasi dan diganti jaringan ikat fibrosa.
Selain terdapat melekat pada rangka, otot rangka terdapat pula pada lidah, bibir, daun telinga, kelopak mata, dan diafragma.

B. OTOT JANTUNG ATAU MIOKARDIUM
Otot jantung bersifat lurik dan invalunter berkontraksi secara ritmis dan automatis. Mereka hanya terdapat pada miokard (lapisan otot pada jamtung) dan pada pembuluh darah yang besar yang secara langsung berhubungan dengan jantung. Pada daerah khusus yang disebut diskus interkalaris. Setiap sel mempunyai panjang sekitar 1x00micrometer dan panjang 15 micrometer, ujungnya terbelah dua yang terletak pada sel yang berdekatan. Serat otot jantung dibungkus suatu sarkolema tipis mirip yang terdapat pada otot rangka, dan sarkoplasma yang penuh mitokondria. Miofibril-miofibril terpisah oleh deretan mitokondria yang mengakibatkan gambaran gurat-gurat memanjang yang nyata. Gambaran lurik melintang pada miofibril, dengan guarat-gurat A,1,2,N dan M sebagaimana pada otot rangka juga nyata tetapi guratnya tidak sejelas terdapat pada otot rangka . Intinya lonjong panjang dan terdapat di tengah serat diantara miofibril-miofibril yang divergen. Sekitar inti terdapat daerah sarkoplasma berbentuk gelandong dengan banyak mitokondria.

Struktur Halus Otot Jantung
Miofilamen yang mengandung aktin dan myosin terdapat pada rangka dan memperlihatkan susunan yang sama. Walaupun tidak banyak, miofilamen hanya terbatas pada sel-sel otot itu sendiri dan tidak mengalami batas sel. Pengelompokan miofilamen menjadi miofibril tidak sempurna seperti pada otot rangka dan potongan melintang memperlihatkan miofibril-miofibril yang dikelilingi oleh sarkoplasma dan RE. Diskus interkalaris merupakan batas sel yang khusus pada garis-garis. Bila dua sel dapat dipisahkan pada diskus ini, maka permukaan sel yang berhadapan akan memperlihatkan gambaran yang kompleks berupa papilla dan tonjolan-tonjolan.
Kontraksi Otot Jantung
Sejak permulaan kehidupan embrional, terjadi kontraksi miogenik spontan pada sel-sel otot jantung. Di beberapa bagian jantung dewasa, sel-sel otot jantung mengalami modifikasi dan membentuk sistem hantar rangsang yangmengandung denyut jantung. Rambatan rangsang terjadi dari sel otot jantung ke sel lain melalui nucleus. Sel-sel miokard atrium berbeda dari sel miokard ventrikel. Sel atrium lebih kecil dengan sistem T yang kurang berkembang.

REGENERASI OTOT JANTUNG
Otot jantung lebihtahan terhadap trauma bila dibandingkan dengan otot jenis lainnya, tetapi hampir tidak ada tanda regenerasi setelah terjadinya suatu cedera. Otot jantung yang rusak diperbaiki dengan meninggalkan suatu jaringan parut.

Otot jantung hanya terdapat pada jantung. Otot ini secara anatomis mempunyai ciri seperti otot lurik, tetapi berinti banyak dan terletak di tengah. Otot jantung mempunyai cabang-cabang yang menghubungkan sel satu dengan selsel lain disebut anastomosis. Batas antarselnya tampak jelas dan disebut diskus interkalaris.

C. OTOT POLOS

Jenis otot ini disebut juga sebagai otot tidak lurik atauotot involunter. Otot polos terutama terdapat pada bagian visceral, membentuk bagian yang kontraktil pada dinding saluran cerna sejak pertengahan esophagus sampai ke anus, termasuk saluran-saluran keluar kelenjar yang berhubungan dengan sistem ini. Terdapat juga pada sistem pernafasan, sistem reproduksi, pada arteri dan vena, pembuluh limfe, dan dari visera berongga. Seart otot polos dalam keadaan relaksasi merupakan sel panjang, berbentuk gelondong, meruncing di kedua ujungnya dan mempunyai bagian tengah yang lebih lebar, tempat letak intinya. Ukuran tergantung tempatnya dari 20 micrometert pada pembuluh darah sampai 0,005 mm dalam rahim wanita hamil.

Sel-sel otot polos mempunyai bentuk seperti gelendong, berinti satu, dan terdapat di tengah. Miofibril berwarna polos (tidak berwarna gelap dan terang). Kerja otot polos adalah tidak sadar (tidak dipengaruhi kehendak), lambat, teratur, dan tidak mudah lelah. Otot polos terdapat pada dinding saluran pencernaan, saluran pernapasan, dan pembuluh darah sehingga sering disebut otot alat-alat dalam.

Struktur jaringan otot dikhususkan untuk melakukan gerakan, baik oleh badan secara keseluruhan gerakan, baik oleh badan secara keseluruhan maupun oleh berbagai bagian tubuh yang satu terhadap yang lain. Sel-sel otot sangat berkembang dalam fungsi kontraktil dan tidak begitu berkembang dalam hal konduktivitas. Kekhususan ini meliputi pemanjangan sel-selnya sesuai sumbu kontroksi.

Pada jaringan otot, sel-sel atau serat otot itu biasanya bergabung dalam berkas-berkas, sehingga jaringan otot tidak hanya terdiri atas serat-serat otot saja. Karena harus melakukan kerja mekanis, serat-serat otot memerlukan banyak kapiler darah yang mendatangkan makanan dan oksigen, dan mengangkut keluar produk sisa toksik. Pembuluh-pembuluh darah itu terdapat di dalam jaringan ikat fibrosa, yang juga berguna untuk mengikat serat-serat otot menjadi satu dan sebagai pembungkus, pelindung sehingga tarikan dapat berlangsung secara efektif.
Komponen-komponen sel-sel otot seperti hal-hal yang lain, tetapi memiliki istilah khusus, membran sel disebut sarkolema, sitoplasma disebut sarkoplasma, retikulum endoplasma disebut retikulum sarkoplasma, dan mitokondria disebut sarkosoma.

Struktur Halus Otot Polos
Dalam sarkoplasma sekitar inti, khususnya pada kutub, terdapat mitokondria, sejumlah elemen dari Retikulum granular dan ribosom-ribosom bebas, suatu aparat golgi kecil, glikogen dan sesekali titik-titik lipid. Sisa sarkoplasma terutama mengandung miofilamen tebal dan tipis dengan perbandingan yang lebih banyak. Sarkolema sebesar 7 nm, diluarnya dilapisi suatu lamina basal, serat-serat retikular dan elastin mengisi celah-celah interseluler sempit.


Kontraksi Otot Polos
Dapat dikatakan satuan kontraktil otot polos adalah sel dan bukan sarkomer (yang tidak ada) rupanya “attachment plaque”. Pada sarkolema dan mpadat sel (dense bodies) dalam sarkoplasma dihubungkan oleh berkas-berkas filamen menengah dengan garis tengah 10 nm, membentuk suatu rangka atau kerangka dalam sev. Badan padat mengandung alfa aktinin, suatu protein yang dapat pada garis-garis yang menjadi tempat perlekatan miofilamen tipis. Kekuatan kontraksi dihasilkan oleh mekanisme filamen yang bergeser antara miofilamen tebal dan tipis dan diteruskan oleh badan padan padat kerangka bsev yang terdiri dari filamen-filamen 10 nm, untuk memendekkan panjang sel.

Regenerasi Otot Polos
Sebagian besar otot polos dibentuk melalui perkembangan sel-sel mesenkim, walaupun yang terdapat pada iris berasal dari ectoderm. Dalam hubungan dengan beberapa kelenjar dan saluran keluarganya seperti kelenjar-kelenjar liur, kelenjar keringat, dan kelenjar lakrimal, ada sel-sel dengan banyak cirri khas otot polos yang berkembang dari ectoderm dan sel mioepitel. Sel otot polos dapat bertambah ukurannya akibat rangsangan fisiologis (dalam rahim selama kehamilan) dan akibat rangsangan patologis (dalam arteriol pada hipertensi) tyerutama oleh bertambah besarnya masing-masing sel otot.

Perbedaan antara Otot Polos dan Serat Kolagen
Salah satru kesulitan yang paling umum dalam mempelajari jaringan adalah membedakan otot polos dan jaringan ikat padat. Serat-serat otot bersifat seluler dan umumnya terpulas lebih jelas dengan eosin daripada serat-serat kolagen. Intinya terdapat di dalam serat, mungkin berkeriput, dan lebih besar inti fibroblas yang terdapat diantara serat-serat kolagen.

2.2 Mekanisme Kontraksi dan Relaksasi Otot

Mekanisme Kontraksi Otot

Dasar untuk mengetahui kontraksi otot adalah Model Pergeseran Filamen yang pertama kali dikemukakan tahun 1954 oleh Andrew Huxley dan Ralph Niederge dan oleh Hugh Huxley dan Jean Hanson. Selama kontraksi otot, setiap sarkomer memendek, menyebabkan garis Z menutup bersama. Tidak ada perubahan pada ukuran daerah A tetapi daerah I dan zona H hampir tidak terlihat. Perubahan ini diterangkan oleh filamen aktin dan myosin yang bergeser melewati satu sama lain, sehingga filamen aktin berpindah menuju daerah A dan zona H. Kontraksi otot dengan demikian akibat dari interaksi diantara filamen aktin dan myosin yang menghasilkan pergerakan yang relatif satu sama lain. Dasar molekuler untuk interaksi ini adalah ikatan myosin ke filamen aktin menyebabkan myosin berfungsi sebagai penggerak pergeseran filamen.

Tipe myosin yang terdapat pada otot (myosin II) adalah jenis protein yang besar (sekitar 500 kd) yang terdiri dari dua rantai berat yang identik dan dua pasang rantai ringan. Setiap ikatan gelap terdiri atas gugus kepala globuler dan ujung α-heliks yang panjang. Ujung α-heliks dari dua rantai berat yang kembar di sekitar satu sama lain di dalam struktur gulungan untuk membentuk dimer dan dua rantai ringan yang terhubung dengan bagian leher tiap gugus kepala untuk membentuk molekul myosin yang komplet.

Filamen tebal otot terdiri dari beberapa ribu molekul myosin yang berhubungan dalam pergiliran pararel disusun oleh interaksi diantara ujung-ujungnya. Kepala globuler myosin mengikat aktin membentuk jembatan diantara filamen tebal dan tipis. Ini penting dicatat bahwa orientasi molekul myosin pada filamen tipis berkebalikan pada garis M sarkomer. Polaritas filamen aktin sama berkebalikan pada garis M sehingga orientasi filamen aktin dan myosin adalah sama pada kedua bagian sarkomer. Aktivitas penggerak myosin memindahkan gugus kepalanya sepanjang filamen aktin pada arah ujung positif. Pergerakan ini mengegeser filamen aktin dari kedua sisi sarkomer terhadap garis M, memendekkan sarkomer dan menyebabkan kontraksi otot. Penambahan ikatan aktin, kepala myosin mengikat dan kemudian menghidrolisis ATP yang menyediakan energi untuk menggerakkan pergeseran filamen. Pengubahan energi kimia untuk pegerakan ditengahi oleh perubahan bentuk myosin akibat pengikatan ATP. Model ini secara luas diterima bahwa hidrolisis ATP mengakibatkan siklus yang berulang pada interaksi diantara kepala myosin dan aktin. Selama tiap siklus, perubahan bentuk pada myosin mengakibtkan pergerakan kepala myosin sepanjang filamen aktin.

Walaupun mekanisme molekuler masih belum sepenuhnya diketahui, model yang diterima secara luas untuk menjelaskan fungsi myosin diturunkan dari penelitian in vitro tentang pergerakan myosin di sepanjang filamen aktin (oleh James Spudich dan Michael Sheetz) dan dari determinasi struktur 3 dimensi myosin (oleh Ivan Rayment dan koleganya). Siklus dimulai dari myosin (tanpa adanya ATP) yang berikatan dengan aktin. Pengikatan ATP memisahkan kompleks myosin-aktin dan hidrolisis ATP kemudian menyebabkan perubahan bentuk di myosin. Perubahan ini mempengaruhi daerah leher myosin yang terikat pada ikatan terang yang bertindak sebagai lengan pengungkit untuk memindahkan kepala myosin sekitar 5 nm. Produk hidrolisis meninggalkan ikatan pada kepala myosin yang disebut “posisi teracung”. Kepala myosin kemudian mengikat kembali filamen aktin pada posisi baru, menyebabakan pelepasan ADP + Pi yang menggerakkannya.

Kejadian biokimiawi yang penting dalam mekanisme kontraksi dan relaksasi otot dapat digambarkan dalam 5 tahap yakni sebagai berikut :

a. Dalam fase relaksasi pada kontraksi otot, kepala S1 myosin menghidrolisis ATP menjadi ADP dan Pi, namun kedua produk ini tetap terikat. Kompleks ADP-Pi- myosin telah mendapatkan energi dan berada dalam bentuk yang dikatakan sebagai bentuk energi tinggi.

b. Kalau kontraksi otot distimulasi maka aktin akan dapat terjangkau dan kepala myosin akan menemukannya, mengikatnya serta membentuk kompleks aktin-myosin-ADP-Pi.

c. Pembentukan kompleks ini meningkatkan Pi yang akan memulai cetusan kekuatan. Peristiwa ini diikuti oleh pelepasan ADP dan disertai dengan perubahan bentuk yang besar pada kepala myosin dalam sekitar hubungannya dengan bagian ekornya yang akan menarik aktin sekitar 10 nm ke arah bagian pusat sarkomer. Kejadian ini disebut cetusan kekuatan (power stroke). Myosin kini berada dalam keadaan berenergi rendah yang ditunjukkan dengan kompleks aktin-myosin.

d. Molekul ATP yang lain terikat pada kepala S1 dengan membentuk kompleks aktin-myosin-ATP.

e. Kompleks aktin-ATP mempunyai afinitas yang rendah terhadap aktin dan dengan demikian aktin akan dilepaskan. Tahap terakhir ini merupakan kunci dalam relaksasi dan bergantung pada pengikatan ATP dengan kompleks aktin-myosin.

https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjZFVWoraip2hLrWfgHASzHYkrADWaD783kIiJQbZYFxGoloS7H1-IoC37x2lpjvN58iQhamGZ80iCOAO6MUBqR5doibRe8JqgDytXxGUX-hv1sewe2Dt8aaznBWbxedL_zcZiyqDLv3hE/s400/1.jpg

Jadi, hidrolisis ATP digunakan untuk menggerakkan siklus tersebut dengan cara cetusan kekuatan yang sebenarnya berupa perubahan bentuk kepala S1 yang terjadi setelah pelepasan ADP.

Kontraksi otot rangka digerakkan oleh impuls syaraf yang merangsang pelepasan Ca2+ dari retikulum sarkoplasmik (jaringan khusus membran internal yang mirip dengan retikulum endoplasma yang menyimpan ion Ca2+ dengan konsentrasi yang tinggi). Pelepasan Ca2+ dari retikulum sarkoplasmik meningkatkan konsentrasi Ca2+ di sitosol kira-kira dari 10-7 menjadi 10-5 M. Berikut kerja retikulum sarkoplasma mengatur kadar ion Ca2+ intraselular dalam otot rangka :

Dalam sarkoplasma otot yang tengah istirahat, kontraksi ion Ca2+ adalah 10-7-10-8 mol/L. Keadaan istirahat tercapai karena ion Ca 2+ dipompakan ke dalam retikulum sarkoplasma lewat kerja sistem pengangkutan aktif yang dinamakan Ca2+ ATPase yang memulai relaksasi. Retikulum sarkoplasma merupakan jalinan kantong membran yang halus. Di dalam tretikulum sarkoplasma, ion Ca2+ terikat pada protein pengikat Ca2+ yang spesifik yang disebut kalsekuestrin. Sarkomer dikelilingi oleh membran yang dapat tereksitasi (sistem tubulus T) yang tersusun dari saluran transversal (T) yang berhubungan erat dengan retikulum sarkoplasma.

Ketika membran sarkomer tereksitasi oleh impuls syaraf, sinyal yang ditimbulkan disalurkan ke dalam sistem tubulus T dan saluran pelepasan ion Ca2+ dalam retikulum sarkoplasma di sekitarnya akan membuka dengan cepat serta melepaskan ion Ca2+ ke dalam sarkoplasma dari retikulum sarkoplasma. Konsentrasi ion Ca2+ dalam sarkoplasma meningkat dengan cepat hingga 10-5 mol/L. Tempat pengikatan Ca2+ pada TpC dalam filamen tipis dengan cepat diduduki oleh Ca2+. Kompleks TpC- 4 Ca2+ berinteraksi dengan TpI dan TpT untuk mengubah interaksinya dengan tropomyosin ini. Jadi, tropomyosin ini hanya keluar dari jalannya atau mengubah bentuk F aktin sehingga kepala myosin ADP-Pi dapat berinteraksi dengan F aktin untuk mengawali siklus kontraksi.

Peningkatan konsentrasi ion Ca2+ memberi sinyal kontraksi otot melalui gerakan prekursor protein yang terikat pada filamen aktin : tropomyosin dan troponin. Tropomyosin adalah protein serabut yang terikat di sepanjang alur filamen aktin. Pada otot lurik, tiap molekul tropomyosin terikat pada troponin yang merupakan komplek 3 polipeptida: troponin C (mengikat Ca2+), troponin I (inhibitor), dan troponin T (mengikat tropomyosin). Ketika konsentrasi Ca2+ rendah, kompleks troponin dengan tropomyosin menghalangi kontraksi aktin dan myosin sehingga otot tidak berkontraksi. Pada konsentrasi ion Ca2+ tinggi, Ca 2+ terikat pada troponin C menggeser posisi kompleks dengan mengganti posisi inhibisi dan mengakibatkan proses kontraksi terjadi.

https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhcV-KD54IG6jRoRiLoLT5QuckOwYOJZudtfmxxjVPrMxn5bcFU9OebW29ZYLb1HJbAYo-zA0OxL1bxUSZmQZW9hZylo4YXQu6TimsGfC2o15CoT_lih2F_fAtg5UKaNd0rawjuQ_JEF0M/s400/2.jpg

Mekanisme Relaksasi Otot

Relaksasi terjadi jika :

a. Konsentrasi Ca2+ menurun hingga di bawah 10-7 mol/L sebagai akibat dari pelepasannya kembali ke dalam retikulum sarkoplasma oleh Ca 2+ ATPase.

b. TpC- 4 Ca2+ kehilangan Ca2+

c. Troponin lewat interaksinya dengan tropomyosin menghambat interaksi selanjutnya kepala myosin- F aktin.

d. Dengan adanya ATP kepala myosin terlepas dari F aktin.

Dengan demikian ion Ca2+ mengendalikan kontraksi otot lewat mekanisme alosterik yang diantarai di dalam otot oleh TpC, TpI, TpT, tropomyosin dan F aktin.

2.3 Peranan Ion Kalsium

Kalsium merupakan zat yang dibutuhkan sejak bayi hingga usia tua. Jumlah kebutuhan kalsium dapat dibedakan berdasarkan jenis kelamin dan usia. Menurut salah satu dokter ahli gizi, kebutuhan kalsium yang dibutuhkan rata-rata adalah 500-800mg/hari. Dan pada lanjut usia dan wanita manapouse dianjurkan asupan kalsium per hari adalah 1000mg.

Kalsium mempunyai peran vital pada tulang sehingga dapat mencegah timbulnya osteoporosis. Namun kalsium yang berada di luar tulang pun mempunyai peran yang besar. Antara lain mendukung kegiatan enzim, hormone, syaraf dan darah. Beberapa manfaat kalsium bagi tubuh, sebagai berikut :

1. Mengaktifkan syaraf

2. Melancarkan peredaran darah

3. Melenturkan otot

4. Menormalkan tekanan darah

5. Menyeimbangkan keasaman/kebasaan darah

6. Menjaga keseimbangan cairan tubuh

7. Mencegah osteoporosis

8. Mencegah penyakit jantung

9. Menurunkan resiko kanker usus

10. Mengatasi kram, sakit pinggang, wasir dan reumatik

11. Mengatasi keluhan saat haid dan menoupouse

12. Meminimalkan penyusutan tulang selama hamil dan menyusui

13. Membantu meneralisasi gigi dan mencegah pendarahan akar gigi

14. Mengatasi kaki tangan kering dan sering pecah-pecah

15. Memulihkan gairah seks yang menurun/melemah

16. Mengatasi kencing manis (mengaktifkan pancreas)

Selain memiliki banyak manfaat dari ion kalsium, ada beberapa fungsi vital kalsium dalam tubuh, diantaranya adalah sebagai berikut :

a. Pembentukan tulang
Kalsium di dalam tulang mempunyai dua fungsi utama yaitu sebagai bagian integral dari struktur tulang dan sebagai tempat menyimpan cadangan kalsium. Pada tahap pertumbuhan janin dibentuk matriks sebagai cikal bakal tulang tubuh. Matriks mempunyai bentuk sama dengan tulang, tetapi masih lunak dan lentur. Komposisi matriks terdiri dari serabut yang terbuat dari protein kolagen yang diselubungi oleh gelatin.

Segera setelah lahir, matriks mulai menguat melalui proses kalsifikasi, yaitu terbentuknya kristal mineral. Kristal ini terdiri dari kalium fosfat atau kombinasi kalsium fosfat dan kalsium hidroksida yang dinamakan hidroksiapatit. Kalsium dan fosfor merupakan mineral utama dalam ikatan ini, sehingga keduanya harusnya berada dalam jumlah yang cukup di dalam cairan yang mengelilingi matriks tulang. Batang tulang yang merupakan bagian terkeras dari matriks, mengandung kalsium fosfat, magnesium, seng, natrium karbonat, dan fluor di samping hidroksiapatit.

Selama pertumbuhan, proses kalsifikasi berlangsung terus dengan cepat. Pada ujung tulang panjang ada bagian yang berpori yang dinamakan trabekula, yang menyediakan suplai kalsium siap pakai guna mempertahankan konsentrasi kalsium normal dalam darah. Selama manusia hidup, tulang senantiasa mengalami perubahan, baik dalam bentuk maupun kepadatan, sesuai dengan usia dan perubahan berat badan.

b. Pembentukan gigi
Mineral yang membentuk dentin dan email yang merupakan bagian tengah dan luar dari gigi adalah mineral yang sama dengan yang membentuk tulang. Akan tetapi, kristal dalam gigi lebih padat dan kadar airnya lebih rendah. Protein dalam email gigi adalah keratin, sedangkan dalam dentin adalah kolagen. Berbeda dengan tulang, gigi sedikit sekali mengalami perubahan setelah muncul dalam rongga mulut. Pertukaran antara kalsium gigi dan kalsium tubuh berlangsung lambat dan terbatas pada kalsium yang terdapat di dalam lapisan dentin.

c. Mengatur pembekuan darah
Bila terjadi luka, ion kalsium di dalam darah akan merangsang pembekuan fosfolipida tromboplastin dari platelet darah yang terluka. Tromboplastin ini mengkatalisis perubahan protrombin, bagian darah normal, menjadi trombin. Selanjutnya, trombin kemudian membantu perubahan fibrinogen, bagian lain dari darah, menjadi fibrin yang merupakan gumpalan darah.

d. Katalisator reaksi biologis
Kalsium berfungsi sebagai katalisator berbagai reaksi biologis, seperti absorpsi vitamin B12, tindakan enzim pemecah lemak, lipase pankreas, ekskresi insulin oleh pankreas, pembentukan dan pemecahan asetilkolin, yaitu bahan yang diperlukan dalam transmisi suatu rangsangan dari serabut saraf yang satu ke yang lainnya. Kalsium yang diperlukan untuk mengkatalisis reaksi-reaksi ini diambil dari persediaan kalsium dalam tubuh.

e. Kontraksi otot
Pada waktu otot berkontraksi, kalsium berperan dalam interaksi protein di dalam otot, yaitu aktin dan miosin. Bila darah kalsium kurang dari normal, maka otot tidak bisa mengendur setelah kontraksi dan tubuh akan kaku, sehingga dapat menimbulkan kejang. Beberapa fungsi kalsium lain adalah meningkatkan fungsi transpor membran sel, yaitu bertindak sebagai katalisator membran dan transmisi ion melalui membran organel sel.

. Ion Ca2+ Memerankan Peranan Sentral Dalam Pengaturan Kontraksi Otot

a. Pengaturan berdasarkan aktin (terdapat dalam otot lurik)

Pengaturan berdasarkan aktin terdapat pada otot rangka serta jantung vertebrata yang memiliki corak yang sama, lurik. Satu-satunya faktor yang potensial untuk membatasi proses pengaturan dalam siklus kontraksi otot kemungkinan adalah ATP. Sistem otot rangka dihambat pada saat istirahat; penghambatan ini dihilangkan untuk mengaktifkan kontraksi. Faktor penghambat otot lurik adalah sistem troponin yang terikat dengan tropomyosin dan F aktin dalam filamen tipis. Dalam otot lurik tidak terdapat kontrol kontraksi kecuali sistem troponin-tropomyosin terdapat bersama-sama dengan filamen aktin dan myosin. Tropomyosin terletak di sepanjang alur F aktin dan 3 buah kompleks troponin yaitu TpT, TpC, dan TpI. TpI mencegah ikatan kepala myosin dengan tempat pelekatan F aktin melalui perubahan bentuk F aktin via molekul tropomyosin atau hanya melalui pengguliran tropomyosin ke dalam posisi yang merintangi langsung tempat melekatnya kepala myosin pada F aktin. Kedua cara tersebut mencegah pengaktifan enzim ATPase myosin yang terjadi dengan perantaraan pengikatan kepala myosin pada F aktin. Dengan cara demikian, sistem TpI menghalangi siklus kontraksi.

b. Pengaturan berdasarkan myosin (terdapat dalam otot polos)

Otot polos mempunyai struktur molekuler yang serupa dengan struktur molekuler otot lurik kendati sarkomernya tidak segaris. Otot polos mengandung molekul α-aktinin dan tropomyosin sebagaiman halnya otot lurik. Otot polos tidak memiliki sistem troponin dan rantai ringan myosin otot polos berbeda dengan otot lurik. Sekalipun begitu, kontraksi otot polos juga diatur oleh ion Ca2+.

Berikut mekanisme kontraksi pada otot polos:

i. Fosforilasi rantai tipis-p myosin memulai kontraksi otot polos

Myosin otot polos mengandung rantai ringan-p yang mencegah pengikatan kepala myosin pada F aktin. Rantai tipis-p harus mengalami fosforilasi dahulu sebelum memungkinkan pengaktifan myosinATPase oleh F aktin. Kemudian aktivitas ATPase akan menyebabkan hidrolisis ATP. Fosfat pada rantai ringan myosin dapat membentuk khelasi dengfan ion Ca2+. yang terikat pada kompleks tropomyosin-TpC-aktin sehingga terjadi peningkatan kecepatan pembentukan jembatan silang antara kepala myosin dengan aktin. Fosforilasi rantai ringan-p memulai siklus kontraksi pelekatan-pelepasan pada otot polos.

ii. Enzim kinase rantai myosin diaktifkan oleh kalmodulin 4 Ca2+ . dan kemudian melakukan fosforilasi rantai tipis-p.

Sarkoplasma otot polos mengandung enzim kinase rantai ringan myosin yang bergantung kalsium. Aktivasi ion Ca2+. pada enzim kinase rantai ringan memerlukan pengikatan kalmodulin Ca2+. Enzim kinase rantai ringan yang diaktifkan oleh kalmodulin 4 Ca2+. melakukan fosforilasi rantai ringan-p yang kemudian akan berhenti menghambat interaksi myosin-F aktin. Siklus kontraksi kemudian dimulai.

BAB III

KESIMPULAN

3.1 KESIMPULAN

Ada tiga macam otot digolongkan berdasarkan struktur dan fungsi, yaitu otot rangka, otot jantung, dan otot polos.

a. Otot rangka

Otot lurik atau disebut juga dengan otot rangka karena melekat pada rangka dan berfungsi menggerakkan rangka. Otot lurik tersusun atas serabut-serabut otot atau miofibril yang berinti banyak. Miofibril dalam plasma berwarna gelap dan terang, tersusun teratur, dan tampak bergaris sehinggadisebut otot seran lintang atau otot lurik.

b. Otot jantung

Otot jantung hanya terdapat pada jantung. Otot ini secara anatomis mempunyai ciri seperti otot lurik, tetapi berinti banyak dan terletak di tengah. Otot jantung mempunyai cabang-cabang yang menghubungkan sel satu dengan selsel lain disebut anastomosis. Batas antarselnya tampak jelas dan disebut diskus interkalaris.

c. Otot polos

Sel-sel otot polos mempunyai bentuk seperti gelendong, berinti satu, dan terdapat di tengah. Miofibril berwarna polos (tidak berwarna gelap dan terang). Kerja otot polos adalah tidak sadar (tidak dipengaruhi kehendak), lambat, teratur, dan tidak mudah lelah. Otot polos terdapat pada dinding saluran pencernaan, saluran pernapasan, dan pembuluh darah sehingga sering disebut otot alat-alat dalam.

Dasar untuk mengetahui kontraksi otot adalah Model Pergeseran Filamen yang pertama kali dikemukakan tahun 1954 oleh Andrew Huxley dan Ralph Niederge dan oleh Hugh Huxley dan Jean Hanson. Selama kontraksi otot, setiap sarkomer memendek, menyebabkan garis Z menutup bersama. Tidak ada perubahan pada ukuran daerah A tetapi daerah I dan zona H hampir tidak terlihat. Perubahan ini diterangkan oleh filamen aktin dan myosin yang bergeser melewati satu sama lain, sehingga filamen aktin berpindah menuju daerah A dan zona H. Kontraksi otot dengan demikian akibat dari interaksi diantara filamen aktin dan myosin yang menghasilkan pergerakan yang relatif satu sama lain. Dasar molekuler untuk interaksi ini adalah ikatan myosin ke filamen aktin menyebabkan myosin berfungsi sebagai penggerak pergeseran filamen.

Relaksasi terjadi kalau :

a. Konsentrasi Ca2+ menurun hingga di bawah 10-7 mol/L sebagai akibat dari pelepasannya kembali ke dalam retikulum sarkoplasma oleh Ca2+ ATPase.

b. TpC- 4 Ca2+ kehilangan Ca2+

c. Troponin lewat interaksinya dengan tropomyosin menghambat interaksi selanjutnya kepala myosin- F aktin.

d. Dengan adanya ATP kepala myosin terlepas dari F aktin.

Dengan demikian ion Ca2+ mengendalikan kontraksi otot lewat mekanisme alosterik yang diantarai di dalam otot oleh TpC, TpI, TpT, tropomyosin dan F aktin.

3.2 SARAN

Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua. Jika terdapat kesalahan pada makalah ini mohon dimaklumi dan kami sangat membutuhkan saran atau kritikan demi perbaikan makalah kami ke depannya. Terima kasih semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua.

DAFTAR PUSTAKA

Drs. H. syaifuddin,AMK. (2006). Anatomi Fisiologi untuk Mahasiswa Keperawatan. Jakarta:EGC.

Pearce, E.C.2009. Anatomi dan Fisiologi untuk Paramedis. Jakarta: PT.Gramedia Pustaka Utama

Syaifuddin. 2009.Fisiologi Tubuh Manusia untuk Mahasiswa Keperawatan edisi ke-2. Jakarta: Salemba Medika

http://lulluakmalia.blogspot.com/2013/04/mekanisme-kontraksi-dan-relaksasi-otot.html?m=1

Makalah Fisiologi Keperawatan tentang Sistem Endokrin


BAB I

PENDAHULUAN


1.1 Latar Belakang

Sistem endokrin merupakan system kelenjar yang memproduksi substans untuk digunanakandi dalam tubuh. Padaumumnya, sistemendokrinbekerjauntukmengendalikanberbagaifungsifisiologitubuh, antara lain aktivitas metabolism, pertumbuhan, reproduksi, regulasi, osmotic danregulasi ionic. Kelenjar endokrin mengeluarkan substansi yang tetap beredar dan bekerja didalam tubuh.
Kelenjartanpasaluranataukelenjarbuntudigolongkanbersamadibawahnama organ endokrin, sebabsekresi yang dibuattidakmeninggalkankelenjarmelaluisatusaluran, tetapilangusngmasukkedalamdarah yang beredar di dalamkelenjar. Kata “endokrin” berasaldaribahasaYunani yang berarti “sekresikedalam”; zataktifutamadarisekresi internal inidisebut hormone, dari kata Yunani yang berarti “merangsang”.Hormon merupakan senyawa kimia khsus diproduksi oleh kelenjar endokrin tertentu. terdapat hormon setempat dan hormon umum. contoh dari hormon setempat adalah: Asetilkolin yang dilepaskan oleh bagian ujung-ujung syaraf parasimpatis dan syaraf rangka. Sekretin yang dilepaskan oleh dinding duedenum dan diangkut dalam darah menuju penkreas untuk menimbulkan sekresi pankreas dan kolesistokinin yang dilepaskan diusus halus, diangkutkekandung empedu sehingga timbul kontraksi kandung empedu dan pankreas sehinggatimbul sekresi enzim.

1.2 Rumusan Masalah

1. Apasaja organ yang termasuksistemendokrin?
2. Bagaimanacarakerja hormone endokrin?
3. Apaumpanbalik negative danpositifnya?
4. Apasaja hormone yang dihasilkankelenjarhipofisis?
5. Apafungsidari hormone hipofisis?

1.3 Tujuan

1. Mengetahuiapasaja organ yang termasuksistemendokrin
2. Memahamibagaimanacarakerja hormone endokrin
3. Memahamiumpanbalik negative danpositifnya
4. Mengetahuiapasaja hormone yang dihasilkankelenjarhipofisis
5. Mengetahuidanmemahamifungsidari hormone hipofisis

BAB II

PEMBAHASAN


2.1 Organ SistemEndokrin

Fungsi sistem endokrin antara lain:
1. Membedakan sistem saraf dan sistem reproduktif pada janin yang sedang berkembang.
2. Menstimulasi urutan perkembangan.
3. Mengkoordinasi sistem reproduktif.
4. Memelihara lingkungan internal optimal.
5. Melakukan respons korektif dan adaptif ketika terjadi situasi darurat.
1. Kelenjar endokrin
Kelenjar endokrin adalah organ yang menyintesis, menyimpan, dan menyekresi hormone ke dalam aliran darah. Terdapat banyak kelenjar endokrin di dalam tubuh, termasuk pancreas, tiroid, paratiroid, dan sebagaian sel usus dan kelenjar yang berfungsi sebagai organ target untuk hormon hipofisis.
2. Hipotalamus
Hipotalamus adalah area kecil otak yang terletak dibagian otak depan yang disebut diensefalon. Hipotalamus adalah organ syaraf dan organ endokrin. Hipotalamus berkaitan dengan mempertahankan homeostatis, yaitu mempertahankan lingkungan internal tubuh tetap konstan. Hipotalamus juga sangat penting dalam mengontrol perilaku dan memungkinkan respon yang tepat terhadap berbagai stimulus yang datang. Hipotalamus secara terus menurus menerima informasi dari sistem saraf pusta dan perifer mengenai suhu tubuh, nyeri, rasa nikmat, pemberikan makanan, rasa lapar, massa tubuh, dan status matebolik. Hipotalamus juga menerima input dari hormone lain dalam tubuh dan menerima ekstensi saraf dari area lain di otak.
Hipotalamus, secara berurutan, bersepon terhadap semua stimulus yang datang dengan mengirim tonjolan syaraf ke seluruh otak dan dengan menyintesis serta menyekresi hormonnya sendiri. Bada nsel saraf dihipotalamus ventral menyintesis beberapa hormone dan mengirimnya di tonjolan akson untuk di lepaskan kedalam darah dan sampai ke kelenjar hipopisis anterior. Badan sel saraf lain dihipotalamus menyintesis hormon yang dikirim ke bawah melalui tonjolan akson ke hipofisis posterior, tempan hormon tersebut disimpan sampai pada akhirnya dilepaskan kedalam aliran darah. Dua rute ini ketika hipotalamus mengontrol pelepasan hormone oleh hipofisis anterior dan posterior
3. Hipofisis anterior
Hipofisis anterior yang disebut juga adenohipofisis, terdiri atas jaringan nonsaraf. Hipofisis anterior secara anatomis terpisah dari hipotalamus tetapi secara fungsional berhubungan dengannya melalui suplai daranya. Hipofisis anterior menerima darah melalui drainase vena dari hipotalamus. Ketika darah yang mengalir dalam vena tiba-tiba masuk ke jaringan kapiler lain dan bukan mengalir kembali ke vena kava, sistem ini disebut sistem vena portal. Dengan demikian, hipotalamus dan hipofisis anterior dihubungkan oleh sistem aliran darah portal hipotalamus-hipofisis anterior. Karena telah digunakan oleh hipotalamus, darah dalam sistemi ni kurang mengandung oksigen, tetapi kaya akan pesan hormonal yang diberikan oleh hipotalamus ke dalam eminensia mediana. Dengan demikian, hipofisis anterior adalah organ target utama bagi hormone hipotalamus dan berespon terhadap hormon hipotalamus dengan melepaskan hormonnya sendiri.
4. Hipofisis posterior
Hipofisis posterior, yang juga disebut neurohipofisi, adalah jaringan saraf sejatio yang secara embriologi berasala dari hipotalamus. Pada hipofisis posterior terdapat tiga bagian eminensia mediana (kadang-kadang dianggap sebagai jaringan hipotalamus), tempat hipotalamus menyekresi anterior pituitary-releasing hormone, batang infundibular yang menghubungkan hipotalamus dengan hipofisis posterior dan prosesus infundibular yang merupakan ujung terminal hipofisis posterior.
Badan sel saraf di nucleus supraoptik dan paravemtrikel hipotalamus menyintesis dua hormon : hormone antidiuretic, yang juga disebut vasopressin, dan oksitosin. Hipotalamus mengirim kedua hormone ini di tonjolan akson melalui batang infundibular ke prosesus infundibular. Hormone tersebut disimpan disana sampai hipotalamus menstimulasinya untuk dilepaskan ke sirkulasi umum. Dengan demikian, hormone yang dilepaskan oleh hipofisis posterior berasal dari hipotalamus dan pelepasannya bergantung pada hipotalamus.
5. Kelenjar target
Kelompok ketiga kelenjar endokrin yang dibahas dalam bab ini terdiri atas kelenjar di luar otak yang berespon terhadap hormone hipofisis anterior dan posterior dengan pelepasan hormonnya sendiri. Kelenjar tersebut adalah organ target hormone hipofisis dan mencakup kelenjar tiroid, adrenal, dan testis sereta ovarium. Pankreas yang menyekresi insulin, juga merupakan kelenjar endokrin.

2.2 Cara KerjaHormon

2.2.1 Mekanisme kerja hormon pada tingkat sel

Mekanisme utama pada hormone dan molekul yang berkaitan dengan hormone tersebut menghasilkan efeknya melalui stimulasi kerja enzim yang ada dalam sel dan menaktivasi gen yang terlibat melalui transkripsi (sintesis) dan translasi (rantai peptida).
1. Hormon yang bermolekul besar (polipeptida dan protein).
Tidak dapat menembus sel sehingga bekerja pada permukaan sel dengan cara mengikat pada reseptor khas di sebelah luar membrane sel tersebut,merangsang enzim adenilat siklase dalam sel sehingga terbentuk adenosin mono phosphat (AMP) siklik.
Ada pengecualian pada insulin, prolaktin,dan Growth Hormone (GH), dimana mekanisme kerjanya tidak mengikuti pola diatas. Selanjutnya,AMP siklik dapat mengaktifkan kinase-kinase (enzim-enzim) protein tertentu di dalam sel untuk menginduksi serangkaian reaksi metabolik didalam sel sasaran.

2. Hormon yang molekulnya kecil (hormon steroid dan hormone tiroid).
Hormone ini mempunyai pengaruh terhadap spectrum jenis sel-sel sasarn yang lebih luas. Hormon steroid menembus membran sel yang berkaitan dengan reseptor protein khas sitoplasma. Ikatan kompleks steroid reseptor masuk kedalam inti sel dan berkaitan dengan kromatin yang mempengaruhi ekskresi gen sehingga terjadi perubahan pada kegiatan polimerasi Ribo Nucleic Acid (RNA) yang tergantung pada Deoxyribo Nucleic Acid (DNA). Akibatnya, terjadi kenaikan/penurunan kecepatan produksi RNA yang selanjutnya mempengaruhi produksi proteinyang khas.

2.2.2 Growth Hormone (GH)

Growth Hormone mempengaruhi berbagai metabolisme berikut.
1. Metabolisme protein. Merangsang pembentukan kolagen. Metabolisme elektrolit menahan N,P,Ca,K, dan Na dengan cara meningkatkan absorbs ion Ca diseluruh pencernaan serta menurunkan ekskresi ion Ca dan ion K melalui ginjal.
2. Metabolisme karbohidrat. Mempunyai efek meningkatkan pelepasan glukosa dari sel hati dan menurunkan kepekaan sel terhadap insulin.
3. Metabolisme lemak. Menimbulkan kadar asam lemak bebas dalam plasma darah. Gangguan sekresi GH.
a. Defisiensi GH, sebelum masa pubertas menyebabkan Darwinism (teori evolusi) yaitu kecil/abnormal, pertumbuhan yang tidak sesuai dengan umur. Pada orang dewasa tidak ada efeknya, hanya sedikit kehilangan protein.
b. Hipersekresi GH: tumor sel asidofil (jasad renik tumbuh dalam suasana asam). Pada usia sebelum pubertas menimbulkan gigantism (pertumbuhan abnormal) yaitu tinggi badan melebihi normal karena epifise tulang panjang belum menutup, sedangkan pada usia dewasa terjadi akromegali.

2.2.3 Gangguan Fungsi

1. Hipofungsi
a. Perubahan yang melibatkan defisiensi hormone GH,TSH, dan ACTH.
b. Gangguan pada hipotalamus.
2. Hiperfungsi
Biasanya disebabkan oleh tumor sel-sel adenohipofisis yang menyekresi.
a. Hipersekresi GH menimbulkan gigantisme/akromegali bergantung pada usia terjadinya hipersekresi,pembesaran alat visceral dan hipertropi jaringan bawah kulit. Kelebihan GH akan menyebabkan gejala Diabetes melitus (poliuria,polifagi,dan polidipsi)
b. Hipersekresi prolaktin. Pada wanita menimbulakan amenorhoe ,sedangkan pada laki-laki menimbulkan hipotensi.
c. Hipersekresi ACTH. Penyakit cousing dan hiperpigmentasi kulit.
2.2.4 Mekanisme Aksi Hormon


2.2.4.1 Sekresi endokrin.
Selendokrinmensekresihormon→ hormondialirkankedarah → ditangkapolehreseptorpadaselsasaran
Hormon merupakan mediator kimia yang mengatur aktivitas sel / organ tertentu. Dahulu sekresi hormonal dikenal dengan cara dimana hormon disintesis dalam suatu jaringan diangkut oleh sistem sirkulasi untuk bekerja pada organ lain disebut sebagai fungsi Endokrin
Ini bisa dilihat dari sekresi hormon Insulin oleh pulau β Langerhans Pankreas yang akan dibawa melalui sirkulasi darah ke organ targetnya sel-sel hepar. Sekarang diakui hormon dapat bertindak setempat di sekitar mana mereka dilepaskan tanpa melalui sirkulasi dalam plasma di sebut sebagai fungsi Parakrin, digambarkan oleh kerja Steroid seks dalam ovarium, Angiotensin II dalam ginjal, Insulin pada sel α pulau Langerhans.Hormon juga dapat bekerja pada sel dimana dia disintesa disebut sebagai fungsi Autokrin. Secara khusus kerja autokrin pada sel kanker yang mensintesis berbagai produk onkogen yang bertindak dalam sel yang sama untuk merangsang pembelahan sel dan meningkatkan pertumbuhan kanker secara keseluruhan.
• Neurosekresi.
Badanselsarafmensekresihormon→ melaluiaksonhormondialirkanmelaluialirandarah → hormonditangkapolehreseptorpadaselsasaran
• Neurotransmisi.
Badanselsarafmengeluarkansinyal → sehinggamempengaruhiselsasaranmelakukansesuatu
2.2.4.2 Reseptor Hormon Pada Membran
Reseptor untuk hormon pada suatu sel dapat terletak pada membrane atau sitoplasma biasanya merupakan reseptor untuk hormon protein atau peptida. Apabila sudah sampai di dekat sel sasaran, hormon akan segera berikatan dengan reseptornya dan membentuk komplekss hormon-reseptor. Pembentukan hormon-reseptor terjadi melalui mekanisme yang serupa dengan penggabungan antara anak kunci dan gemboknya. Kompleks hormon-reseptor akan memicu serangkaian reaksi biokimia yang menimbulkan tanggapan hayati.
Berikut adalah contoh beberapa peristiwa yang dapat diubah oleh hormon dengan cara kerja seperti di atas :

· Perubahan aktivitas enzim : perubahan aktivitas enzim memungkinkan proses metabolism tertentu dapat terselenggara atau terhenti.
· Pengaktifan mekanisme transport aktif : proses transport aktif sangat penting bagi sel untuk memasukkan tau mengeluarkan suatu zat.
· Aktivitas pembentukan mikrotubulus : perubahan aktivitas pembentukan mikrotubulus dapat mempengaruhi berbagai peristiwa yang tergantung padanya, antara alin pergerakan ameba dan mitosis sel.
· Pengubahan aktivitas metabolism DNA : pengubahan aktivitas metabolisme DNA dapat memepengaruhi proses pertumbuhan atau pembelahan sel.

2.2.5 Reseptor Hormon Pada Sitoplasma (Reseptor Sitosolik)

Merupakan hormon yang terdapat dalam sitoplasma sel sasaran. Hormon yang menggunakan reseptor sitosolik adalah hormon steroid dan hormon turunan asam amino. Hormon tersebut sangat musah larutdalam lipid sehingga mudah melewati membrane sel sasaran.Selama dalam peredaran darah ke seluruh tubuh, hormon selalu berkaitan dengan pengembannnya. Hormon akan terlepas dari molekul pengemban dan masuk ke sel sasaran. Dalam sitoplasma sel sasaran, hormon berkombinasi dengan reseptor khusus sehingga menghasilkan kompleks hormon-reseptor yang aktif. Kompleks tersebut memiliki daya gabung yang sanagt tinggi terhadap DNA sehingga setelah masuk ke inti, akan segera berkombinasi dengan DNA. Hal ini yang mengawali transkrip DNA. Pengikatan kompleks hormon-reseptor pada daerah promoter akan merangsang gen tertentu untuk aktif atau pasif.

2.3 UmpanBalikNegatifdanPositif

2.3.1 Sistem Feedback

Endokrin dapat menjaga/memonitor konsentrasi subtansi tertentu dalam tubuh, sehingga apabila terjadi penurunan akan melepaskan substansi (hormon) agar sel lain yang menyimpan substansi yang dibutuhkan tersebutmelepaskannya atau mencegah kehilangan dari tubuh. Respon dari rangsang hormon ini akan meningkatkan kadar tertentu kalium atau glukosa dalam darah, pengaturan osmoseluler atau glukoseluler kemudian menghentikan pelepasan messenger kimia. Peningkatan ini berfungsi sbg stimulus feedback negatif.
Pada Feedback positif saat terjadi kenaikan konsentrasi hormon yg menyebabkan kel lain melepaskan hormon kedua yg kmd akan merangsang utk peningkatan pengeluaran hormon pertama. Pada primata peningkatan estradiol (estrogen gonad) merangsang pelepasan hormon pituitary utk merangsang produksi estrogen ovarium.
Pada beberapa system feedback peningkatan satu hormon pada plasma akan merangsang pelepasan metabolit (glukosa) dari jaringan target. Penungkatan kadar metabolit dalam plasma kemudian akan merangsang pelepasan hormon kedua yang menghambat pelepasan metabolit dari jaringan target. Kadar metabolit yang rendah akan merangsang utk pelepasan hormon pertama.

2.3.2 U mpan Balik Negatif

Umpan balik negatif adalah mekanisme utama dalam sistem endokrin untuk mempertahankan homeostasis, pengaturan sekresi hormon. Sekresi dari hormon yang spesifik di-”on atau off”-kan oleh perubahan fisiologi yang spesifik. Hormon dapat secara langsung atau tidak langsung mempengaruhi sekresinya sendiri melalui mekanisme down- regulation (penurunan jumlah reseptor hormon yang menyebabkan penurunan sensifitas pada hormon).

Regulasi hormon yang banyak dilakukan oleh umpan balik negatif. Dalam umpan balik negatif, hormon yang menyebabkan efek. Sel-sel yang membuat hormon mendeteksi efek ini. Setelah deteksi hormon, produksi berhenti.
Sebuah contoh yang baik dari umpan balik negatif adalah dengan, hormon insulin . Insulin diproduksi oleh pankreas . Insulin dilepaskan oleh pankreas dalam menanggapi konsumsi glukosa . Jumlah glukosa dalam darah meningkat dan pankreas mendeteksi peningkatan ini. Hal ini kemudian mengeluarkan insulin ke dalam darah. Insulin meningkatkan penyerapan glukosa dalam sel target. Beberapa glukosa digunakan oleh sel-sel tetapi beberapa juga diubah dan disimpan dalam bentuk glikogen . Glukosa penyerapan oleh sel mengurangi tingkat glukosa darah - penurunan ini terdeteksi oleh pankreas dan di respon, berhenti mensekresi insulin ke aliran darah. Seperti kadar insulin dalam penurunan darah, seperti halnya pengambilan glukosa oleh sel.
Ini umpan balik negatif karena itu membantu untuk mempertahankan tingkat glukosa darah normal dan mencegah perubahan ekstrim. Ada dua jenis utama dari hormon: steroid hormon - ini adalah non-polar dan tidak perlu reseptor. Yang lainnya adalah hormon peptida.
hormon peraturan Kontra. Kadang-kadang dua atau lebih hormon mengendalikan hal yang sama. Sebagai contoh, glukosa darah sangat penting untuk organisme. Jadi tidak dikontrol oleh hanya satu hormon. Hormon lain juga membuat tingkat glukosa naik atau turun. Jika kadar glukosa terlalu rendah, tubuh melepaskan hormon yang melakukan kebalikan dari insulin. Mereka tidak memberitahu sel-sel dalam tubuh untuk mengambil glukosa dari darah. Mereka memberitahu sel untuk menempatkan glukosa kembali ke darah. Semacam hormon yang bekerja kebalikan dari hormon-hormon lain yang disebut kontra-regulasi hormon. Kontra-regulasi hormon insulin glukagon dan epinefrin

2.3.3 Umpan Balik Positif

Hal yang paling penting dalam organisme disimpan dalam homeostasis dengan umpan balik negatif dan kontra-regulasi hormon. Namun beberapa hal dikendalikan dalam cara yang berbeda. Salah satu cara yang jarang adalah umpan balik positif. Dalam umpan balik negatif, efek hormon membuat kelenjar berhenti membuat hormon. Dalam umpan balik positif sebaliknya terjadi. Efek hormon memberitahu kelenjar hormon untuk membuat bahkan lebih.
Sebuah contoh dari umpan balik positif adalah hormon yang menyebabkan melahirkan Hormon yang menyebabkan ini adalah oksitosin (ketika bayi lahir.). Hormon ini dibuat oleh kelenjar hipofisis . Ketika bayi mulai keluar, itu meregangkan otot di leher rahim (bagian bawah rahim.) Saraf di leher rahim mengirim pesan ke hipofisis. Pesan ini membuat oksitosin rilis pituitari lebih. Oksitosin kemudian menyebabkan otot-otot rahim untuk berkontraksi, atau menekan. Hal ini menyebabkan lebih peregangan di leher rahim. Ini peregangan kemudian memberitahu pituitari untuk membuat oksitosin bahkan lebih. Jadi tingkat oksitosin terus meningkat sampai meremas atau kontraksi rahim kekuatan bayi keluar.

2.4 Hormon yang DihasilkanKelenjarHipofisis

2.4.1 FisiologiKelenjarHipofisis

Kelenjar hipofisis terdiri dari dua lobus, anteriopr dan posterior, dengan asal dan struktur yang berbeda.
1) Lobus Anterior
terdiri dari kolom sel-sel, yang bercabang tidak teratur dan dipisahkan oleh sinusoid tempat darah bersirkulasi. Tiga jenis sel yang dapat dibedakan dengan pewarnaan:
· Asidofil yang berwarna merah
· Basophil yang berwarna biru
· Kromofob yang tidak berwarna
Lobus anterior disebut juga “pemimpin” atau “kelenjar utama” system endokrin karena efek dari hormone ini pada kelenjar endokrin lainj. Tetapi aktivitasnya dikendalikan oleh factor kimia. Hormone ini disekresi di dalam hipotalamus dan mengalir ke dalam kelenjar hipofisis terutama di dalam kapiler infundibulum hypophysis.
a. Hormone pertumbuhan (GH): menyebabkan retensi nitrogen dalam tubuh dan sangat penting untuk pertumbuhan. GH disekresi pada orang dewasa, anak-anak dan remaja, dan memiliki efek pada metabolisme karbohidrat dan lemak dan sifat anti-insulin.
b. Thyroid-stimulating hormone (TSH): merangsang kelenjar tiroid untuk menghasilkan tiroksin dan tri-yodotironin. Produksi hormone ini oleh hipotalamus dan pelepasannya dari kelenjar dikendalikan oleh kadar tiroksin dalam darah.
c. Hormone adrenokortikotropik (ACTH): merangsang korteks kelenjar adrenal menghasilkan glukokortikoid. Sekresinya dikendalikan oleh jumlah kortisol dalam darah.
d. Hormone gonadotropik (gonadotropin): bekerja pada kelenjar seks. Pada pria, interstisial cell-stimulating hormone (ICSH) merangsang sel-sel interstisial testis untuk menghasilkan androgen. Pada wanita, (a) follicle-stimulating hormone (FSH) menyebabkan pematangan folikel ovarium tempat ovum berkembang, dan (b) luteinizing hormone (LH), yang sama dengan ICSH, berkombinasi dengan FSH untuk menyempurnakan pematangan folikel dan merangsang perkembangan korpus luteum. Pada titik krisis, FSH menghilang dan LH meningkat, terjadi ovulasi. Pematangan folikel menyekresi estrogen, dan setelah ovulasi, korpus luteum menyekresi estrogen dan progesterone. Estrogen, melalui mekanisme umpan balik, menhambat produksi FSH.
e. Prolactin: hormone ini diproduksi dalam kelenjar hipofisis dan tidak dalam hipotalamus, terlibat dalam stimulasi dfan mempertahankan laktasi payudara.
2) Lobus Posterior (neurohipofisis)
Sel – sel ini disebut pituisit, yang bekerja sebagai struktur penunjang bagi ujung-ujung saraf. Sekresi hormon berlangsung hampir normal. Hormon ini disintesis dalam badan sel, selanjutnya bergabung dengan protein pembawa untuk mencapai kelenjar yang membutuhkan. Kelenjar ini terletak pada nukleus supraoptik dan para ventrikuler hipotalamus selanjutnya dibawa ke kelenjar hipofisis posterior di dalam aksoplasma serat – serat neuron yang berjalan dari hipotalamus.
a. Hormon anti diuretik (ADH) : dibentukdalam nukleus supraoptik dan mengandung asam amino. Mekanisme kerja ADH adalah meningkatkan permeabilitas duktus untuk mereabsorpsi sebagian besar air yang disimpan dalam tubuh dan mempermudah difusi bebas air dari tubulus cairan tubuh kemudian diabsorpsi secara osmosis.
b. Pengaturan produksi ADH : biula cairan ekstraseluler menjadi terlalu pekat, maka cairan ditarik dengan proses osmosis keluar dari sel osmoreseptor sehingga mengurangi ukuran sel dan menimbulkan sinyal saraf dalam hipotalamus untuk menyekresi ADH tambahan. Sebaliknya, bila cairan ekstraseluler terlalu encer, air bergerak melalui osmosis dengan arah berlawanan masuk ke dalam sel. Keadaan ini akan menurunkan sinyal saraf untuk menurunkan sekresi ADH.
c. Salah satu rangsangan yang menyebabkan sekresi ADH menjadi kuat adalah penurunan volunme darah. Keadaan ini terjadi secara hebat saat volume darah turun 15-25% dengan kecepatan sekresi meningkat 50x dari normal. Peranan penting dalam proses pembentukan laktasi adalah menyebabkan timbulnya pengiriman air susu dari alvioli ke duktus sehingga dapat diisap oleh bayi.

2.4.2 Hormon – hormon hipotalamus

Fungsi kelenjar hipofisis diatur oleh susunan saraf pusat melalui hipotalamus. Pengaturan dilakukan oleh sejumlah hormone yang dihasilkan oleh hipotalamus akibat rangsangan susunan saraf pusat. Hormon yang mengatur fungsi hipofisis dihasilkan oleh sel-sel neuro sekretoris yang terdapat di dalam hipotalamus, sedangkan pengaturan hipofisis oleh susunan saraf pusat dilakukan melalui mekanisme humoral melalui pembuiluh darah.
Pemasokan darah pada kelenjar hipofisis dilakukan oleh arteri karotis interna cabang dari pembuluh darah linglkarean Willis dan arteri hipofisis yang membentuk suatu anyaman membentuk kumparan kapiler. Beberapa macam vena porta melewati tangkai hipofisis lobus anterior.

2.5 FungsiHormonHipofisis

Fungsi kelenjar hipofisis diatir oleh susunan saraf pusat melalui hipotalamus. Pengaturan dilakukan oleh sejumlah hormon yang dihasilkan oleh hipotalamus akibat rangsangan susunan saraf pusat. Hormon yang mengatur fungsi hipofisis dihasilkan oleh sel-sel neuro sekretoris yang terdapat di dalam hipotalamus, sedangkan pengaturan hipofisis dilakukan oleh susunan daraf pusat dilakukan melalui mekanisme humoral melalui pembuluh darah.
Pemasokan darah pada kelenjar hipofisis dilakukan oleh arteri karotis interna cabang dari pembuluh darah lingkaran Willis dan arteri hipofisis yang membentuk suatu anyaman membentuk kumparan kapiler. Beberapa macam vena porta melewati tangkai hipofisis lobus anterior.

2.5.1 Pengaturan sekresi hipotalamus

Hampir semua sekresi kelenjar hipotalamus diatur oleh hormon dan sinyal saraf yang berasal dari hipotalamus. Kecepatan sekresi berbagai hormon berbeda-beda. Berbagai hormon yang ada dalam darah dapat menghambat atau mempercepat rangsangan dari hipotalamus.
Bagian-bagian kelenjar hipofisis adalah sebagai berikut.
1. Kelenjar hipofisis anterior (adeno hipofisis)
Mengandung banyak jenis sel sekretorik, biasanya terdapat satu jenis sel setiap hormon utama yang dibentuk dalam kelenjar hipofisis. Jenis hormon yang dihasilkan oleh hipofisis anterior adalah sebagai berikut.
a. Hormon Somatotropin (hormon pertumbuhan)
Berfungsi untuk:
· Meningkatkan kecepatan sintesis protein di seluruh tubuh.
· Meningkatkan metabolisme asam lemak dari jaringan adiposa.
· Menurunkan kecepatan pemakaian glukosa seluruh tubuh.
b. Hormon Kortikotropik atau Corticotropik Releasing Factor (CRF)
c. Hormon Tirotropin atau Thirotropin Releasing Factor (TRF)
Berfungsi untuk:
  • Merangsang sekresi TRH
· Mekanisme untuk dapat menghasilkan hormon dengan melakukan sintesis protein.
d. Hormon Gonadotropin atau Gonadotrophin Releasing Factor (GnRF)
Fungsi :
· Lutein Hormon : mengandung sekretori granules dan hormon stimulating untuk merangsang perkembangan folikel de Graf dalam ovarium dan membentuk spermatozoa pada testis untuk merangsang gametosis laki-laki.
· Folikel stimulatig hormon : mengendalikan sekresi estrogen dan progesteron dalam ovarium, memengaruhi lutenisasi pada wanita dna laki-laki disebut sebagai Interstisial Cel Stimulating Hormone (ICSH) yang memengaruhi produksi testosteron dalam testis.
· Prolaktin hormon (Luteo tropik Hormon) : memengaruhi langsung pada kelenjar-kelenjar susu di mamae mulai mempertahankan laktasi.
· Melanosit stimulating hormon (MSH) : memengaruhi melanosit dalam kulit.
2. Kelenjar hipofisis posterior (neurohipofisis)
a. Hormon anti diuretik (ADH)
Fungsi:
· Meningkatkan permeabilitas duktus untuk mereabsorpsi sebagian besar air yang disimpan dalam tubuh.
· Mempermudah difusi bebas air dari tubulus cairan tubuh kemudian diabsorpsi secara osmosis.

BAB III

PENUTUP


3.1 Kesimpulan

Organ sistem endokrin terdiri dari:
1. Kelenjar endokrin adalah organ yang menyintesis, menyimpan, dan menyekresi hormone ke dalam aliran darah.
2. Hipotalamus adalah area kecil otak yang terletak dibagian otak depan yang disebut diensefalon.
3.Hipofisis anterior yang disebut juga adenohipofisis, terdiri atas jaringan nonsaraf.
4. Hipofisis posterior, yang juga disebut neurohipofisi, adalah jaringan saraf sejatio yang secara embriologi berasala dari hipotalamus.
5. Kelenjar target
Mekanisme utama pada hormone dan molekul yang berkaitan dengan hormone tersebut menghasilkan efeknya melalui stimulasi kerja enzim yang ada dalam sel dan menaktivasi gen yang terlibat melalui transkripsi (sintesis) dan translasi (rantai peptida).
Pembentukan hormon-reseptor terjadi melalui mekanisme yang serupa dengan penggabungan antara anak kunci dan gemboknya. Kompleks hormon-reseptor akan memicu serangkaian reaksi biokimia yang menimbulkan tanggapan hayati.
Endokrin dapat menjaga/memonitor konsentrasi subtansi tertentu dalam tubuh, sehingga apabila terjadi penurunan akan melepaskan substansi (hormon) agar sel lain yang menyimpan substansi yang dibutuhkan tersebut melepaskannya atau mencegah kehilangan dari tubuh.

Daftar Pustaka

Corwin, Elizabeth J. 2009. Buku saku patofisiologi. Jakarta : EGC
Syaifuddin.2009.FisiologiTubuhManusia : untuk Mahasiswa Keperawatan Edisi 2.Jakarta: Salemba Medika.
Gibson, John.2003 . Fisiologi dan Anatomi Modern untuk Perawat edisi 2.Jakarta:EGC

About