BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar
Belakang
Tekanan darah dalam kehidupan seseorang
bervariasi secara alami. Bayi dan anak-anak secara normal memiliki tekanan
darah yang jauh lebih rendah daripada dewasa. Tekanan darah juga dipengaruhi
oleh aktivitas fisik, dimana akan lebih tinggi pada saat melakukan aktivitas
dan lebih rendah ketika beristirahat. Tekanan darah dalam satu hari juga
berbeda; paling tinggi di waktu pagi hari dan paling rendah pada saat tidur
malam hari
Dalam kehidupan sehari-hari kita sering melihat seseorang yang memeriksa tekanan darah dengan menggunakan alat yang sering disebut tensimeter. Dari pengukuran tekanan darah ini kemudian didapatkan hasil, misalnya 120/80 mmHg yaitu tekanan darah sitole per diastole. Naik turunnya gelembung tekanan darah seirama dengan pemompaan jantung untuk mengalirkan darah di pembuluh arteri. Tekanan darah memuncak pada saat jantung memompa, ini dinamakan “systole:, dan menurun sampai pada tekanan terendah yaitu saat jantung tidak memompa (relaxes) ini disebut “Diastole” Kemudian timbul pertanyaan dalam benak kita bagaimana cara menentukan angka-angka tersebut, atau adakah hal yang memepengaruhi sehingga tekanan darah setiap orang berbeda-beda dan bagaimana pengaruhnya terhadap keadaan fisiologis seseorang.
Masalah-masalah tersebut akan dipraktikkan dan dipelajari dalam praktikum ini.
Dalam kehidupan sehari-hari kita sering melihat seseorang yang memeriksa tekanan darah dengan menggunakan alat yang sering disebut tensimeter. Dari pengukuran tekanan darah ini kemudian didapatkan hasil, misalnya 120/80 mmHg yaitu tekanan darah sitole per diastole. Naik turunnya gelembung tekanan darah seirama dengan pemompaan jantung untuk mengalirkan darah di pembuluh arteri. Tekanan darah memuncak pada saat jantung memompa, ini dinamakan “systole:, dan menurun sampai pada tekanan terendah yaitu saat jantung tidak memompa (relaxes) ini disebut “Diastole” Kemudian timbul pertanyaan dalam benak kita bagaimana cara menentukan angka-angka tersebut, atau adakah hal yang memepengaruhi sehingga tekanan darah setiap orang berbeda-beda dan bagaimana pengaruhnya terhadap keadaan fisiologis seseorang.
Masalah-masalah tersebut akan dipraktikkan dan dipelajari dalam praktikum ini.
B. Tujuan
Praktikum
1.
Mempelajari cara-cara pengukuran tekanan
darah arteri.
2.
Mempelajari beberapa faktor yang dapat
mempengaruhi tekanan darah secara fisiologis.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Tekanan darah adalah
tekanan yang diberikan oleh sirkulasi darah pada dinding pembuluh darah, dan
merupakan salah satu tanda-tanda vital utama. Pada setiap detak jantung,
tekanan darah bervariasi antara tekanan maksimum (sistolik) dan minimum
(diastolik). Tekanan darah dikarenakan oleh pemompaan jantung dan resistensi
pembuluh darah, berkurang sebagai sirkulasi darah menjauh dari jantung melalui
arteri. Tekanan darah memiliki penurunan terbesar dalam arteri kecil dan
arteriol, dan terus menurun ketika bergerak melalui darah kapiler dan kembali
ke jantung melalui pembuluh darah. Gravitasi, katup dalam pembuluh darah, dan
memompa dari rangka kontraksi otot, adalah beberapa pengaruh lain pada tekanan
darah di berbagai tempat di dalam tubuh. 1
Tekanan darah
dinilai dalam dua hal, sebuah tekanan tinggi sistolik
yang menandakan kontraksi maksimal jantung
dan tekanan rendah diastolik
atau tekanan istirahat. 2
Tekanan darah merujuk kepada tekanan yang dialami
darah pada pembuluh arteri darah ketika darah di pompa oleh jantung
ke seluruh anggota tubuh manusia. Tekanan darah dibuat dengan mengambil dua
ukuran dan biasanya diukur seperti berikut - 120 /80 mmHg. Nomor atas (120)
menunjukkan tekanan ke atas pembuluh arteri akibat denyutan jantung,
dan disebut tekanan sistole.
Nomor bawah (80) menunjukkan tekanan saat jantung
beristirahat di antara pemompaan, dan disebut tekanan diastole.
3
Pemeriksaan
tekanan darah biasanya dilakukan pada lengan kanan, kecuali pada lengan
tersebut terdapat cedera.
Perbedaan antara tekanan sistolik dan diastolik disebut tekanan denyut.
Di Indonesia,
tekanan darah biasanya diukur dengan tensimeter
air raksa.
2
Saat yang paling
baik untuk mengukur tekanan darah adalah saat Anda istirahat dan dalam keadaan
duduk atau berbaring.3
Tidak ada nilai
tekanan darah 'normal' yang tepat, namun dihitung berdasarkan rentang nilai
berdasarkan kondisi pasien. Tekanan darah amat dipengaruhi oleh kondisi saat
itu, misalnya seorang pelari yang baru saja melakukan lari maraton,
memiliki tekanan yang tinggi, namun ia dalam nilai sehat. Dalam kondisi pasien
tidak bekerja berat, tekanan darah normal berkisar 120/80 mmHg. Tekanan darah
tinggi atau hipertensi
diukur pada nilai sistolik 140-160 mmHg. Tekanan darah rendah disebut hipotensi. 2
Tekanan darah
dalam kehidupan seseorang bervariasi secara alami. Bayi dan anak-anak secara
normal memiliki tekanan darah yang jauh lebih rendah daripada dewasa. Tekanan
darah juga dipengaruhi oleh aktivitas fisik, dimana akan lebih tinggi pada saat
melakukan aktivitas dan lebih rendah ketika beristirahat. Tekanan darah dalam
satu hari juga berbeda; paling tinggi di waktu pagi hari dan paling rendah pada
saat tidur malam hari. 3
Bila tekanan
darah diketahui lebih tinggi dari biasanya secara berkelanjutan, orang itu
dikatakan mengalami masalah darah tinggi. Penderita darah tinggi mesti
sekurang-kurangnya mempunyai tiga bacaan tekanan darah yang melebihi 140/90 mmHg saat istirahat. 3
Tekanan yang diciptakan oleh
kontraksi ventrikel adalah kekuatan pendorong untuk aliran darah melalui
pembuluh dari sistem. Ketika darah meninggalkan ventrikel kiri, aorta dan
arteri diperluas untuk mengakomodasi hal itu. Ketika ventrikel relaks dan
menutup katup semilunar, dinding elastis arteri mundur, mendorong darah maju ke
arteri yang lebih kecil dan arteriol. 7
Dengan mempertahankan tekanan
aliran darah selama ventrikel berelaksasi, arteri terus-menerus menghasilkan
aliran darah melalui pembuluh darah. Sirkulasi arus di sisi arteri berdenyut,
mencerminkan perubahan dalam tekanan arteri sepanjang siklus jantung. Ketika
melewati arteriol, gelombang menghilang.7
Dalam sirkulasi sistemik, tekanan
darah tertinggi terletak pada arteri dan terendah di pembuluh darah kecil.
Tekanan darah tertinggi di arteri dan jatuh terus seperti darah mengalir
melalui sistem sirkulasi. Penurunan tekanan terjadi karena energi yang hilang
akibat hambatan dari pembuluh darah. Resistensi terhadap aliran darah juga
berasal dari gesekan antara sel-sel darah. 7
Dalam sirkulasi sistemik, tekanan
tertinggi terjadi di dalam aorta dan mencerminkan tekanan diciptakan oleh
ventrikel kiri. Tekanan aorta mencapai tinggi rata-rata 120 mm Hg selama sistol
ventrikel, kemudian terus menurun dari 80 mm Hg selama diastol ventrikel.
Perhatikan bahwa meskipun tekanan dalam ventrikel turun menjadi hampir 0 mm Hg
sebagai ventrikel relaks, tekanan diastolik dalam arteri besar masih relatif
tinggi. Tekanan diastolik yang tinggi dalam arteri mencerminkan kemampuan
wadahnya untuk menangkap dan menyimpan energi dalam dinding elastis. 7
Peningkatan tekanan yang cepat
terjadi saat ventrikel kiri mendorong darah ke aorta dapat ditinggalkan sebagai
denyut nadi, atau tekanan gelombang, diteruskan melalui arteri berisi cairan
dari sistem kardiovaskular. Gelombang tekanan sekitar 10 kali lebih cepat dari
darah itu sendiri. 7
Pengaruh Tekanan Darah Arteri Rata-Rata
Tekanan darah
arteri rata-rata adalah gaya utama yang mendorong darah ke jaringan. Tekanan
ini harus diatur secara ketat karena dua alas an. Pertama, tekanan tersebut
harus tinggi untuk menghasilkan gaya dorong yang cukup; tanpa tekanan ini, otak
dan jaringan lain tidak akan menerima aliran yang adekuat seberapapun
penyesuaian lokal mengenai resistensi arteriol ke organ-organ tersebut yang
dilakukan. Kedua, tekanan tidak boleh terlalu tinggi, sehingga menimbulkan
beban kerja tambahan bagi jantung dan meningkatkan resiko kerusakan pembuluh
serta kemungkinan rupturnya pembuluh-pembuluh halus. 4
Mekanisme-mekanisme
yang melibatkan integrasi berbagai komponen sistem sirkulasi dan sistem tubuh
lain penting untuk mengatur tekanan darah arteri rata-rata ini. Dua penentu
utama tekanan darah arteri rata-rata adalah curah jantung dan resistensi perifer
total:
Tekanan darah arteri rata-rata =
curah jantung x
resistensi perifer total
Pada gilirannya, sejumlah faktor
menentukan curah jantung dan resistensi perifer total. Dengan demikian, kita
dapat memahami kompleksitas pengaturan tekanan darah. Perubahan setiap faktor
tersebut akan mengubah tekanan darah kecuali apabila terjadi perubahan
kompensatorik pada variable lain sehingga tekanan darah konstan. Aliran darah
ke suatu jaringan bergantung pada gaya dorong berupa tekanan darah arteri rata-rata
dan derajat vasokonstriksi arteriol-arteriol jaringan tersebut. Dengan
demikian, variable kardiovaskular harus terus-menerus diubah untuk
mempertahankan tekanan darah yang konstan walaupun kebutuhan jaringan akan
darah berubah-ubah. 4
Tekanan
arteri rata-rata secara konstan dipantau oleh baroreseptor (sensor tekanan) di dalam sistem sirkulasi. Apabila
reseptor mendeteksi adanya penyimpangan dari normal, akan dimulai serangkaian
respons refleks untuk memulihkan tekanan arteri ke nilai normalnya. Penyesuaian
jangka pendek (dalam beberapa detik)
dilakukan dengan mengubah curah jantung dan resistensi perifer total, yang
diperantarai oleh pengaruh sistem saraf otonom pada jantung, vena, dan
arteriol. Penyesuaian jangka panjang
(memerlukan waktu beberapa menit sampai hari) melibatkan penyesuaian volume
darah total dengan memulihkan keseimbangan garam dan air melalui mekanisme yang
mengatur pengeluaran urine dan rasa haus. Besarnya volume darah total, pada
gilirannya, menimbulkan efek nyata pada curah jantung dan tekanan arteri
rata-rata. 4
Metode Pengukuran Tekanan Darah
Bila
kanula dimasukkan ke arteri, tekanan arteri dapat diukur secara langsung dengan
manometer air raksa atau ukuran dasar ketegangan yang sesuai dan suatu
osiloskop diatur untuk menulis secara langsung pada potongan kertas yang
bergerak. Bila arteri diikat diatas titik tempat memasukkan kanula, suatu
tekanan terekam. Aliran dalam arteri terganggu, dan semua energy kinetic dari
aliran dikonversi menjadienergi tekanan.
Bila, pilihan lain, suatu tabung T dimasukkan kedalam pembuluh darah dan
tekanan diukur pada sisi lengan tabung, rekaman tekanan sisi pada tekanan turun
karena tahanan diabaikan ialah lebih rendah dibandingkan tekanan ujung oleh
energy kinetic dari aliran.5
Metode Auskultasi
Tekanan
darah arteri pada manusia secara rutin diukuk dengan metode auskultasi. Suatu
manset yang dapat dipompa dihubungkan pada manometer air raksa kemudian
dililitkan disekitar lengan dan stetoskop diletakkan diatas arteri brakialis
pada siku. Manset secara tepat dipompa sampai tekanan didalamnya diatas tekanan
sistolik yang diharapkan dalam arteri brakialis. Arteri dioklusi oleh manset
dan tidak ada suara terdengar oleh stetoskop. Kemudian tekanan dalam manset
diturunkan secara perlahan-lahan. Pada titik tekana sistolik dalam arteri dapat
melampaui tekanan manset, semburan darah melewatinya pada tiap denyut jantung
dan secara sinkron dengan tiap denyut, bunyi detakan didengar dibawah manset. 5
Metode Palpasi
Tekanan sistolik dapat ditentukan
dengan memompa manset lengan dan kemudian mebiarkan tekanan turun dan tentukan
tekanan pada saat denyut radialis pertama kali teraba. Oleh karena kesukaran
dalam menetukan secara pasti kapan denyut pertama teraba, tekanan yang
diperoleh dengan metode palpasi biasanya 2-5 mm Hg lebih rendah dibandingkan
dengan yang diukur menggunakan metode auskultasi.5
Adalah
bijaksana melakukan kebiasaan meraba denyut nadi radialis ketika memompa manset
selama pengukuran tekanan darah dengan metode auskultasi. Bila tekanan manset diturunkan,
bunyi Korotkoff kadang-kadang menghilang pada tekanan diatas tekanan diastolic,
kemudian muncul lagi pada tekanan yang lebih rendah. Bila manset dimulai untuk
dipompa sampai denyut radialismenghilang, pemeriksa dapat yakin bahwa tekanan
manset diatas tekanan sistolik dan nilai tekanan rendah palsu dapat dihindari.5
Metode Oscillometric
Metode Oscillometric pertama kali
ditunjukkan pada tahun 1876 dan melibatkan pengamatan osilasi dalam tekanan
manset sphygmomanometer yang disebabkan oleh aliran darah osilasi, yaitu pulsa.
Versi elektronik dari metode ini kadang-kadang digunakan dalam lama jangka
pengukuran dan praktik umum. Metode ini
menggunakan manset sphygmomanometer seperti metode auscultatory, tapi dengan
sensor tekanan elektronik (transducer) untuk mengamati osilasi tekanan manset,
elektronik untuk menafsirkannya secara otomatis, dan otomatis inflasi dan
deflasi manset. Sensor tekanan harus dikalibrasi secara berkala untuk menjaga
akurasi. 1
Pengukuran oscillometric
memerlukan keterampilan teknik lebih sedikit daripada auscultatory, dan mungkin
cocok untuk digunakan oleh staf terlatih dan untuk pemantauan di rumah pasien
secara otomatis. 1
Pada awalnya tekanan manset ini
mengembang melebihi tekanan arteri sistolik, dan kemudian mengurangi tekanan
diastolik selama sekitar 30 detik. Ketika aliran darah adalah nol (tekanan
manset melebihi tekanan sistolik) atau tanpa hambatan (tekanan manset di bawah
tekanan diastolik), tekanan manset akan konstan. Kebenaran ukuran manset sangat
penting karena ukuran manset yang kecil/sempit dapat menghasilkan tekanan yang
terlalu tinggi, sedangkan ukuran manset yang besar/longgar dapat
menghasilkan tekanan yang terlalu
rendah. Ketika aliran darah hadir, tetapi dibatasi, tekanan manset, yang
dipantau oleh sensor tekanan, akan bervariasi secara berkala selaras dengan
siklus ekspansi dan kontraksi arteri brakialis, yaitu, akan terombang-ambing.
Kemudian nilai-nilai sistolik dan tekanan diastolik dihitung, sebenarnya tidak
diukur dari data mentah, tetapi menggunakan algoritma, lalu hasil yang telah
dihitung akan ditampilkan. 1
Oscillometric monitor bisa
menghasilkan pembacaan yang tidak akurat pada pasien dengan masalah jantung dan
sirkulasi, yang meliputi arteri sklerosis, aritmia, pre-eklampsia, pulsus
alternans, dan pulsus paradoxus. 1
Dalam praktiknya, metode yang
berbeda tidak memberikan hasil identik; algoritma dan koefisien yang diperoleh
secara eksperimental digunakan untuk menyesuaikan hasil oscillometric untuk
memberikan bacaan yang sesuai dengan hasil auscultatory sebaik-baiknya.
Beberapa peralatan komputer menggunakan analisis dibantu sesaat gelombang
tekanan arteri untuk menentukan sistolik, berarti, dan diastolik poin. Karena
banyak perangkat oscillometric belum divalidasi, kehati-hatian harus diberikan
karena kebanyakan tidak cocok dalam klinis dan pengaturan perawatan akut.
1
Tekanan darah meningkat karena:
·
Jenis kelamin pasien
·
Latihan fisik
·
Makan
·
Stimulan (zat-zat yang mempercepat fungsi tubuh)
·
Stress emosional seperti marah, takut, dan
aktivitas seksual
·
Kondisi penyakit seperti arteriosklorosis
(penebalan arteri)
·
Faktor hereditas
·
Nyeri
·
Obesitas
·
Usia
·
Kondisi pembuluh darah 6
Tekanan darah menurun karena:
·
Puasa (tidak makan)
·
Istirahat
·
Depresan (obat-obatan yang menghambat fungsi
tubuh)
·
Kehilangan berat badan
·
Emosi (seperti berduka)
·
Kondisi abnormal seperti hemoragi (kehilangan
darah) atau syok 6
Faktor-faktor yang mempengaruhi
pembacaan tekanan darah, yaitu:
·
Usia
·
Tidur
·
Berat badan
·
Emosi
·
Hereditas
·
Jenis kelamin
·
Viskositas darah
·
Kondisi pembuluh darah 6
Peralatan yang
digunakan dalam mengukur tekanan darah adalah sfigmomanometer dan stetoskop. 6
Sfigmomanometer
(alat pengukur tekanan darah) terdiri atas:
1.
Manset (tersedia dalam ukuran berbeda) yang sesuai
dengan lengan pasien. Di dalam manset ini terdapat kantong karet. Tombol
pengendali tekanan dikaitkan dengan manset. Merupakan hal yang penting untuk
menggunakan manset dengan ukuran yang tepat pada saat mengukur tekanan darah.
Manset yang terlalu lebar atau terlalu sempit akan memberikan pembacaan yang tidak
akurat. Lebar manset harus diukur mendekati dua pertiga diameter lengan pasien.
2.
Dua selang. Satu selang dihubungkan dengan pengendali
tekanan dan dengan kantong yang berada di bagian dalam manset. Selang yang lain
dihubungkan dengan pengukur tekanan.
3.
Pengukur tekanan, bias berupa cakram angka bulat
pengukur aneroid atau kolom air raksa. Keduanya ditandai dengan angka-angka. 6
Stetoskop,
memperjelas bunyi, terdiri atas:
1.
Bel atau diafragma
2.
Selang yang membawa suara ke pendengar
3.
Alat pendengar, yang mengarahkan suara ke telinga
pendengar. Alat pendengar dan diafragma ini harus dibersihkan dengan antiseptik
sebelumdan setelah digunakan untuk mencegah penularan penyakit. 6
Mengukur Tekanan Darah
Tekanan
darah biasanya diukur di lengan atas, pada arteri brakialis. Pembacaan tekanan
darah yang diambil dari tempat lain harus dijelaskan.
1.
Manset diletakkan dengan lembut di atas arteri
brakialis (2 cm di atas area antekubital).
2.
Bel stetoskop diletakkan diatas arteri brakialis.
3.
Tekanan kemudian dinaikkan dengan memompa kantong karet
dalam manset untuk menghentikan aliran darah melewati arteri.
a.
Tekanan kemudian dilepaskan dengan perlahan-lahan dan
bunyi menutupnya katup jantung dapat didengar. Bunyi tersebut berhubungan
dengan perubahahn tekanan dalam darah.
4.
Tekanan darah diukur:
a.
Pada titik tertingginya sebagai tekanan sistolik.
Berupa bunyi teratur pertama yang anda dengar.
b.
Pada titik terendahnya sebagai tekanan diastolik.
Berupa perubahan bunyi atau bunyi terakhir yang anda dengar.
c.
Perbedaan antara tekanan sistolik dan diastolik disebut
tekanan nadi. Tekanan nadi memberikan informasi penting mengenai kesehatan
arteri. Tekanan nadi rata-rata pada orang dewasa yang sehat adalah sekitar 40
mmHg. Tetapi, ada faktor-faktor kesehatan dan penyakit yang dapat menimbulkan
gangguan pada tekanan nadi. Peningkatan volume darah atau frekuensi jantung
atau penurunan kemampuan arteri untuk mengembang dapat menyebabkan peningkatan
tekanan nadi.
5.
Pembacaan tekanan darah dicatat seperti pecahan;
contoh: sistolik/diatolik atau 130/92.
6.
Nilai tekanan darah:
a.
Tekanan arteri brakialis orang dewasa pada saat
istirahat rata-rata adalah antara 90-140 mmHg sistolik dan antara 60-90 mmHg
diastolik.
b.
Hipertensi (tekanan darah tinggi) adalah jika nilai
sistolik lebih besar dari 140 mmHg dan diastolik lebih besar dari 90 mmHg.
c.
Hipotensi (tekanan darah rendah) adalah jika nilai
sistolik kurang dari 100 mmHg dan diastolik 60 mmHg. 6
BAB III
METODOLOGI
A. ALAT
YANG DIBUTUHKAN
·
Manometer air raksa atau aneroid
·
Stetoskop
B. CARA
KERJA
Dalam
mencatat tekana darah secara fisiologis, orang coba harus berada dalam keadaan
yang menyenangkan dan lepas dari pengaruh-pengaruh yang dapat mempengaruhi
hasil pencatatan. Pencatatan tekanan darah ini adalah dengan metode tak
langsung.
I.
Cara Palpasi (metode Riva Rocci)
Segala bentuk pakaian
harus dilepaskan dari lengan atas dan manset dipasang dengan ketat dan sempurna
pada lengan. Bila manset tidak terpasang dengan ketat maka dapat diperoleh
pembacaan yang abnormal tinggi. Saluran karet dari manset kemudian dihubungkan
dengan manometer. Sekarang rabalah arteri radialis pada pergelangan tangan
orang coba dan tekanan dalam manset
kemudian diturunkan dengan memutar tombol pada pompa perlahan-lahan
yaitu dengan kecepatan kira-kira 3 mm/detik. Saat dimana denyut arteri radialis
teraba kembali menunjukkan tekanan darah sistolis. Dengan metode ini tidak
dapat ditentukan tekanan darah diastole. Metode palpasi harus dilakukan sebelum
melakukan auskultasi untuk menentukan tinggi tekanan sistolis yang diharapkan.
II.
Cara Auskultasi
Metode ini pertama-tama
diperkenalkan oleh seorang dokter Rusia yaitu Korotkoff pada tahun 1905. Kedua tekanan sistol dan diastole dapat
diukur dengan metode ini., dengan cara mendengar (auskultasi) bunyi yang timbul
pada arteri brachialis yang disebut bunyi Korotkoff. Bunyi ini terjadi akibat
timbulnya aliran turbulen dalam arteri yang disebabkan oleh penekanan manset
pada arteri tersebut. Dalam cara auskultasi ini harus diperhatikan bahwa
terdapat suatu jarak paling sedikit 5 cm, antara manset dan tempat meletakkan
stetoskop. Kemudian pompalah manset sehingga tekanannya melebihi tekanan
sistolis (yang diketahui dari palpasi).
Turunkanlah tekanan manset perlahan-lahan sambil meletakkan stetoskop di atas
arteri brachialis pada siku. Mulamula tidak terdengar suatu bunyi kemudian akan
terdengar bunyi mengetuk yaitu ketika darah mulai melewati arteri yang tertekan
oleh manset sehingga terjadilah turbulensi. Bunyi yang terdengar disebut bunyi
Korotkoff dan dapat dibagi dalam lima fase yang berbeda, yaitu:
Fase
I;
Timbulnya dengan tiba-tiba suatu bunyi mengetuk yang jelas dan makin lama makin
keras sewaktu tekanan neburun 10-14 mmHg
berikutnya. Ini disebut pula nada letupan.
Fase
II;
Bunyi berubah kualitasnya menjadi bising selama penurunan tekanan 15-20 mmHg
berikutnya.
Fase
III;
Bunyi sedikit berubah dalam kualira tetapi menjadi lebih jelas dank eras selama
penurunan tekanan 5-7 mmHg berikutnya.
Fase
IV;
Bunyi meredam (melemah) selama penurunan 5-6 mmHg berikutnya. Setelah itu bunyi
menghilang.
Permulaan dari Fase I
yaitu dimana bunyi mula-mula terdengar merupakan tekanan systole. Permualaan Fase IV atau Fase V merupakan tekanan diastole,dengan perbadaan
sebagai berikut: Fase IV terjadi pada tekanan 7-10 mmHg lebih tinggi daripada
tekanan diastole intra arterial yang diukur secara langsung. Fase V terjadi
pada tekanan yang sangat mendekati tekanan diastole intra arterial pada keadaan
istirahat. Pada keadaan latihan otot atau keadaan yang meningkatkan aliran
darah, maka Fase V lebih tepat digunakan
sebagai Index tekanan diastolis.
III. Cara
Osilasi
Yaitu dengan melihat
osilasi air raksa pada manometer. Manset dipompa sampai tekanannya 10-20 mmHg
melebihi tekanan sistolis yang ditentukan dengan metode Riva Rocci. Tekanan
manset diturunkan perlahan-lahan sambil memperhatikan air raksa manometer. Saat
timbulnya osilasi pada manometer menunjukkan tekanan sistole. Tekanan manset
terus diturunkan sampai osilasi menghilang yang menunnjukkan tekanan diastole.
Di
dalam praktek, ketiga cara ini harus dikombinasikan untuk memperoleh hasil yang
memuaskan dan dapat dipercaya.
URUTAN
PENGUKURAN:
Mula-mula
tentukan tekanan sistol dengan cara palpasi. Kosongkan manset sebentar agar
orang coba tidak merasa nyeri akibat tekanan manset yang terlalu lama. Kemudian
pompalah manset sampai tekanan sistolis sebesar 10-20 mmHg. Letakkan stetoskop
dengan hati-hati pada siku di arteri brachalis. Jangan terlalu keras menekan
stetoskop oleh karena dapat menimbulkan turbulensi yang tidak diinginkan.
Turunkan tekanan manset sembari mendengarkan bunyi yang timbul dan
memperhatikan osilasi yang terjadi pada manometer. Dengan cara-cara ini saudara
pasti akan memperoleh hasil yang memuaskan. Setiap kali selesai melakukan
pengukuran, kosongkan manset agar orang coba tidak terganggu. Hindari kontraksi
otot-otot lengan orang coba oleh karena dapat mempengaruhi hasil pencatatan.
PROTOKOL
1)
Tekanan Darah Istirahat
Ukurlah tekana darah
orang coba setelah berbaring 5 menit, setelah duduk 5 menit dan seteh berdiri 5
menit. Orang coba harus benar-benar dalam keadaan santai. Bandingkan hasil
ketiga pencatatan ini. Dalam mencatat tekanan darah, gunakanlah kombinasi
ketiga cara tadi.
2)
Pengaruh Perubahan Sikap
Orang coba berbaring
selama 5 menit. Ukurlah tekana darah, kemudian orang coba diminta segera
berdiri dan ukurlah segera tekanan darah dengan lengan lurus ke bawah. Tekanan
darah diukur 0, 1, 2, 3, 4, dan 5 menit sesudah berdiri.
3)
Pengaruh Kerja Otot
Catatlah tekanan darah
kontrol (sebelum kegiatan).Orang coba diminta untuk melakukan kegiatan misalnya
berlari di tempat selama kurang lebih 3-5 menit kemudian catat tekanan
darahnya.
4)
Pengaruh Berpikir
Catatlah tekanan darah kontrol.
Kemudian orang coba diminta untuk berpikir dengan kuat yaitu memecahkan soal
matematika yang susah. Catatlah tekanan darahnya secepat mungkin, kalau perlu
selagi orang coba berpikir. Bandingkanlah dengan tekanan kontrol.
5)
Percobaan Valsava (Valsava’s Maneuver)
Buatlah pencatatan
control. Orang coba diminta untuk melakukan ekspirasi kuat dengan glottis
tertutup (mengedan). Catatlah tekanan darah pada saat ini dan bandingkan dengan
tekanan control.
6)
Percobaan Muller
Orang coba diminta
untuk inspirasi kuat deng glottis tertutup. Ukurlah tekanan darah dan
bandingkan dengan tekanan control.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A.
HASIL
Adapun hasil yang didapatkan
dalam percobaan ini adalah :
1. Cara
Palpasi
Dengan melakukan cara palpasi didapatkan
tekanan sistolik yaitu:
- Nama orang coba : Dwi Fadhilah
Nama pemeriksa : Tri Aminah Saptiana
TD : 100 mmHg
- Nama orang coba : Tri Aminah Saptiana
Nama pemeriksa : Dwi Fadhilah
TD : 100 mmHg
- Nama orang coba : Dwi Fadhilah
Nama pemeriksa : Tri Aminah Saptiana
TD : 100 mmHg
- Nama orang coba : Tri Aminah Saptiana
Nama pemeriksa : Dwi Fadhilah
TD : 100 mmHg
2. Cara
Auskultasi
Nama orang coba : Dwi Fadhilah
Nama pemeriksa : Tri Aminah Saptiana
TD : 100/70 mmHg
Nama orang coba : Dwi Fadhilah
Nama pemeriksa : Tri Aminah Saptiana
TD : 100/70 mmHg
PROTOKOL
1. Tekanan
Darah Istirahat
Nama orang coba : Dwi Fadhilah
Nama pemeriksa : Tri Aminah
Saptiana
Baring : 101/62 mmHg
Duduk
: 100/70 mmHg
Berdiri : 100/60 mmHg
Berdiri : 100/60 mmHg
2. Pengaruh
Perubahan Sikap
Nama orang coba : Dwi Fadhilah
Nama pemeriksa : Tri Aminah Saptiana
TD Normal : 100/70 mmHg
Menit ke:
Nama orang coba : Dwi Fadhilah
Nama pemeriksa : Tri Aminah Saptiana
TD Normal : 100/70 mmHg
Menit ke:
0 : 100/60 mmHg
1 : 100/60 mmHg
2 : 98/60 mmHg
3 : 92/59 mmHg
4 : 102/60 mmHg
5 : 102/70 mmHg
3. Pengaruh
kerja otot
Nama orang coba : Tri Aminah Saptiana
Nama pemeriksa : Dwi Fadhilah
TD Normal : 110/70 mmHg
Nama orang coba : Tri Aminah Saptiana
Nama pemeriksa : Dwi Fadhilah
TD Normal : 110/70 mmHg
Setelah melakukan
aktivitas : 114/70 mmHg
4. Pengaruh
berpikir
Nama orang coba : Dwi Fadhilah
Nama pemeriksa : Tri Aminah Saptiana
TD Normal : 100/70 mmHg
Nama orang coba : Dwi Fadhilah
Nama pemeriksa : Tri Aminah Saptiana
TD Normal : 100/70 mmHg
Setelah berpikir :
106/70 mmHg
5. Percobaan
Valsava (Valsava’s Maneuver)
Nama orang coba : Dwi Fadhilah
Nama pemeriksa : Tri Aminah Saptiana
Nama orang coba : Dwi Fadhilah
Nama pemeriksa : Tri Aminah Saptiana
TD Normal : 100/70 mmHg
Valsava : 100/60 mmHg
6. Percobaan
Muller
Nama orang coba : Dwi Fadhilah
Nama pemeriksa : Tri Aminah Saptiana
TD Normal : 100/70 mmHg
Nama orang coba : Dwi Fadhilah
Nama pemeriksa : Tri Aminah Saptiana
TD Normal : 100/70 mmHg
Muler : 108/68 mmHg
B.
PEMBAHASAN
1. Cara
Palpasi
Cara palpasi hanya dapat menentukan tekanan diastole
dimana pada percobaan ini tekanan diastole didapatkan dari dua orang coba
adalah 100 mmHg. Palpasi dilakukan sebelum melakukan auskultasi karena dari
pengukuran palpasi kita akan mendapatkan nilai standar patokan untuk mengukur
tekanan darah dengan cara auskultasi.
2. Cara
Auskultasi
Cara auskultasi dilakukan untuk mendengar bunyi pada
stetoskop, dalam hal ini untuk menentukan tekanan darah orang coba dan
didapatkan tekanan sistole yang sama dengan cara palpasi yaitu 100/70 mmHg.
Timbulnya bunyi pada pemeriksaan terutama disebabkan oleh semburan darah yang
melewati pembuluh yang mengalami hambatan parsial. Semburan darah ini
menimbulkan aliran turbulen di dalam pembuluh yang terletak di luar area
manset, dan keadaan ini akan menimbulkan getaran yang terdengar melalui
stetoskop yang dikenal dengan bunyi Korotkoff.
PROTOKOL
1. Tekanan
Darah Istirahat
Pada protokol ini didapatkan tekanan darah orang
coba ketika baring 101/62 mmHg, ketika duduk menjadi 100/70 mmHg, dan ketika
berdiri menjadi 100/60 mmHg. Perubahan ini menunjukkan bahwa posisi tubuh
berpengaruh terhadap tekanan darah meskipun perubahan yang terjadi tidak sesuai
dengan teori yang ada. Secara teori menunjukkan bahwa tekanan darah pada posisi
berdiri lebih tinggi dari posisi duduk dan berdiri; dan tekanan darah pada
posisi duduk lebih tinggi dari posisi berdiri. Hal ini dipengaruhi oleh
beberapa faktor, misalnya penggunaan ukuran manset yang salah, pemasang
kesalahan pengukuran manset yang tidak tepat, pengukur tidak sejajar dengan
mata, penurunan tekanan manset yang terlalu lambat, atau pun karena kesalahan
gap auskulatorius (bunyi yang menghilang pada 10-15 mmHg dan kemudian muncul
kembali) sebagai tekanan diastolik.
2. Pengaruh
Perubahan Sikap
Perubahan sikap dapat mempengaruhi tekanan darah
dimana tekanan darah mengalami perubahan. Dalam percobaan ini diperoleh tekanan
darah yang tidak stabil. Pada saat berbaring tekanan darahnya 101/62 mmHg, pada
menit 0 : 100/60 mmHg, pada menit 1 : 100/60 mmHg, pada menit 2 : 98/60 mmHg,
pada menit 3 : 92/59 mmHg, pada menit 4 : 102/60 mmHg, dan pada menit 5 :
102/70 mmHg. Hal ini mungkin disebabkan
karena penggunaan ukuran manset yang salah, pemasang kesalahan pengukuran
manset yang tidak tepat, pengukur tidak sejajar dengan mata, penurunan tekanan
manset yang terlalu lambat, atau pun karena kesalahan gap auskulatorius (bunyi
yang menghilang pada 10-15 mmHg dan kemudian muncul kembali) sebagai tekanan
diastolik.
3. Percobaan
Valsava (Valsava’s Maneuver)
Dalam percobaan ini diperoleh penurunan tekanan
darah dari 100/70 mmHg menjadi 100/60 mmHg.
Seseorang melakukan ekspirasi kuat dengan glottis
tertutup dimana tekanan intratorakal sehingga aliran balik vena menurun yang
mengakibatkan curah jantung menurun dan selanjutnya menyebabkan penurunan
tekanan darah.
4. Percobaan
Muller
Dalam percobaan ini diperoleh peningkatan tekanan
darah dari 100/70 mmHg menjadi 108/68 mmHg. Seharusnya tekanan darah orang coba
akan menurun tetapi karena kesalahan dalam melakukan inspirasi kuat dengan
glottis terbuka serta ketidakakuratan alat menyebabkan penyimpangan hasil.
Seseorang melakukan inspirasi kuat dengan glottis
tertutup maka CO2 banyak keluar. Sehingga menurunkan volume darah yang akan
mengangkut Oksigen dan menurunkan curah jantung sehingga tekanan darah akan
menurun.
Selain itu, hal
yang dapat kita kaji dalam percobaan ini adalah penyakit Arterioskelerosis atau
pengerasan arteri. Istilah Arterioskelerosis atau pengerasan arteri sebetulnya
meliputi setiap keadaan pembuluh arteri yang mengakibatkan penebalan atau
pengerasan dindingnya. Arterioskelerosis merupakan penyakit yang melibatkan
aorta ,cabang-cabangnya yang besar dan arteri yang berukuran sedang seperti
arteri yang menyuplai darah ke bagian-bagian ekstermitas ,otak, jantungdan
organ dalam utama.
Arterioskelerosis
tidak menyerang arteriol dan juga tidak melibatkan sirkulasi vena. Penyakit ini
multifokal dan lesi unit,atau ateorema, terdiri dari massa bahan lemak dengan
jaringan ikat fibrosa. Sering disertai endapan skunder garam kalsium dan
poduk-produk darah.
Tekanan darah
merupakan faktor penting bagi, insiden dan beratnya arteriosklerosis. Pada
umumnya penderita hipertensi akan megalami arteriosklerosis lebih awal dan
lebih berat dan beratnya penyakit berhubungan dengan tekanan darah, walaupun
dalam batas normal. Arteriosklerosis tidak terlihat pada arteria pulmonalis
kecuali jika tekanannya meningkat secara abnormal, kedaan ini dinamakan
hipertensi pulmonal. Faktor risiko lain dalam perkembangan arteriosklerosis
adalah merokok. Merokok merupakan faktor lingkungan utama yang menyebabkan
arteriosklerosis menjadi semakin buruk.
BAB V
PENUTUP
A.
KESIMPULAN
1.
Tekanan darah ialah sifat-sifat yang
kompleks yang ditentukan oleh interaksi berbagai faktor genetik yang lingkungan
yang meregulasi hubungan antar curah jantung dan dan tahanan arterioral total.
2.
Cara-cara pengukuran tekanan darah
arteri adalah dengan cara palpasi, auskultasi dan osilasi.
3.
Beberapa faktor yang dapat mempengaruhi
tekanan darah secara fisiologis adalah karena istirahat, perubahan sikap, kerja
otot, pengaruh berpikir, inspirasi dan ekspirasi yang kuat.
4.
Meningkatnya tekanan darah di dalam
arteri bisa terjadi melalui beberapa cara diantaranya yaitu jantung memompa
lebih kuat sehingga mengalirkan lebih banyak cairan pada setiap detiknya,
arteri besar kehilangan kelenturannya dan menjadi kaku, dan bertambahnya cairan
dalam sirkulasi.
B.
SARAN
Alat yang disediakan harus mencukupi
agar dalam melaksanakan praktikum dapat efisien.
DAFTAR
PUSTAKA
4.
Sherwood,
Lauralee. 2001. Fisiologi Manusia dari
Sel ke Sistem . Edisi 2.
Jakarta : EGC.
5.
Ganong,
William F., MD., 2002. Buku Ajar
Fisiologi Kedokteran. Edisi 20. Jakarta: EGC.
6. Hegner, Barbara R., MSN, RN and Esther Caldwell, MA, PhD.
Asisten Keperawatan. Jakarta: EGC.
7. Silverthorn. 2001. Human
Physiology An Integrated Approach. Second Edition. United States of
America: Benjamin Cummings.
EmoticonEmoticon