Bab I
PENDAHULUAN
1.1
Deskripsi
Pada bab selanjutnya akan diuraikan definisi komunikasi interpersonal,
proses komunikasi interpersonal, karakteristik komunikasi
interpersonal, jenis-jenis komunikasi interpersonal, sistem komunikasi
interpersonal, model hubungan komunikasi interpersonal, tujuan
komunikasi interpersonal, efektivitas komunikasi interpersonal, dan
hambatan dalam komunikasi interpersonal.
1.2
Tujuan Pembelajaran
1.
Mahasiswa mampu mendefinisikan komunikasi interpersonal menurut
“Devito”
2.
Mahasiswa mampu menerangkan bagan proses komunikasi interpersonal
3. Mahasiswa mampu memahami dua karakteristik dasar dari karakteristik
komunikasi interpersonal.
4. Mahasiswa mampu mengidentifikasi jenis- jenis komunikasi.
5. Mahasiswa dapat mengetahui hubungan persepsi interpersonal sistem
komunikasi interpersonal.
6. Mahasiswa mampu memahami model-model hubungan komunikasi
interpersonal.
7. Mahasiswa dapat merumuskan tujuan komunikasi interpersonal
8. Mahasiswa dapat mengetahui tingkat keefektivitasan komunikasi
interpersonal
9. Mahasiswa mampu menyebutkan hambatan-hambatan dalam komunikasi
interpersonal
Bab II
PEMBAHASAN
2.1 Definisi Komunikasi Interpersonal
“Menurut Devito (1989), komunikasi interpersonal adalah penyampaian
pesan oleh satu orang dan penerimaan pesan oleh orang lain atau
sekelompok kecil orang, dengan berbagai dampaknya dan dengan peluang
untuk memberikan umpan balik segera “(Effendy,2003, p. 30 dalam
jurnal-sdm.blogspot.com:2010)
Selain itu Muhammad(2005:158-159 dalam jurnal-sdm.blogspot.com:2010 )
mendefinisikan bahwa Komunikasi interpersonal adalah proses pertukaran
informasi diantara seseorang dengan paling kurang seorang lainnya atau
biasanya di antara dua orang yang dapat langsung diketahui balikannya.
Komunikasi interpersonal adalah komunikasi antara orang-orang secara
tatap muka, yang memungkinkan setiap pesertanya menangkap reaksi orang
lain secara langsung, baik secara verbal atau nonverbal.
Komunikasi
interpersonal ini adalah
komunikasi
yang hanya dua orang, seperti suami istri, dua sejawat, dua sahabat
dekat, guru-murid dan sebagainya (Mulyana, 2000, p. 73 dalam
jurnal-sdm.blogspot.com:2010)
2.2 Proses komunikasi interpersonal
Dilihat dari prosesnya komunikasi interpersonal merupakan proses
penyampaian pesan atau informasi dari komunikator (pembicara) kepada
komunikan (pendengar) melalui berbagai media atau saluran komunikasi,
untuk kemudian komunikan memberikan umpan balik (feedback)
kepada komunikator untuk mengetahui apakah pesan tersebut dipengaruhi
oleh persepsi individu baik komunikator maupun komunikan, yang tidak
dapat dijelaskan dari faktor kepribadian, faktor pengalaman,
pengetahuan, maupun sikapnya terhadap ide gagasan atau objek yang
dipersepsinya. Proses tersebut dapat dilhat pada gambar berikut ini:
Model Komunikasi Interpersonal Sumber: Raymond. S. Ross, “PERSUASION”: Communication and Interpersonal Relations: 1974: 58.
2.3 Karakteristik Komunikasi Interpersonal
Menurut Judy C. Pearson pada tahun 1983 (dalam
kampuskomunikasi.blogspot.com:2008) karakteristik dalam komunikasi
interpersonal ada lima yaitu:
1) Komunikasi interpersonal dimulai dengan diri pribadi (self).
2) Komunikasi interpersonal bersifat transaksional.
3) Komunikasi interpersonal mencakup aspek-aspek isi pesan dan hubungan
antarpribadi.
4) Komunikasi interpersonal melibatkan pihak-pihak yang saling
tergantung satu dengan lainnya dalam proses berkomunikasi.
5) Komunikasi interpersonal tidak dapat diubah atau pun di ulang.
A.
Myself
Communication
Artinya komunikasi interpersonal dimulai dari dalam diri pribadi atau
diri sendiri. Dalam hal ini awal dari proses komunikasi adalah
persepsi. Persepsi bukan sekedar rekaman atas objek yang yang telah
terstimulasikan pada otak manusia tetapi otak manusia itu tidak seperti
komputer yang mengolah input sebagaimana data adanya. Persepsi sangat
dipengaruhi kebutuhan, kesiapan mental, suasana emosional, dan latar
belakang budaya, yang semuanya menentukan interprestasi orang pada
sensasi. Sering kali kita mempersepsikan sesuatu secara subjektif
padahal belum tentu benar. Contoh : orang berambut gondrong dianggap
berandal (padahal belum tentu).
Proses psikologis merupakan bagian yang tidak terpisahkan dalam
komunikasi interpersonal. Hal ini terjadi karena dalam komunikasi
interpersonal kita mencoba menginterpretasikan makna yang menyangkut
diri kita, diri orang lain, dan hubungan yang terjadi. Selanjutnya
Fisher pada tahun 1987(dalam kampuskomunikasi.blogspot.com:2008) juga
mengungkapkan bahwa dalam Komunikasi interpersonal , masing-masing
individu secara simultan akan menggunakan tiga tataran yang berbeda :
1) Pandangan kita mengenai diri kita sendiri disebut persepsi
2) Pandangan kita mengenai diri orang lain disebut metapersepsi
3) Pandangan kita mengenai pandangan orang lain tentang kita disebut
metametapersepsi
Dalam komunikasi interpersonal memahami diri pribadi merupakan suatu
syarat yang mendasar. Diri pribadi biasanya menjadi pusat dari proses
komunikasi dan dengan memahami diri pribadi, kita akan lebih mudah
memahami komunikasi yang kita lakukan. Mempertanyakan siapa diri kita.
Bagaimana diri kita. Upaya kita untuk memahami diri pribadi ini disebut
persepsi, dimana melalui indera yang dimiliki, kita menangkap informasi
atas objek tertentu. Melalui alat pikir dan logika, kita
mempresentasikan informasi yang telah kita peroleh melalui
penginderaan.
Selain diri sendiri, komunikasi interpersonal yang efektif juga
mensyaratkan kita untuk lebih memahami orang lain. Memahami orang lain
ini ditujukan untuk mengurangi ketidakpastian (uncertainty reduction)
dan perbandingan sosial (social comparison).
Kesalahan mempersepsi sering terjadi, misal kita berceloteh, bercanda
akan menyinggung orang tetapi kadang persepsi itu ada benarnya, misal
persepsi tingkah laku yang sombong dianggap meremehkan orang. Konsep
diri pribadi tidak dapat dilepaskan dari mekanisme ‘pertahanan diri’.
Jika ada seseorang menunjukkan emosi ekstrim seperti marah, maka
dikatakan orang itu pertahanan dirinya sedang runtuh.
Konsep ‘pertahanan diri’ dikembangkan oleh Anna Freud yang bersumber dari teori Sigmund Freud (dalam
kampuskomunikasi.blogspot.com:2008) bahwa kepribadian seseorang terdiri
dari tiga bagian :
1. Id, mewakili keinginan-keinginan yang tidak disadari dan
naluriah yang tidak dikekang. Tujuannya adalah pemuasan diri.
2. Ego, suatu kekuatan pengekangan keinginan pemuasan diri
seseorang ketika berinteraksi dengan orang lain supaya dapat diterima
secara sosial.
3. Superego , merupakan struktur ketiga kepribadian yang
berisi kode moral, rasa malu yang menjadi kesadaran diri.
Struktur kepribadian tersebut terus berkembang dan mengalami modifikasi
sepanjang hidup manusia melalui proses internalisasi dan sosialisasi.
Mekanisme pertahanan diri tersebut mempunyai efek manfaat jangka pendek
dalam mempertahankan harga diri dan mengurangi kecemasan serta rasa
bersalah. Tetapi jika digunakan secara berlebihan dapat menyebabkan
distorsi dari realita sehingga dapat mempengaruhi cara persepsi dan
interaksi dengan orang lain. Selanjutnya konsep diri pribadi juga
ditentukan oleh sikap, kepercayaan, dan nilai-nilai. Kepercayaan dan
nilai-nilai seseorang sangat mempengaruhi sikap apa yang akan diambil
pada suatu peristiwa tertentu. Suatu sikap adalah respons terhadap
sesuatu, baik dalam cara yang positif maupun negatif. Sikap mempunyai
tiga unsur, yaitu :
a. Unsur pemikiran (kognitif)
b. Unsur emosional (afektif)
c. Unsur aksi (konatif)
Perubahan pada salah satu dari ketiga unsur sikap tersebut akan membawa
perubahan pada unsur-unsur lainnya. Suatu kepercayaan adalah keyakinan
tentang kebenaran sesuatu yang didasarkan pada budaya di mana ia
dibesarkan. Suatu nilai berada pada inti diri seseorang biasanya
diwujudkan dalam sistem moral atau agama yang kompleks yang ditemukan
pada semua budaya dan masyarakat. Melalui proses sosialisasi dan
komunikasi interpersonal-lah orang-orang mengembangkan sikap,
kepercayaan, dan nilai-nilai. Yang pada gilirannya akan mempengaruhi
keunikan cara pandang seseorang terhadap dunia. Keunikan inilah yang
bertindak sebagai saringan komunikasi dan dapat menjurus ke
kesalahpahaman dan kesalahan interpretasi.
Maka dalam konsep diri pribadi ini harus ada upaya pengembangan diri.
Pengembangan diri melibatkan beberapa usaha yang penting yang akan
meningkatkan kemungkinan bahwa komunikasi akan menjadi efektif,
upaya-upaya tersebut meliputi :
1. Menggunakan kesempatan untuk meningkatkan kesadaran diri dalam upaya
untuk mamahami orang lain dan pengalaman mereka terhadap kita.
2. Belajar menggunakan keterampilan interpersonal dengan cara yang
kompeten, seimbang, dan terpadu.
3. Mengacu pada teori-teori yang terkait dalam upaya menganalisis,
merefleksi, dan memproses interaksi.
4. Mengetahui dengan jelas tujuan interaksi dengan sengaja melakukan
intervensi yang sesuai dengannya.
B. Transaksional
Komunikasi interpersonal mengacu pada penilaian orang lain terhadap
dirinya. Contoh : Itu dosen saya. Itu pacar saya. Itu suami saya. Kedua
contoh tadi mengakui orang lain untuk kepentingan dirinya. Komunikasi
interpersonal seringkali terjadi dengan mempertimbangkan untung rugi.
Dari sebuah interaksi akan terdapat transaksi dalam komunikasi. Contoh
dalam komunikasi terdapat Niat baik tetapi dipandang lain. Atau kalau
ada yang Cerewet dipandang sebagai ingin mendapatkan perhatian.
Analisis transaksional adalah lebih dari sekedar kerangka untuk
menganalisis interaksi. Analisis transaksional merupakan sebuah teori
kepribadian dan suatu pendekatan psikoterapeutik. Kekuatan dari teori
ini terletak pada konsep-konsep yang kuat tetapi sederhana penerapannya
yang luas pada hubungan manusia.
Konsep utama analisis transaksional adalah keadaan ego. Pada saat kapan
pun, orang memanifestasikan sebuah bagian dari kepribadian mereka dalam
sebuah pola perilaku, pikiran, dan perasaan yang konsisten. Pola yang
khas ini dikenal sebagai keadaan ego.
2.4 Jenis-jenis komunikasi interpersonal
1.Komunikasi Diadik (Dyadic Communication)
Komunikasi diadik adalah komunikasi antarpribadi yang berlangsung
antara dua orang yakni seseorang komunikator yang menyampaikan pesan
dan seorang lagi komunikan yang menerima pesan . Oleh karena perilaku
komunikasinya dua orang, maka dialog yang terjadi berlangsung secara
intens. Komunikator memusatkan perhatiannya hanya kepada diri komunikan
seorang itu.
Dalam suatu kelompok terdapat kecenderungan terjadinya pemilihan
interaksi seseorang dengan seseorang yang mengacu kepada apa yang
disebut primasi diadik (dyadic primacy) (Devito,1979:14) yang
dimaksud dengan primasi diadik ini ialah setiap dua orang dari sekian
banyak dalam kelompok itu yang terlihat dalam komunikasi berdasarkan
kepentingannya masing-masing.
2.Komunikasi Triadic (Triadic Communication)
Komunikasi triadik adalah komunikasi antar pribadi yang pelakunya
terdiri dari tiga orang, yakni seorang komunikator dan dua komunikan.
Misalnya A yang menjadi komunikator, maka pertama-tama menyampaikan
kepada komunikan B, kemudian kalau dijawab atau ditanggapi ,beralih
pada komunika C, juga secara berdialogis
3.Komunikasi Kelompok Kecil (Small/Micro Communication)
Dalam komunikasi kelompok kecil komunikator menunjukan pesannya kepada
benak atau pikiran komunikan,misalnya
kuliah,ceramah,diskusi,seminar,rapat dll. Jenis komunikasi ini
merupakan komunikasi yang :
a. Ditunjukan kepada kognisi komunikasi
b. Prosesnya berlangsung secara dialogis
Ciri yang kedua dari komunikasi kelompok kecil ialah bahwa prosesnya
berlangsung secara dialogis, tidak linear, melainkan sirkular. Umpan
balik terjadi secara verbal. Komunikan dapat menanggapi uraian
komunikasi, bias bertanya jika tidak mengerti, dapat menyanggah bila
tidak setuju, dan lain sebagainya.
4.Komunikasi Publik (Public Communication)
Komunikasi Publik adalah komunikasi yang dilakukan oleh seorang kepada
sejumlah orang dalam situasi pertemuan (seperti rapat,seminar,lokakarya
dan symposium). Komunikasi publik mengutamakan pengalihan pesan yang
tersusun secara baik dalam bentuk tulisan maupun lisan, yang dimulai
dengan proses satu arah kemudian dibuka dialog antara pembicara dengan
audiens.
Harus diakui bahwa kebanyakan komunikasi publik melalui audiens yang
datang dari latar belakang budaya yang berbeda, sekurang-kurangnya
pengetahuan dan kemampuan yang berbeda terhadap pesan-pesan yang
disampaikan atau yang kemudian didiskusikan. Oleh karena itu ,
efektifitas seluruh proses komunikasi publik ditentukan pula oleh
komunikasi antarbudaya.
2.5 Sistem Komunikasi Interpersonal
Rakhmat (2009:79) mengemukakan bahwa sistem komunikasi interpersonal
meliputi persepsi interpersonal, konsep diri, atraksi interpersonal,
dan hubungan interpersonal.
a. Persepsi
I
nterpersonal
Adalah persepsi yang diberikan pada individu. Perbedaan antara persepsi
interpersonal (objek manusia) dan persepsi objek (objek benda) adalah
sebagai berikut :
1. Pada persepsi objek stimuli ditangkap oleh indera melalui
benda-benda fisik. Pada persepsi interpersonal stimuli kepada kita
melalui lambang-lambang yang disampaikan oleh pihak ketiga.
2. Pada persepsi objek hanya menanggapi sifat-sifat lahiriah objek ,
pada persepsi interpersonal kita mencoba memahami apa yang tidak tampak
pada alat indera dengan menjawab ‘mengapa ia berperilaku demikian?’
3. Pada persepsi objek, objek yang dipersepsi tidak bereaksi kepada
kita, sedang pada persepsi inter interpersonal kita melibatkan
emosional.
4. Objek relatif tetap, manusia selalu berubah-ubah.
Betapapun sulitnya teori tentang persepsi interpersonal, namun secara
nyata kita tidak banyak mengalami kesulitan dalam hal itu. Kita bisa
menduga dengan sangat cepat karakteristik orang lain dari
petunjuk-petunjuk eksternal yang diamati. Petunjuk-petunjuk itu adalah
:
1. Deskripsi verbal dari pihak ketiga
2. Petunjuk proksenik; studi tentang jarak komunikasi.
3. Petunjuk kinesik; gerakan
4. Petunjuk wajah
5. Petunjuk paralinguistik; cara mengucapkan lambang-lambang verbal
(intonasi, tempo, dialek, interaksi)
6. Petunjuk arifaktual; penampilan
Pengaruh faktor personal pada persepsi interpersonal: Pengalaman,
Motivasi, Kepribadian. Proses Pembentukan Kesan:
1. Stereotyping (primary effect, halo effect)
2. Implicit personality theory
3. Atribusi (proses menyimpulkan motif dan karakteristik dengan melihat
perilaku yang tampak)
b. Konsep Diri
Adalah pandangan dan perasaan diri kita tentang kita. Faktor-faktor
yang mempengaruhi konsep diri adalah orang lain dan kelompok rujukan
Pengaruh konsep diri pada komunikasi interpersonal:
1. Nubuat yang dipenuhi sendiri. Adalah kecenderungan untuk bertingkah
laku sesuai dengan konsep diri.
2. Membuka Diri. Pengetahuan tentang diri akan meningkatkan komunikasi,
pada saat yang sama akan meningkatkan pengetahuan tentang diri kita.
Dapat dijelaskan dalam The Jouhari Window.
3. Percaya Diri
4. Selektivitas
Kita akan menggunakan lambang-lambang komunikasi sesuai dengan konsep
diri yang terbentuk.
c. Atraksi Interpersonal
Atraksi interpersonal adalah kesukaan pada orang lain, sikap positif,
dan daya tarik seseorang. Sehingga dengan mengetahui itu, kita akan
dapat meramalkan dari mana pesan muncul, kepada siapa, dan bagaimana
pesan akan diterima.
Faktor personal yang mempengaruhi atraksi interpersonal
:
1. Kesamaan Karakteristik Personal 2. Tekanan Emosional 3. Harga Diri yang Rendah 4. Isolasi Sosial |
Faktor2 situasional yang memperngaruhi atraksi
interpersonal :
1. Daya tarik fisik 2. Ganjaran 3. Familiarity 4. Kedekatan (Proximity) 5. Kemampuan |
Pengaruh atraksi interpersonal pada Komunikasi Interpersonal:
1. Penafsiran pesan dan penilaian
Dalam menerima pesan orang lain, kita cenderung akan menganggap positif
jika itu orang yang kita sukai, demikian juga sebaliknya, bila itu orang
yang kita benci, kita akan menganggap pesannya buruk
2. Efektivitas komunikasi
Komunikator yang dipandang menarik (karena kesamaan, kedekatan, daya tarik
dll) lebih efektif dalam mempengaruhi perubahan pendapat dan sikap.
d. Hubungan Interpersonal
Setiap kita melakukan komunikasi, kita bukan hanya sekedar menyampaikan isi
pesan saja. Namun, kita juga menentukan kadar hubungan interpersonal. Ada
beberapa model untuk menganalisa hubungan interpersonal (yang akan
dijelaskan lebih lanjut pada pembahasan mengenai model hubungan komunikasi
interpersonal), yaitu :
1. Model Pertukaran Sosial
2. Model Peranan
3. Model Permainan
4. Model Interaksional
Tahap-tahap hubungan interpersonal
1. Pembentukan hubungan
Disebut juga tahap perkenalan. Disini masing-masing pihak akan berusaha
menggali identitas, sikap dan nilai pihak lain. Bila banyak terdapat
kesamaan maka hubungan akan berlanjut, bila tidak maka akan terjadi
sebaliknya, mereka akan saling menjauh.
2. Peneguhan hubungan
Hubungan interpersonal selalu berubah, tidak statis. Untuk memelihara dan
memperteguh hubungan ini, diperlukan tindakan-tindakan tertentu untuk
mengembalikan keseimbangan. Ada empat faktor yang amat penting untuk
diperhatikan dalam peneguhan hubungan:
a. Keakraban, hubungan akan terpelihara jika tingkat keakraban yang
ditentukan terjalin.
b. Kesepakatan, tentang siapa yang akan mengontrol siapa, dan kapan.
c. Ketepatan respons, dalam memberikan respons, kadang kita bersepakat
sehingga bisa menimbulkan keteguhan ini disebut konfirmasi, kadang pula
bertolak belakang sehingga menimbulkan perpecahan, ini disebut
diskonfirmasi.
d. Emosional, hub interpersonal bisa diperteguh dengan menyerasikan
emosional ketika berlangsungnya komunikasi.
3. Pemutusan hubungan
Pemutusan hubungan, secara umum akan terjadi dengan adanya lima sumber
konflik yakni :
a. Kompetisi
b. Dominasi
c. Kegagalan, saling menyalahkan bila tujuan tidak tercapai.
d. Provokasi, salah seorang terus berbuat sesuatu yang ia ketahui
menyinggung pihak lain.
e. Perbedaan nilai, tidak adanya kesepakatan tentang nilai-nilai yang
mereka anut.
Faktor-faktor yang menumbuhkan hubungan interpersonal
Kebaikan hubungan yang tercipta antara satu dengan lainnya tidak bisa
diukur dari seberapa sering mereka ketemu/berkomunikasi. Karena
permasalahannya bukan berapa kali komunikasi dilakukan, namun bagaimana
komunikasi mereka jalankan. Tiga hal yang bisa menumbuhkan hubungan ini
menurut Qorib(dalam jurnal Sistem Komunikasi Interpersonal ( best1alone.blogspot.com) :
2009)
1. Percaya (Trust)
Sejak tahap yang pertama hingga tahap ke dua, kepercayaan menentukan
efektivitas komunikasi. Bila sudah tdak ada rasa percaya diantara
orang-orang, maka tahap ke tiga (pemutusan) akan terjadi.
2. Sikap Suportif
Adalah sikap yang mengurangi sikap defensive dalam berkomunikasi. Orang
bersikap defensive bila ia tidak menerima, tidak jujur, dan tidak empatis.
3. Sikap Terbuka
Adalah sikap menilai orang lain secara objektif sehingga tidak salah
menilai. Kebalikannya adalah sikap dogmatis, yang menilai orang lain
berdasarkan motif-motif pribadi.
2.6 Model Hubungan Komunikasi Interpersonal
Secara umum hakikat dari komunikasi sering diarahkan pada umumnya dipahami
sebagai proses penyampaian pesan dari sender ke receiver. Proses
komunikasi tersebut dilakukan bertujuan untuk mencapai kesepahaman atau
yang biasa dikenal dengan istilah mutual of understanding. Hal-hal
yang sama tersebutlah yang membuat orang-orang berkomunikasi dan kemudian
membentuk kelompok-kelompok.
Sesuai dengan tingkatannya, komunikasi terdiri dari beberapa konteks. Dan
umumnya para ahli mengkontekskannya dengan jumlah orang yang terlibat dalam
suatu proses komunikasi. Kemudian muncul istilah komunikasi intrapersonal,
interpersonal, kelompok, public, organisasi,dan massa (Mulyana, 2005: 70).
Berbicara masalah komunikasi interpersonal, seringkali disamakan dengan
istilah dyadic communication yang hanya melibatkan dua orang
(Mulyana, 2005: 73). Komunikasi diadik ini biasanya memiliki ciri-ciri:
terjadi dalam jarak yang dekat, pengiriman dan penerimaan pesan secara
spontan dan simultan ( Mulyana, 2005: 73). Dan komunikasi antar pribadi ini
seringkali dianggap sebagai komunikasi yang paling efektif sebab komunikasi
interpersonal dilakukan dengan tatap muka.
Dalam komunikasi tentu memiliki model. Model dalam komunikasi
merepresentasikan secara abstrak mengenai deskripsi ideal yang dibutuhkan
dalam komunikasi (Mulyana, 2005:121). Sehingga Aubrey mengatakan bahwa
model memiliki unsur atau komponen penting dari fenomena yang kemudian
dijadikan model (Mulyana, 2005: 121).
Seperti dalam komunikasi umum yang memiliki model, dalam komunikasi
interpersonal juga dikenal model. Dalam teori hubungan interpersonal
dikenal empat model hubungan interpersonal. Model hubungan komunikasi
interpersonal tersebut meliputi: model pertukaran sosial ( social exchange model), model peranan (role model), model
permainan (games people play model), dan model interaksional ( interactional model).
Model pertukaran sosial atau biasa dikenal dengan istilah social exchange model biasanya mengidentikkan hubungan
interpersonal dengan suatu transaksi dagang (tawar menawar). Selain itu
pertukaran sosial juga membuat kita yang sedang berkomunikasi tidak sadar
bahwa kita sedang mempertukarkan pengalaman masing-masing. Dan dalam hal
ini banyak dari kita yang berkomunikasi menjadi puas karena dari pengalaman
berkomunikasi, banyak sekali pertanyaan yang secara langsung maupun tidak
langsung telah dijawab dari berbagai pertukaran pengalaman (Liliweri, 1991:
69).
Komunikasi secara transaksional tersebut biasanya berlangsung secara
simultan dan spontan (Mulyana, 2005: 68). Hal tersebut biasanya terjadi
dalam kehidupan sehari-hari kita dan kita seringkali tidak sadar. Misalnya
saja: saat mendengar teman baik kita curhat karena ada masalah, kita
merespon dengan menganggukkan kepala pertanda mengerti apa yang ia rasakan
dan sesekali memluknya ketika ia mulai terisak.
Yang kedua, model peranan atau yang disebut juga dengan role model
. Dalam model ini hubungan interpersonal dianalogikan seperti sebuah
sandiwara. Jadi, dalam setiap hubungan individu memiliki perannya
masing-masing sesuai dengan ekspektasi peranannya ( role expectation) dan tuntutan peranan (role demands).
Dalam model peran ini, setiap individu memiliki peranan yang harus
dimainkan dalam berkomunikasi dengan orang lain. Contoh sederhananya
misalnya saja adalah ayah. Dalam keluarga peran ayah adalah pemimpin
keluarga, ia adalah bapak dari anak-anaknya dan suami dari istrinya, sedang
didalam masyarakat ia adalah anggota masyarakat yang harus patuh dan tunduk
dalam aturan masyarakat, sedang dalam dunia pekerjaaannya ia adalah seorang
ahli yang paham dengan apa yang ia jalani sebagai profesinya.
Yang ketiga, adalah model permainan yang menggunakan pendekatan analisis
transaksional. Teori analisis transaksional telah menjadi salah satu teori
komunikasi antarpribadi yang mendasar. Dan analisis transaksional adalah
salah satu pendekatan Psychotherapy yang menekankan pada hubungan
interaksional.
Dalam diri setiap manusia, menurut Collins, manusia memiliki tiga status
ego. Sikap dasar ego yang mengacu pada sikap orangtua(Parent= P. exteropsychic); sikap orang dewasa(Adult=A. neopsychic); dan ego anak (Child = C, arheopsychic). ). Ketiga sikap tersebut dimiliki setiap
orang, di segala usia. Contoh sederhana yang bisa diambil adalah misalnya
saja adalah anak bungsu. Anak bungsu didalam keluarga cenderung manja dan
kekanak-kanakan akan tetapi jika ada ditengah-tengah teman sepermainan ia
akan bisa memiliki sifat orang dewasa yang bisa menjadi sangat pragmatis
dan realistis, sebaliknya jika ada di depan pasangannya ia akan menjadi
sifat orang tua yang bisa menuntun, memahami dan menyayangi.
Yang terakhir adalah model interaksional atau bisa juga disebut dengan interactional mode. Dalam model ini memandang hubungan
interpersonal sebagai suatu sistem. Transaksi disini dalam komunikasi
kemudian disetarakan artinya sebagai suatu proses sebab akibat atau aksi
reaksi (Mulyana, 2005: 65).
Unsur penting dari sifat transaksi ini adalah feed back atau umpan
balik (Mulyana, 2005: 66). Dan komunikasi semacam ini sering kita alami
dalam hubungan interpersonal kita dengan orang lain. Contoh sederhananya
adalah misalnya ketika kita dipanggil ibu kita, kita kemudian menyahut
dengan kata “ Dalem” dan menghampirinya, itu merupakan suatu bentuk dan
tindakan dari komunikasi interpersonal.
2.7
Tujuan Komunikasi Interpersonal
Komunikasi interpersonal mungkin mempunyai beberapa tujuan. Di sini akan
dipaparkan 6 tujuan, antara lain :
a. Menemukan Diri Sendiri
Salah satu tujuan komunikasi interpersonal adalah menemukan personal atau
pribadi. Bila kita terlibat dalam pertemuan interpersonal dengan orang lain
kita belajar banyak sekali tentang diri kita maupun orang lain.
Komunikasi interpersonal memberikan kesempatan kepada kita untuk berbicara
tentang apa yang kita sukai, atau mengenai diri kita. Adalah sangat menarik
dan mengasyikkan bila berdiskusi mengenai perasaan, pikiran, dan tingkah
laku kita sendiri. Dengan membicarakan diri kita dengan orang lain, kita
memberikan sumber balikan yang luar biasa pada perasaan, pikiran, dan
tingkah laku kita.
b. Menemukan Dunia Luar
Hanya komunikasi interpersonal menjadikan kita dapat memahami lebih banyak
tentang diri kita dan orang lain yang berkomunikasi dengan kita. Banyak
informasi yang kita ketahui datang dari komunikasi interpersonal, meskipun
banyak jumlah informasi yang datang kepada kita dari media massa hal itu
seringkali didiskusikan dan akhirnya dipelajari
atau didalami melalui interaksi interpersonal.
atau didalami melalui interaksi interpersonal.
c. Membentuk
d
an Menjaga Hubungan
y
ang Penuh Arti
Salah satu keinginan orang yang paling besar adalah membentuk dan
memelihara hubungan dengan orang lain. Banyak dari waktu kita pergunakan
dalam komunikasi interpersonal diabadikan untuk membentuk dan menjaga
hubungan sosial dengan orang lain.
d. Berubah Sikap
d
an Tingkah Laku
Banyak waktu kita pergunakan untuk mengubah sikap dan tingkah laku orang
lain dengan pertemuan interpersonal. Kita boleh menginginkan mereka memilih
cara tertentu, misalnya mencoba diet yang baru, membeli barang tertentu,
melihat film, menulis membaca buku, memasuki bidang tertentu dan percaya
bahwa sesuatu itu benar atau salah. Kita banyak
menggunakan waktu waktu terlibat dalam posisi interpersonal.
menggunakan waktu waktu terlibat dalam posisi interpersonal.
e. Untuk Bermain
d
an Kesenangan
Bermain mencakup semua aktivitas yang mempunyai tujuan utama adalah mencari
kesenangan. Berbicara dengan teman mengenai aktivitas kita pada waktu akhir
pecan, berdiskusi mengenai olahraga, menceritakan cerita dan cerita lucu
pada umumnya hal itu adalah merupakan pembicaraan yang untuk menghabiskan
waktu. Dengan melakukan komunikasi interpersonal semacam itu dapat
memberikan keseimbangan yang penting dalam pikiran yang memerlukan rileks
dari semua keseriusan di lingkungan kita.
f. Untuk Membantu
Ahli-ahli kejiwaan, ahli psikologi klinis dan terapi menggunakkan
komunikasi interpersonal dalam kegiatan profesional mereka untuk
mengarahkan kliennya. Kita semua juga berfungsi membantu orang lain dalam
interaksi interpersonal kita sehari-hari. Kita berkonsultasi dengan seorang
teman yang putus cinta, berkonsultasi dengan mahasiswa tentang mata kuliah
yang sebaiknya diambil dan lain sebagainya.
2.8
Efektivitas Komunikasi Interpersonal
Efektivitas komunikasi interpersonal menurut Devito (dalam jurnal-sdm.blogspot.com :2010) dimulai dengan lima
kualitas umum yang dipertimbangkan yaitu keterbukaan (openness),
empati (empathy), sikap mendukung (supportiveness), sikap
positif (positiveness), dan kesetaraan (equality)
1. Keterbukaan (Openness)
Kualitas keterbukaan mengacu pada sedikitnya tiga aspek dari komunikasi
interpersonal. Pertama, komunikator interpersonal yang efektif harus
terbuka kepada orang yang diajaknya berinteraksi. Ini tidaklah berarti
bahwa orang harus dengan segera membukakan semua riwayat hidupnya.memang
ini mungkin menarik, tapi biasanya tidak membantu komunikasi. Sebaliknya,
harus ada kesediaan untuk membuka diri mengungkapkan informasi yang
biasanya disembunyikan, asalkan pengungkapan diri ini patut.
Aspek keterbukaan yang kedua mengacu kepada kesediaan komunikator untuk
bereaksi secara jujur terhadap stimulus yang datang. Orang yang diam, tidak
kritis, dan tidak tanggap pada umumnya merupakan peserta percakapan yang
menjemukan. Kita ingin orang bereaksi secara terbuka terhadap apa yang kita
ucapkan. Dan kita berhak mengharapkan hal ini. Tidak ada yang lebih buruk
daripada ketidak acuhan, bahkan ketidaksependapatan jauh lebih
menyenangkan.Kita memperlihatkan keterbukaan dengan cara bereaksi secara
spontan terhadap orang lain.
Aspek ketiga menyangkut “kepemilikan” perasaan dan pikiran. Terbuka dalam
pengertian ini adalah mengakui bahwa perasaan dan pikiran yang anda
lontarkan adalah memang milik anda dan anda bertanggungjawab atasnya. Cara
terbaik untuk menyatakan tanggung jawab ini adalah dengan pesan yang
menggunakan kata Saya (kata ganti orang pertama tunggal).
2. Empati (empathy)
Empati sebagai ”kemampuan seseorang untuk ‘mengetahui’ apa yang sedang
dialami orang lain pada suatu saat tertentu, dari sudut pandang orang lain
itu, melalui kacamata orang lain itu.” Bersimpati, di pihak lain adalah
merasakan bagi orang lain atau merasa ikut bersedih. Sedangkan berempati
adalah merasakan sesuatu seperti orang yang mengalaminya, berada di kapal
yang sama dan merasakan perasaan yang sama dengan cara yang sama.
Orang yang empatik mampu memahami motivasi dan pengalaman orang lain,
perasaan dan sikap mereka, serta harapan dan keinginan mereka untuk masa
mendatang.
Kita dapat mengkomunikasikan empati baik secara verbal maupun non verbal. Secara nonverbal, kita dapat mengkomunikasikan empati dengan memperlihatkan (1) keterlibatan aktif dengan orang itu melalui ekspresi wajah dan gerak-gerik yang sesuai; (2) konsentrasi terpusat meliputi komtak mata, postur tubuh yang penuh perhatian, dan kedekatan fisik; serta (3) sentuhan atau belaian yang sepantasnya.
Kita dapat mengkomunikasikan empati baik secara verbal maupun non verbal. Secara nonverbal, kita dapat mengkomunikasikan empati dengan memperlihatkan (1) keterlibatan aktif dengan orang itu melalui ekspresi wajah dan gerak-gerik yang sesuai; (2) konsentrasi terpusat meliputi komtak mata, postur tubuh yang penuh perhatian, dan kedekatan fisik; serta (3) sentuhan atau belaian yang sepantasnya.
3. Sikap mendukung (supportiveness)
Hubungan interpersonal yang efektif adalah hubungan dimana terdapat sikap
mendukung (supportiveness). Suatu konsep yang perumusannya dilakukan
berdasarkan karya Jack Gibb. Komunikasi yang terbuka dan empatik tidak
dapat berlangsung dalam suasana yang tidak mendukung. Kita memperlihatkan
sikap mendukung dengan bersikap (1) deskriptif, bukan evaluatif, (2)
spontan, bukan strategic, dan (3) provisional, bukan sangat yakin.
4. Sikap positif (positiveness)
Kita mengkomunikasikan sikap positif dalam komunikasi interpersonal dengan
sedikitnya dua cara: (1) menyatakan sikap positif dan (2) secara positif
mendorong orang yang menjadi teman kita berinteraksi. Sikap positif mengacu
pada sedikitnya dua aspek dari komunikasi interpersonal. Pertama,
komunikasi interpersonal terbina jika seseorang memiliki sikap positif
terhadap diri mereka sendiri.
Kedua, perasaan positif untuk situasi komunikasi pada umumnya sangat
penting untuk interaksi yang efektif. Tidak ada yang lebih menyenangkan
daripada berkomunikasi dengan orang yang tidak menikmati interaksi atau
tidak bereaksi secara menyenangkan terhadap situasi atau suasana interaksi.
5. Kesetaraan (Equality)
Dalam setiap situasi, barangkali terjadi ketidaksetaraan. Salah seorang
mungkin lebih pandai. Lebih kaya, lebih tampan atau cantik, atau lebih
atletis daripada yang lain. Tidak pernah ada dua orang yang benar-benar
setara dalam segala hal. Terlepas dari ketidaksetaraan ini, komunikasi
interpersonal akan lebih efektif bila suasananya setara. Artinya, harus ada
pengakuan secara diam-diam bahwa kedua pihak sama-sama bernilai dan
berharga, dan bahwa masing-masing pihak mempunyai sesuatu yang penting
untuk disumbangkan.
Dalam suatu hubungan interpersonal yang ditandai oleh kesetaraan,
ketidak-sependapatan dan konflik lebih dillihat sebagai upaya untuk
memahami perbedaan yang pasti ada daripada sebagai kesempatan untuk
menjatuhkan pihak lain.kesetaraan tidak mengharuskan kita menerima dan
menyetujui begitu saja semua perilaku verbal dan nonverbal pihak lain.
Kesetaraan berarti kita menerima pihak lain, atau menurut istilah Carl
rogers, kesetaraan meminta kita untuk memberikan ”penghargaan positif tak
bersyarat” kepada orang lain.
2.9 Hambatan dalam Komunikasi Interpersonal
Komunikasi atau berkomunikasi itu kelihatannya mudah, tapi sebenarnya tidak
lepas dari berbagai kendala atau hambatan dalam pelaksanaanya. Ahli
komunikasi menyatakan tidaklah mungkin seseorang melakukan komunikasi yang
benar-benar efektif, karena ada banyak hambatan yang harus menjadi
perhatian.
Umumnya hambatan dalam komunikasi interpersonal tidak jauh berbeda dengan
hambatan dalam komunikasi lainnya yang melibatkan adanya interaksi sosial.
Beberapa hal yang umumnya menjadi hambatan dalam komunikasi interpersonal
dikemukakan oleh Rudy ( 2005, 23-25) adalah:
a Lazimnya hambatan-hambatan ini berlangsung karena faktor sikap dan
kepribadian masing-masing orang ( lebih banyak berlangsung dalam komunikasi
tatap muka, face to face communication).
a. Hearing what we expect to hear (mendengarkan apa yang kita
ingin dengar atau kita harapkan agar disampaikan orang lain kepada kita).
Banyak orang cenderung untuk menyimak atau mendengarkan hanya jika isi
pesan atau pembicaraan itu sesuai dengan minatnya atau menarik bagi
dirinya. Umumnya mengharapkan bahwa komunikasi yang berlangsung berkaitan
dengan hal-hal yang memang ingin didengarnya.
b. Ignoring information that conflicts with what we”know”
(mengabaikan atau mengesampingkan informasi yang bertentangan dengan “apa
yang kita anggap kita sudah tahu”). Banyak orang cenderung mengabaikan
informasi dari orang lain, jika menganggap dirinya sudah tahu atau lebih
banyak tahu. Padahal informasi yang disampaikan itu adalah benar, karena
kondisi dilapangan sudah berubah dari yang kita tahu. Contoh beberapa
mahasiwa mengabaikan informasi bahwa besok tidak kuliah, karena mereka
yakin pada apa yang lebih diketahuinya yaitu besok libur.
c. Evaluating the Source (menilai atau menngevaluasi sumber)
Bahwa ada kecenderungan orang untuk tidak memperhatikan atau menyimak serta
mengabaikan informasi, jika informasi itu diperolehnya dari orang yang
dinilai rendah (misal anak kecil, tukang becak, dan sebagainya) atau
dinilai tidak punya kredibilitas. Sebaliknya begitu cepat percaya walaupun
informasi itu meragukan, bila disampaikan oleh orang yang berpakaian jas,
berdasi,berpangkat, atau berstatus sosial tinggi.
d. Differing perceptions (persepsi atau pola pikir yang berbeda)
Hambatan ini timbul karena ada perbedaan persepsi. Persepsi yang berbeda
bisa muncul karena perbedaan latar belakang sosial budaya, pendidikan dan
pengalaman, afiliasi politikndan ideologi yang berbeda atau karena menganut
pola pikir yang berbeda.
Contoh :
Bila bosnya orang Indonesia mengatakan”kerjakan cepat”, maka cepat ini
dapat diartikan dua atau tiga jam. Sedangkan kalau bosnya orang jepang atau
inggris, maka cepat ini berarti hanya lima atau sepuluh menit.
e. Words have different meaning to different people ( bahwa
kata-kata dapat mempunyai arti yang berbeda bagi orang-orang yang berbeda)
Jika terdapat perbedaan dalam menafsirkan atau memaknakan kata-kata atau
konsep tertentu diantara komunikator dengan komunikan(baik dalam bahasa
daerah, bahasa nasional, maupun bahasa asing), maka mungkin saja timbul
kesalahpahaman yang menghambat pencapaian tujuan komunikasi. Survei
membuktikan bahwa penyebab salah satu tidak tercapainya tujuan mahasiswa
dalam melakukan berbagai penyuluhan diberbagai desa adalah komunikasi yang
kurang efektif dari mahasiswa yang memberikan informasi sebagai akibat
penyampaian kata-kata yang bersifat teoritis sementara yang diberi
penyuluhan lebih kepada berpikir praktis.
f. Conflicting nonverbal communication (komunikasi nonverbal yang
bertentangan atau berbeda dengan ucapan atau komunikasi verbal).
Maksud berbeda disini adalah dimana menggunakan isyarat, sikap, gesture dan
mimik tubuh( komunikasi nonverbal) yang berbeda dengan apa yang
diucapkan(komunikasi verbal). Misalnya orang India yang tengah
berkomunikasi dengan orang Indonesia menggelengkan kepala sebagai pertanda
“iya”, sedangkan orang Indonesia mengartikannya “tidak”.
g. Emotional environment (Lingkungan atau situasi emosional)
Lingkungan emosional atau segi kejiwaan pada saat-saat tertentu dapat
mempengaruhi lancar tidaknya komunikasi yang dilakukan.
Contoh :
Jika orang sedang marah, sedih, benci, cemburu dan sebagainya pada umumnya
sukar berkomunikasi (baik untuk menyampaikan, maupun untuk menerima pesan).
Jikapun berlangsung komunikasi, maka komunikasi itu biasanya sukar atau
tidak mencapai tujuan yang diharapkan.
h. Noise (kebisingan atau kegaduhan).
Jika orang sedang berkomunikasi tapi disekitarnya ada suara-suara ribut,
bising, gaduh, maka jalannya komunikasi terganggu, antara lain pesan yang
disampaikan/diucapkan tidak bisa terdengar dengan jelas.
a Lazim pula ditemukan dalam kegiatan di lingkungan sosial
(kemasyarakatan), pemerintahan, bisnis, dan manajemen perusahaan atau
organisasi, ada pula hambatan komunikasi yang berlaku lebih umum. Sehingga,
ada hambatan komunikasi secara umum, yang lazim berlangsung dalam
masyarakat (interaksi dalam kehidupan sehari-hari) yaitu:
a. Kurang kecakapan berkomunikasi
Kurang cakap berbicara (terutama di depan umum), kurang cakap menulis atau
mengarang, kurang cakap membaca atau mendengarkan. Untuk mengatasi hal ini
tidak ada jalan lain kecuali belajar dan berlatih ( untuk mengatasi atau
mengurangi hambatan komunikasi ini).
b. Sikap komunikator yang kurang tepat
Sikap yang kurang tepat dapat menghalangi komunikasi, sehingga dalam hal
ini diperlukan sikap simpatik, rendah hati, tetapi cukup tegas dan
menunjukkan kredibilitasnya.
c. Kurangnya pengetahuan
Hal kurangnya pengetahuan (baik secara umum maupun mengenai bidang
tertentu) ini bisa berlaku bagi kedua belah pihak, baik bagi pihak
komunikator maupun bagi pihak komunikan. Cara mengatasinya adalah apabila
salah satu pihak memiliki pengetahuan lebih tinggi maka ia harus berusaha
menyelaraskan cara penyampaian pesan atau sebaliknya menanggapi pesan
dengan mempertimbangkan taraf pengetahuan pihak lainnya.
d. Kurang memahami sistem sosial
Bila komunikator kurang memahami sistem sosial atau budaya setempat (misal
di pesantren, pedesaan, negara lain, dan sebagainya) maka arah
pembicaraannya kurang tepat dan tidak menarik bagi komunikan setempat.
e. Syakwasangka (prejudice) yang tidak berdasar
Bagi masyarakat atau orang yang kurang terpelajar, tidak mau membuka diri
dan berlapang dada, atau yang sedang saling membenci, akan mudah timbul
prasangka yang tidak berdasar kepada rasio pikiran yang sehat.
f. Jarak fisik
Komunikasi sering menjadi tidak lancar bila jarak antara komunikator dan
komunikan terlalu berjauhan.
g. Kesalahan bahasa
Sering terjadi salah pengertian atau kesalahan penafsiran yang disebabkan
perbedaan arti (pemaknaan) dari suatu istilah atau kata-kata.
h. Penyajian yang verbalistis ( hanya kata-kata melulu)
Komunikasi cenderung menjadi tidak atau kurang lancar jika komunikator
terus-terusan hanya membacakan atau berbicara saja tanpa peragaan atau
tanpa gerak tubuh yang memperagakan untuk memberikan nuansa kepada pesan
yang disampaikan.
i. Indera yang rusak
Komunikasi jadi tidak lancar jika indera rusak atau indera tidak sehat.
Oleh karena itu, agar komunikasi bisa berjalan lancar, maka panca indera
kita(khususnya pendengaran, pengucapan, dan penglihatan) harus tetap dijaga
atau dipelihara agar tetap sehat.
j. Komunikasi yang berlebihan
Komunikasi bisa menjadi tidak lancar dan tidak mencapai tujuannya karena over communication ( komunikasi yang berlebihan). Misalnya bila
terlalu banyak penjelasan, banyak bumbu, kata-kata bersayap, sehingga
maksud yang sebenarnya terkandung dan ingin disampaikan menjadi tidak
jelas.
k. Komunikasi satu arah
Komunikasi satu arah acapkali kurang memberikan hasil yang sesuai dengan
harapan, karena komunikan tidak diberi kesempatan untuk mengajukan
pertanyaan atau saran-sarannya sehingga pesan atau berita yang kurang jelas
diterima (kurang dimengerti) oleh komunikan, bahkan bisa menimbulkan
penafsiran yang salah atau kurang tepat.
PERTANYAAN
I.
Pilihlah dan berilah tanda silang (x) pada salah satu jawaban yang anda
anggap benar !
1. Yang bukan merupakan karakteristik komunikasi interpersonal menurut Judy
C. Pearson yakni …
a. Dimulai dari diri sendiri dan mencakup pesan antar pribadi
b. Bersifat non-transaksional dan tidak ada hubungan yang erat antar
pribadi
c. Melibatkan berbagai pihak yang saling bergantung dan tidak dapat diulang
kembali
d. Mencakup berbagai isi pesan dan hubungan antar pribadi
e. Bersifat transaksional dan mencakup pesan antar pribadi
2. Konsep pertahanan diri yang dikemukakan oleh Anna Freud yang digunakan
dalam komunikasi interpersonal – transaksional adalah …
a. Ego
b. Superego
c. Defense
d. Id
e. Emosi
3. Komunikasi antara seorang perawat dan seorang dokter dalam merawat
seorang pasien sehingga terbentuk sinergitas kerja adalah salah satu contoh
jenis komunikasi…
a. Komunikasi Kerja
b. Komunikasi Mikro
c. Komunikasi Tridiadik
d. Komunikasi Diadik
e. Komunikasi Tridiadik
4. Jenis komunikasi paling sederhana dari komunikasi interpersonal adalah …
a. Komunikasi Pribadi
b. Komunikasi Publik
c. Komunikasi Tridiadik
d. Komunikasi Diadik
e. Komunikasi Mikro
5. Persepsi interpersonal, konsep diri, atraksi dan hubungan interpersonal
merupakan elemen penting dalam komunikasi interpersonal yakni...
a. Karakteristik komunikasi
b. Tujuan komunikasi
c. Sistem komunikasi
d. Model komunikasi
e. Faktor komunikasi
6. Sistem komunikasi interpersonal dibentuk dari atraksi interpersonal yang
dipengaruhi oleh faktor-faktor situasional dan personal. Faktor
situasionalnya berupa…
a. Familarity, harga diri rendah, dan daya tarik
b. Tekanan emosional, proximity, kemampuan
c. Karakteristik personal, tekanan emosional, dan rendah diri
d. Familarity, daya tarik, dan kedekatan
e. Proximity, isolasi dan harga diri
7. Suatu model yang menganalisa hubungan interpersonal yang memandang bahwa
hubungan interpersonal mempunyai tujuan, metode, ekspektasi dan pelaksanaan
peranan, serta permainan bersama adalah …
a. Model Pertukaran Sosial
b. Model Implementasi Interaksi
c. Model Peranan
d. Model Peranan
e. Model Transaksional
8. Berikut adalah tujuan komunikasi interpersonal, kecuali …
a. Menemukan diri sendiri
b. Untuk mendapatkan simpati dan empati lingkungan
c. Membentuk dan menjaga hubungan yang penuh arti
d. Mengubah sikap dan tingkah laku
e. Untuk kesenangan dan hiburan
9. Jika dalam hubungan interpersonal masih terdapat perbedaan akan strata
sosial dan memarginalkan suatu kelompok tertentu berarti terjadi kegagalan
dalam efektivitasan komunikasi yakni …
a. Supportiveness
b. Openness
c. Equality
d. Emphaty
e. Failure
II.
Essay !!!
1. Jelaskan definisi komunikasi interpersonal menurut Devito!
2. Tuliskan bagan proses komunikasi interpersonal?
3. Menurut saudara seberapa pentingkah mempelajari hubungan interpersonal
bagi seorang mahasiswa keperawatan ?
4. Sebutkan dan berikan contoh jenis-jenis komunikasi interpersonal ?
5. Jelaskan bagaimana persepsi interpersonal mempengaruhi sistem komunikasi
interpersonal !
6. Berikan penjelasan dan contoh dari model pertukaran social dalam
aktivias mahasiswa !
7. Sebutkan 3 dari 6 tujuan komunikasi interpersonal !
8. Sebagai seorang calon perawat professional, bagaimana cara anda sebagai
seorang mahasiswa keperawatan untuk membangun komunikasi interpersonal yang
efektif ?
9. Menurut saudara, bagaimana cara untuk meminimalkan hambatan dalam
komunikasi interpersonal ?
DAFTAR PUSTAKA
Ganteng, Aji. 2008.Kuliah Komunikasi
(online).( http: kampuskomunikasi.blogspot.com diakses 10
oktober 2011
Mulyana, Deddy. 2005. Ilmu Komunikasi: Suatu Pengantar. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya
Liliweri, Alo. 1991. Komunikasi Antar Pribadi. Bandung: PT. Citra Aditya Bakti Mulyana
L.Tubbs, Stewart dan Sylvia moss. 2000. Human Communication. Bandung: PT Remaja Rosdakarya
Qorib,Fathul.2009. Sistem Komunikasi Interpersonal(online).( http://best1alone.blogspot.com , diakses 11 Oktober 2011)
Rakhmat, Jalaluddin.2009. Psikologi Komunikasi. Bandung : PT.Remaja Rosdakarya
Ross,Raymond. S. 1974. Communication and Interpersonal Relations. The University of Michigan: Prentice-Hall
Rudy, Teuku May.2005. Komunikasi & Hubungan Masyarakat Internasional. Bandung: PT Refika Aditama
-.2010. Komunikasi-interpersonal-definisi(online).( http://jurnal-sdm.blogspot.com diakses 10 oktober 2011)
EmoticonEmoticon