BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pemeriksaan fisik merupakan salah satu cara mengetahui gejala atau masalah kesehatan yang dialami oleh ibu nifas dengan mengumpulkan data objektif dilakukan pemeriksaan terhadap pasien. Pemeriksaan fisik ibu post partum sangat penting dilakukan untuk dapat mendeteksi keadaan ibu apakah normal ataukah terdapat abnormalitas yang disebabkan oleh proses persalinan.
Masa nifas (puerperium) adalah masa pulih kembali mulai dari persalinan sampai alat-alat kandungan kembali seperti sebelum hamil.Lama masa nifas ini berlangsung selama 6 sampai 8 minggu (Moctar, 1998).
Masa nifas (puerpurium) adalah waktu yang dimulai setelah plasenta lahir dan berakhir kira-kira 6 minggu. Akan tetapi seluruh alat kandungan kembali seperti semula (sebelum hamil) dalam waktu kurang lebih 3 bulan. di mulai dengan kehamilan, persalinan dan di lanjutkan dengan masa nifas merupakan masa yang kritis bagi ibu dan bayinya, kemungkinan timbul masalah dan penyulit selama masa nifas. Apabila tidak segera ditangani secara efektif akan membahayakan kesehatan, bahkan bisa menyebabkan kematian dan 50% kematian masa nifas terjadi dalam 24 jam pertama, untuk itu pemberian asuhan kepada ibu dalam masa nifas sangat perlu dilakukan yang bertujuan untuk menjaga kesehatan ibu dan bayi, melaksanakan deteksi dini adanya komplikasi dan infeksi, memberikan pendidikan pada ibu serta memberikan pelayanan kesehatan pada ibu dan bayi. Selama masa nifas ibu akan mengalami berbagai perubahan. pelayanan atau asuhan merupakan cara penting untuk memonitor dan mendukung kesehatan ibu nifas normal dan mengetahui secara dini bila ada penyimpangan yang ditemukan dengan tujuan agar ibu dapat melalui masa nifasnya dengan selamat dan bayi sehat (Saifudin, 2006)
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Pemeriksaan fisik ibu post partum
Masa nifas (puerperium) adalah masa setelah plasenta lahir dan berakhir ketika alat-alat kandungan kembali seperti keadaan sebelum hamil. Masa nifas berlangsung selama kira-kira 6 minggu. (Abdul Bari. S, dkk, 2002)
Adapaun pembagian masa nifas dibagi menjadi 3 :
1. Puerperium dini, yaitu kepulihan dimana ibu telah diperbolehkan berdiri dan berjalan-jalan. Dalam agama Islam dianggap telah bersih dan boleh bekerja setelah 40 hari.
2. Puerperium intermedial, yaitu kepulihan menyeluruh alat-alat genitalis yang lamanya 6 – 8 minggu.
3. Remote puerperium, waktu yang diperlukan untuk pulih dan sehat sempurna terutama bila selama hamil atau waktu persalinan mempunyai komplikasi. Waktu untuk sehat sempurna bisa berminggu-minggu, bulanan atau tahunan.
Pemeriksaan ibu pasca persalinan mencakup dari kepala sampai ujung kaki atau biasa disebut head to toe (salim, 2005)
B. Tujuan Asuhan Masa Nifas
1. Menjaga Kesehatan ibu dan bayi baik fisik maupun psikologik.
2. Melaksanakan skrining yang komprehensif, mendeteksi masalah, mengobati atau merujuk bila terjadi komplikasi pada ibu maupun bayinya.
3. Memberikan pendidikan kesehatan tentang perawatan kesehatan diri, nutrisi keluarga berencana, menyusui, pemberian imunisasi pada bayinya dan perawatan bayi sehat.
4. Memberikan pelayanan keluarga berencana.
C. Langkah – langkah Pemeriksaan Fisik (dikutip dari mochtar)
A. Auto Anamnesa
Merupakan anamnesa yang dilakukan kepada pasien secara langsung.Jadi data yang diperoleh adalah data primer karena langsung dai sumbernya.
B. Allo Anamnesa
Merupakan anamnesa yang dilakukan kepada keluarga pasien untuk memperoleh data tentang pasien
Pengumpulan data ada dua jenis :
1. Data Subjektif
Untuk memperoleh data subjektif dapat dilkukan dengan cara anamnesa yaitu informasi yang kita dapatkan bisa langsung dari pasien atau juga bisa dari orang-orang terdekat klien. Data subjectif ini berisi tentang biodata pasien, keluhan utama, riwayat perkawinan, riwayat penyakit, riwayat kb, kehidupan social budaya, data psikososial, dan pengetahuan.
2. Data Objektif
Dalam menghadapi klien dalam masa nifas ini, tenaga kesehatan harus mengumpulkan data untuk memastikan apakah klien dalam keadaan normal atau tidak.
Bagian dari pengkajian data objektif yaitu:
1) Keadaan Umum Ibu
Observasi tingkat energy dan keadaan emosi ibu (head to toe)
2) Tanda-tanda vital
a. Tekanan darah
Tekanan darah normal yaitu < 140/90 mmHg (110-120/70-80). Tekanan darah tersebut bisa meningkat dari pra persalinan pada 1-3 hari pospartum. Setelah persalinan sebagian besar wanita mengalami peningkatan tekananan darah sementara waktu. Keadaan ini akan kembali normal selama beberapa hari. Bila tekanan darah menjadi rendah menunjukkan adanya perdarahan post partum. Sebaliknya bila tekanan darah tinggi,merupakan petunjuk kemungkinan adanya pre-eklampsi yang bisa timbul pada masa nifas. Namun hal seperti itu jarang terjadi.
b. Suhu
Suhu tubuh normal yaitu kurang dari 38C. Pada hari ke 4 setelah persalinan suhu ibu bisa naik sedikit kemungkinan disebabkan dari aktivitas payudara. Bila kenaikan mencapai lebih dari 38 C pada hari kedua sampai hari-hari berikutnya, harus diwaspadai adanya infeksi atau sepsis nifas.
c. Nadi
Nadi normal pada ibu nifas adalah 60-100. Denyut Nadi ibu akan melambat sampai sekitar 60 x/menit yakni pada waktu habis persalinan karena ibu dalam keadaan istirahat penuh. Ini terjadi utamanya pada minggu pertama post partum. Pada ibu yang nervus nadinya bisa cepat, kira-kira 110x/mnt, bisa juga terjadi gejala shock karena infeksi khususnya bila disertai peningkatan suhu tubuh.
d. Pernafasan
Pernafasan normal yaitu 20-30 x/menit. Pada umumnya respirasi lambat pada ibu nifas bisa dikatakan normal, hal ini dapat terjadi karena ibu berada dalam masa pemulihan atau dalam kondisi istirahat. Bila terjadi respirasi cepat pada ibu postpartum (>30kali/menit) bisa di indikasikan ibu mengalami syok.
3) Payudara
Dalam melakukan pengkajian apakah terdapat benjolan, pembesaran kelenjar, dan bagaimanakah keadaan puting susu ibu apakah menonjol atau tidak, apakah payudara ibu ada bernanah atau tidak.
4) Uterus
1. Periksa tinggi fundus uteri apakah sesuai dengan involusi uteri.
2. Apakah kontraksi uterus baik atau tidak.
3. Apakah konsistensinya lunak atau keras.
4. Apabila uterus awalnya berkontraksi dengan baik maka pada saat palpasi tidak akan tampak peningkatan aliran pengeluaran lochea. Bila sebelumnya kontraksi uterus tidak baik dan konsistensinya lunak, palpasi akan menyebabkan kontraksi yang akan mengeluarkan bekuan darah yang terakumulasi, aliran ini pada keadaan yang normal akan berkurang dan uterus menjadi keras
5) Kandung Kemih
Jika kandung kemih ibu penuh,maka bantu ibu untuk mengosongkan kandung kemihnya dan anjurkan ibu agar tidak menahan apabila terasa BAK.Jika ibu tidak dapat berkemih dalam 6 jam post partum, bantu ibu dengan cara menyiramkan air hangat dan bersih ke vulva dan perineum ibu. Bila berbagai cara telah dilakukan namun ibu tetap tidak bisa berkemih, maka mungkin perlu dilakukan pemasangan kateterisasi. Setelah kandung kemih dikosongkan, maka lakukan massase pada fundus agar uterus berkontraksi dengan baik.
6) Ekstremitas Bawah
Pada pemeriksaan kaki apakah ada: Varises, oedema, Reflek patella, nyeri tekan atau panas pada beti. Adanya tanda Homan, caranya dengan meletakkan 1 tangan pada lutut ibu dan di lakukan tekanan ringan agar lutut tetap lurus. Bila ibu merasakan nyeri pada betis dengan tindakan tersebut, tanda Homan (+).
7) Genitalia
· Periksa pengeluaran lochea,warna,bau dan jumlahnya
· Hematom vulva (gumpalan darah)
· Gejala yang paling jelas dan dapat diidentifikasi dengan inspeksi vagina dan
serviks dengan cermat
· Lihat kebersihan pada genitalia ibu
· Ibu harus selalu menjaga kebersihan pada alat genitalianya karna pada maa
nifas ini ibu sangat mudah sekali untuk terkena infeksi.
8) Perineum
Pada pemeriksaan perineum sebaiknya ibu dalam posisi dengan kedua tungkai dilebarkan.saat melakukan pemeriksaan perineum periksalah:
· Jahitan laserasinya
Sebelum melakukan pemeriksaan jahitan laserasinya,terlebih dahulu bersihkan pada
bagian jahitan laserasi dengan kasa yang dikasih betadine supaya jahitan terlihat
tampak lebih jelas.
· Oedema atau tidak
· Hemoroid pada anus
· Hematoma (Pembengkakan jaringan yang isinya darah)
9) Lochea
Mengalami perubahan karena proses involusi yaitu lochea rubra, serosa dan alba.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Pemeriksaan fisik merupakan salah satu cara mengetahui gejala atau masalah kesehatan yang dialami oleh ibu nifas dengan mengumpulkan data objektif dilakukan pemeriksaan terhadap pasien. Pemeriksaan fisik ibu post partum sangat penting dilakukan untuk dapat mendeteksi keadaan ibu apakah normal ataukah terdapat abnormalitas yang disebabkan oleh proses persalinan. Sebaiknya saat melakukan pemeriksaan fisik pada ibu post partum dilakukan secara professional dan enar sesuai dengan SOP (standar operasional prosedur) yang sudah ada karena apabila penanganan yang diberikan tidak sesuai dengan prosedur akan berdampak buruk bagi Ibu dan Bayinya bahkan bisa mengakibatkan kematian.
B. Saran
1. Bagi Tenaga Kesehatan
Diharapkan agar makalah yang dibuat dapat menjadi pedoman bagi tenaga kesehatan dan dapat menjadi panduan dalam melakukan pemeriksaan fisik pada ibu post partum sesuai dengan SOP.
Daftar Pustaka
Abdul bari s, dkk. (2002). Blog pemeriksaan fisik ibu post partum. Bandung : FIKUNDIP.
Azis, A. (2009). Buku saku praktikum Kebutuhan Dasar Manusia Edisi Revisi. Jakarta : EGC.
Mohtar, (1998). Standaroperasionalproseduribupostpartum.blogspot.com. (diperoleh 6 November 2015).
Salim. (2005). Makalah Pemeriksaan Fisik Ibu postpartum dan Penerapannya. Jakarta : FIK UI.
EmoticonEmoticon