BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kebersihan diri adalah upaya individu dalam memelihara kebersihan diri yang meliputi kebersihan rambut, gigi dan mulut, mata, telinga, kuku, kulit, dan kebersihan dalam berpakaian dalam meningkatkan kesehatan yang optimal (Effendy, 1997).
Kewaspadaan Universal atau Kewaspadaan Umum (KU) atau Universal Precautions (UP) adalah suatu cara untuk mencegah penularan penyakit dari cairan tubuh, baik dari pasien ke petugas kesehatan dan sebaliknya juga dari pasien ke pasien lainnya. Menurut Prof. Dr. Sulianti Saroso (2006) Kewaspadaan Universal adalah suatu cara penanganan baru untuk meminimalkan pajanan darah dan cairan tubuh dari semua pasien, tanpa memperdulikan status infeksi.
Kewaspadaan Universal hendaknya dipatuhi oleh tenaga kesehatan karena ia merupakan panduan mengenai pengendalian infeksi yang dikembangkan untuk melindungi para pekerja di bidang kesehatan dan para pasiennya sehingga dapat terhindar dari berbagai penyakit yang disebarkan melalui darah dan cairan tubuh tertentu.
Penerapan Kewaspadaan Standar diharapkan dapat menurunkan risiko penularan patogen melalui darah dan cairan tubuh lain dari sumber yang diketahui maupun yang tidak diketahui. Penerapan ini merupakan pencegahan dan pengendalian infeksi yang harus rutin dilaksanakan terhadap semua pasien dan di semua fasilitas pelayanan kesehatan (FPK).
Adapun komponen kewaspadaan umum, terdiri dari Kebersihan tangan (cuci tangan), dan Alat Pelindung Diri atau APD (Penggunaan sarung tangan, Pelindung wajah/masker dan kacamata, Gaun pelindung, Penutup kepala, Sepatu pelindung. APD sangat dibutuhkan didalam ruangan operasi untuk melindungi tubuh pasien maupun tenaga medis dari infeksi yang menular.
B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian dari mencuci tangan ?
2. Apa tujuan dari mencuci tangan ?
3. Apa indikasi dari mencuci tangan?
4. Apa prinsip dari mencuci tangan?
5. Kapan waktu penting untuk mencuci tangan?
6. Apa macam-macam cuci tangan?
7. Apa jenis sabun cuci tangan?
8. Apa saja APD yang dipakai diruang operasi?
C. Tujuan
1. Mengetahui pengertian dari mencuci tangan ?
2. Mengetahui tujuan dari mencuci tangan ?
3. Mengetahui indikasi dari mencuci tangan?
4. Mengetahui prinsip dari mencuci tangan?
5. Mengetahui waktu penting untuk mencuci tangan?
6. Mengetahui macam-macam cuci tangan?
7. Mengetahui jenis sabun cuci tangan?
8. Mengetahui APD yang dipakai diruang operasi
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Mencuci Tangan
1. Definisi Mencuci Tangan
Mencuci tangan adalah membersihkan tangan dari segala kotoran dimulai dari ujung jari sampai siku dan lengan dengan cara tertentu sesuai kebutuhanan menggunakan zat pembersih yang sesuai dan dibilas dengan air mengalir. Mencuci tangan adalah proses yang secara mekanis melepaskan kotoran dan debris dari kulit tangan dengan menggunakan sabun biasa dan air (DEPKES, 2007).
Kegagalan untuk melakukan kebersihan dan kesehatan tangan yang tepat dianggap sebagai sebab utama infeksi nosokomial yang menular di pelayanan kesehatan, penyebaran mikroorganisme multiresisten dan telah diakui sebagai kontributor yang penting terhadap timbulnya wabah (Boyce dan Pitter, 2002). Cuci tangan dianggap sebgai salah satu langkah paling efektif untuk mengurangi penularan mikroorganisme dan mencegah infeksi.
2. Tujuan Mencuci Tangan
Mencuci tangan merupakan satu tehnik yang paling mendasar untuk menghindari masuknya kuman kedalam tubuh. Dimana tindakan ini dilakukan dengan tujuan:
a. Supaya tangan bersih
b. Membebaskan tangan dari kuman dan mikroorganisme
c. Menghindari masuknya kuman kedalam tubuh
d. Mencegah infeksi silang/infeksi nosokomial di RS
e. Menurunkan penyebab diare dan ISPA.
f. Dapat mencegah infeksi kulit, mata, cacing yang tinggal didalam usus, dan Flu burung
3. Indikasi Mencuci Tangan
Dalam kehidupan sehari-hari banyak penyebaran penyakit yang melalui tangan, oleh karena itu berikut indikasi mencuci tangan :
a. Saat sebelum kontak dengan pasien
b. Saat sesudah kontak dengan pasien
c. Saat setelah kontak dengan area pasien
d. Setelah kontak dengan cairan tubuh pasien
e. Sebelum melakukan tindakan aseptic
f. Sebelum memegang makanan
g. Bila terlihat kotor
h. Setelah dari toilet
i. Setelah kontak dengan peralatan yang kotor atau berpotensi terkontaminasi
j. Setelah melepaskan sarung tangan
4. Prinsip Mencuci Tangan
Dalam mencuci tangan terdapat beberapa prinsip, antara lain :
a. Anggap bahwa semua alat terkontaminasi : jangan terlalu sering memegang keran, tempat sabun, wastafel, alat pengering, terutama setelah mencuci tangan : dianjurkan untuk menggunakan tempat sampah yang dapat dibuka tutup menggunakan injakan kaki, keran yang diputar dengan siku.
b. Jangan memakai perhiasan : cincin meningkatkan jumlah mikroorganisme yang ada ditangan; perhiasan juga menimbulkan kesulitan dalam mencuci tangan secara seksama.
c. Gunakan air hangat yang mengalir, alirannya diatur sedemikian rupa demi kenyamanan; air yang terlalu panas akan membuka pori-pori dan menyebabkan iritasi kulit; cegah terjadinya percikan air, terutama kebaju, karena mikroorganisme akan berpindah dan berkembang biak di tempat yang lembab.
d. Gunakan sabun yang tepat dan gunakan sampai muncul busa: sabun akan mengemulsikan lemak dan minyak serta mengurangi tegangan permukaan, sehingga memudahkan pembersihan.
e. Gunakan gerakan memutar, menggosok dan bergeser: gerakan ini mengangkat dan menghilangkan kotoran dan mikroorganisme.
f. Gunakan handuk atau tisu sekali pakai untuk mengeringkan tangan : handuk ini lebih sedikit menyebarkan mikroorganisme dibandingkan pengering udara panas atau handuk.
5. Waktu Penting untuk Cuci Tangan
a. Sebelum dan sesudah makan
Untuk menghindari masuknya kuman kedalam tubuh saat kita makan
b. Setelah buang air besar
Besar kemungkinan tinja masih tertempel di tangan, sehingga diharuskan untuk mencuci tangan
c. Setelah bermain
Kebiasaan anak kecil adalah bermain ditempat yang kotor.Seperti tanah. Dimana kita tahu bahwa banyak sekali kuman didalam tanah, jadi selesai bermain harus mencuci tangan supaya kuman dari tanah hilang dan tidak menempel ditangan.
d. Sebelum dan sesudah melakukan kegiatan
Bagi adik-adik mencuci tangan ini juga bisa dilakukan sebelum dan sesudah belajar, sebelum dan sesudah bangun tidur dan sesudah melakukan kegiatan yang lain.
e. Sebelum & sesudah kontak dengan pasien di RS
Sebelum dan sesudah bertemu dengan seseorang di Rumah Sakit, supaya bebas kuman.
6. Macam-Macam Cuci Tangan
Kegiatan mencuci tangan dibagi menjadi tiga yaitu: cuci tangan bersih, cuci tangan aseptik, dan cuci tangan steril (Potter, 2005).
a. Cuci Tangan Bersih
Mencuci tangan bersih adalah membersihkan tangan dengan sabun dan air bersih yang mengalir atau yang disiramkan. Waktu yang penting cuci tangan bersih dengan sabun adalah sebelum makan dan sesudah makan, setelah dari toilet (setelah buang air kecil dan buang air besar), sebelum mengobati luka, sebelum melakukan kegiatan apapun yang memasukkan jari-jari ke dalam mulut dan mata, setelah bermain dan olahraga, setelah mengusap hidung atau bersin ditangan, setelah buang sampah, setelah menyentuh hewan/unggas termasuk hewan peliharaan (Potter, 2005).
WHO (2009) mengeluarkan regulasi tentang peraturan mencuci tangan baik pada kalangan medis maupun kalangan umum (perseorangan). Prosedur dalam melakukan kegiatan mencuci tangan bersih juga telah diatur jelas. Prosedur cuci tangan bersih dengan sabun adalah sebagai berikut: Basahi kedua tangan dengan air mengalir, gunakan sabun cair/batangan pada seluruh permukaan tangan, gosok kedua telapak tangan hingga timbul busa pada seluruh permukaan tangan, telapak tangan kanan di atas punggung kiri dengan jari menyilang dan sebaliknya, gosok telapak tangan kanan dan kiri dengan jari menyilang, dengan jari saling bertautan, putar/gosok kedua telapak tangan, gosok jempol kiri dengan arah memutar (rotasi) dengan tangan kanan menggenggam jempol tangan kiri dan sebaliknya, gosok dengan arah memutar jari-jari tangan kanan menggenggam di telapak tangan kiri dan sebaliknya, bilas dengan air bersih mengalir, keringkan tangan dengan handuk/tissue sekali pakai, dan tutup kran air.
Gambar 2.1 Teknik Cuci Tangan Bersih
|
|
|
sumber: (WHO, 2009)
b. Cuci Tangan Aseptik
Mencuci tangan aseptik adalah mencuci tangan yang dilakukan sebelum tindakan aseptik pada pasien dengan menggunakan larutan antiseptik. Mencuci tangan dengan larutan antiseptik, khususnya bagi petugas yang berhubungan dengan pasien yang mempunyai penyakit menular atau sebelum melakukan tindakan bedah aseptik dengan antiseptik dan sikat steril. Prosedur mencuci tangan aseptik sama dengan persiapan dan prosedur pada cuci tangan higienis atau cuci tangan bersih, hanya saja bahan deterjen atau sabun diganti dengan antiseptik dan setelah mencuci tangan tidak boleh menyentuh bahan yang tidak steril (Kozier, et al, 2009).
c. Cuci Tangan Steril
Teknik mencuci tangan steril adalah mencuci tangan secara steril (suci hama), khususnya bila akan membantu tindakan pembedahan atau operasi. Peralatan yang dibutuhkan untuk mencuci tangan steril adalah menyediakan bak cuci tangan dengan pedal kaki atau pengontrol lutut, sabun antimikrobial (tidak iritatif, spektrum luas, kerja cepat), sikat scrub bedah dengan pembersih kuku dari plastik, masker kertas dan topi atau penutup kepala, handuk steril, pakaian di ruang scrub dan pelindung mata, penutup sepatu (Kozier, et al, 2009). Prosedur mencuci tangan steril berbeda dengan mencuci tangan bersih dan aseptik. Perbedaannya terletak pada frekuensi cuci tangan dan peralatan sikat untuk menggosok kuku. Mencuci tangan steril dilakukan sebanyak dua kali cuci tangan baru kemudian dikeringkan oleh handuk sekali pakai.
7. Jenis Sabun Cuci Tangan
Sabun adalah produk berbasis deterjen yang mengandung diesterifikas asam lemak dan natrium atau kalium hidroksida. Bahan tersebut terdapat dalam berbagai bentuk termasuk sabun batangan maupun dalam sediaan cair. Bahanbahan tersebut juga efektif dalam membersihkan sisa lemak dan kotoran, tanah, dan berbagai zat organik dari tangan. Jenis sabun cuci tangan yang paling sering digunakan oleh tenaga medis di rumah sakit sebelum melakukan prosedur pembedahan adalah Chlorhexidine dan produk berbahan dasar iodin. Pilihan selain Chlorhexidine dan produk berbahan dasar iodin adalah Chloroxylenol dan Hexachlorophene serta Triklosin. Hexachlorophene dan triklosin jarang digunakan, tetapi masih merupakan alternatif yang baik jika ada anggota tim medis menunjukkan reaksi alergi terhadap klorheksidin dan produk berbahan dasar iodin (WHO, 2009).
B. Alat Pelindung Diri
Pelindung barrier, yang disebut secara umum disebut sebagai alat pelindung diri (APD), telah digunakan selama bertahun-tahun untuk melindungi pasien dari mikroorganisme yang ada pada petugas kesehatan. Namun dengan munculya AIDS dengan Hepatitis C, serta meningkatkan kembali Tuberkulosis di banyak Negara, pemakaian APD menjadi juga sangat penting untuk melindungi petugas. Dengan munculnya infeksi baru seperti flu burung, SARS dan infeksi lainnya ( Emerging Infectious Diseases), pemakaian APD yang tepat dan benar menjadi semakin penting.
Agar menjadi lebih efektif, APD harus digunakan secara benar. Misalnya gaun dan duk lobang telah tebukti dapat mencegah infeksi luka bila hanya dalam keadaan kering. Sedangkan dalam keadaan basah, kain beraksi sebagai spons yang menarik dari kulit atau peralatan melalui bahan kain sehingga dapat mengkontaminasi luka operasi. Sebagai konsekuensinya, pengolahan Rumah Sakit, penyelia dan para petugas kesehatan harus mengetahui tidak hanya kegunaan dan keterbatasan dari APD tertentu, tetapi peran APD sesungguhnya dalam mencegah penyakit infeksi sehingga dapat digunakan secara efektif dan efisien.
Alat pelindung diri mencakup sarung tangan, masker, alat pelindung mata (pelindung wajah dan kaca mata), topi, gaun apron dan pelindung lainnya. Di banyak Negara lain, topi, masker, gaun dan duk sering terbuat dari kain atau kertas, namun pelindung yang paling baik adalah yang terbuat dari bahan yang telah diolah atau bahan sinetik yang tidak tembus air atau cairan lain (darah atau cairan tubuh). Bahan yang tahan air ini tidak banyak tersedia karena harganya yang mahal. Di banyak Negara, kain katun ringan (dengan jumlah benang 140/inci2) adalah bahan yang paling umum digunakan untuk pamakaian bedah (masket, topi dan gaun) serta duk. Sayangnya, katun yang ringan tersebut tidak merupakan penghalang yang efektif, karena cairan dapat tembus dengan mudah sehingga memungkinkan terjadinya kontaminasi. Denim, kanvas dan bahan berat lainnya, disisi lain, terlalu tebal untuk ditembus oleh uap pada waktu pengukusan sehingga tidak dapat di sterilkan, sulit dicuci dan memerlukan waktu yang terlalu lama untuk kering. Sebaliknya bahan kain yang digunakan berwarna putih atau terang kotoran dan kotaminasi dapat terlihat dengan mudah. Topi atau masker yang terbuat dari kertas tidak boleh digunakan ulang karena tidak ada cara untuk membersihkannya dengan baik. Jika tidak dapat dicuci jangan digunakan lagi. (Depertemen Kesehatan, 2009).
1. APD diruang Operasi
a. Sarung tangan : melindungi tangan dari bahan yang dapat menularakan penyakit dan melindungi pasien dari mikroorganisme yan berada ditangan petugas kesehatan. Sarung tangan merupakan penghalang (barrier) fisik paling penting untuk mencegah penyebaran infeksi. Sarung tangan harus diganti antara setiap kontak dengan satu pasien dengan pasien lainnya, untuk menghidari kontaminasi silang.
b. Masker : harus cukup besar untuk menutupi hidung, mulut, bagian bawah dagu, dan rambut pada wajah (jenggot). Masker digunakan untuk menahan cipratan yang sewaktu petugas kesehatan atau petugas bedah berbicara, batuk atau bersin serta untuk mencegah percikan darah atau cairan tubuh lainnya memasuki hidung atau mulut petugas kesehatan. Bila masker tidak terbuat dari bahan yang tahan dari cairan, maka masker tersebut tidak efektif untuk mencegah kedua hal tersebut.
c. Alat pelindung mata : melindungi petugas dari percikan darah atau cairan tubuh lainnya dengan cara melindungi mata. Pelindung mata mencakup kacamata (goggles) plastik bening, kacamata pengaman, pelindung wajah dan visor. Kacamata koreksi atau kacamata dengan lensa polos juga dapat digunakan, tetapi hanya jika ditambahkan pelindung pada bagian sisi mata. Petugas kesehatan harus menggunakan masker dan pelindung mata atau pelindung wajah, jika melakukan tugas yang memungkinkan adanya percikan cairan secara tidak sengaja kearah wajah. Bila tidak tersedia pelindung wajah, petugas kesehatan dapat menggunakan kacamata pelindung atau kacamata biasa serta masker.
d. Topi : digunakan untuk menutup rambut dan kulit kepala sehingga serpihan kulit dan rambut tidak masuk kedalam luka selama pembedahan. Topi harus cukup besar untuk menutup semua rambut. Meski pun topi dapat memberikan sejumlah perlindungan pada pasien, tetapi tujuan utamanya adalah untuk melindungi pemakainya dari darah atau cairan tubuh yang terpercik atau menyemprot.
e. Gaun pelindung : digunakan untuk menutupi atau mengganti pakai biasa atau seragam lain, pada saat merawat pasien yang diketahui atau dicurigai menderita penyakit menular melalui droplet/airbone. Pemakain gaun pelindung terutama adalah untuk melindungi baju dan kulit petugas kesehatan dari sekresi respirasi. Ketika merawat pasien yang diketahui atau dicurigai menderita penyakit menular tersebut, petugas kesehatan harus menggunakan gaun pelindung setiap masuk ruangan untuk merawat pasien karena ada kemungkinan percikan atau semprotan darah cairan tubuh, sekresi atau eksresi. Pangkal sarung tangan harus menutupi ujung lengan gaun sepenuhnya. Lepaskan gaun sebelum meninggalkan area pasien. Setelah gaun dilepas pastikan bahwa pakaian dan kulit tidak kontak dengan bagian potensial tercemar, lalu cuci tangan segera untuk berpindahnya organisme.
Kontaminasi pada pakaian yang dipakai saat bekerja dapat diturunkan 20-100 kali dengan memakai gaun pelindung. Perawat yang menggunakan apron plastik saat merawat pasien bedah abdomen dapat menurunkan transmisi S. Aureus 30 kali dibandingkan dengan perawat yang memakai baju seragam dan ganti tiap hari..
f. Pelindung kaki : digunakan untuk melindung kaki dari cedera akibat benda tajam atau benda berat yang mungkin jatuh secara tidak segaja ke atas kaki. Oleh karena itu, sadal, “sandal jepit” atau sepatu yang terbuat dari bahan lunak (kain) tidak boleh dikenakan. Sepatu boot karet atau sepatu kulit tertutup memberikan lebih banyak perlindungan, tetapi harus dijaga tetap bersih dan bebas kontaminasi darah atau tumpahan cairan tubuh lain. Penutup sepatu tidak diperlukan jika sepatu bersih. Sepatu yang tahan terhadap benda tajam atau kedap air harus tersedia di kamar bedah, sebuah penelitian menyatakan bahwa penutup sepatu dari kain atau kertas dapat meningkatkan kontaminasi karena memungkinkan darah merembes melalui sepatu dan sering kali digunakan sampai diruang operasi. Kemudian di lepas tanpa sarung tangan sehingga terjadi pencemaran (Summers at al. 1992).
2. Pedoman umum alat pelindung diri
a. Tangan harus selalu bersih walaupun mengunakan APD.
b. Lepas atau ganti bila perlu segala perlengkapan APD yang dapat digunakan kembali yang sudah rusak atau sobek segera setalah anda mengetahui APD tersebut tidak berfugsi optimal.
c. Lepaskan semua APD sesegera mungkin setelah selesai memberikan pelayanan dan hindari kontaminasi : lingkungan di luar ruang isolasi, para pasien atau pekerja lain, dan diri anda sendiri.
d. Buang semua perlengkapan APD dengan hati-hati dan segera bersihkan tangan.
e. Perkiraan resiko terpajan cairan tubuh atau area terkontaminasi sebelum melakukan kegiatan perawatan kesehatan.
f. Pilih APD sesuai dengan perkiraan resiko terjadinya pajanan.
g. Menyediakan sarana APD bila emergensi dibutuhkan untuk dipakai (Depertemen Kesehatan, 2009).
3. Faktor – Faktor Penting Yang Harus Diperhatikan Pada Pemakaian Alat Pelindung Diri
a. Kenakan APD sebelum kontak dengan pasien, umumnya sebelum memasuki ruangan.
b. Gunakan dengan hati-hati jangan menyebarkan kontaminasi.
c. Lepas dan buang secara hati-hati jangan menyebarkan kontaminasi.
d. Lepas danbuang secara hati-hati ketempat limbah infeksius yang telah disediakan di ruangan ganti khusus. Lepas masker di luar ruangan.
e. Segera lakukan pembersihan tangan dengan langkah-langkah membersihkan tangan sesuai pedoman.
BAB III
PENUTUP
A. Simpulan
Mencuci tangan adalah proses yang secara mekanis melepaskan kotoran dan debris dari kulit tangan dengan menggunakan sabun biasa dan air mengalir (DEPKES, 2007). Tujuan dari cuci tangan adalah supaya tangan bersih, membebaskan tangan dari kuman dan mikroorganisme, menghindari masuknya kuman kedalam tubuh, mencegah infeksi silang/infeksi nosokomial di RS,
Indikasi mencuci tangan yaitu saat sebelum kontak dengan pasien, sesudah kontak dengan pasien, setelah kontak dengan area pasien, setelah kontak dengan cairan tubuh pasien, sebelum melakukan tindakan aseptic, sebelum memegang makanan, bila terlihat kotor, setelah dari toilet, setelah kontak dengan peralatan yang kotor atau berpotensi terkontaminasi dan setelah melepaskan sarung tangan. Kegiatan mencuci tangan dibagi menjadi tiga yaitu: cuci tangan bersih, cuci tangan aseptik, dan cuci tangan steril.
Alat Pelindung Diri (APD) petugas kesehatan adalah pakaian khusus yang digunakan petugas kesehatan untuk melindungi diri dari risiko pajanan darah, semua jenis cairan tubuh, secret, eksreta, kulit yang tidak utuh dan selaput lendir pasien dan risiko hazard material. Termasuk alat pelindung diri adalah sarung tangan, masker bedah dan masker respirator, kacamata/google untuk melindungi mata, penutup kepala, gaun pelindung atau apron dan sepatu.
B. Saran
Mencintai hidup sehat sebagai perilaku hidup kita sehari hari adalah sebuah cara dasar untuk jauh dari penyakit yang menular serta berbahaya. Sebaiknya agar tercapai hidup sehat, dari kita kecil kita sudah menanamkan perilaku sehat seperti mencuci tangan, membuang sampah pada tempatnya agar tercapainya lingkungan yang sehat.
DAFTAR PUSTAKA
A.Poter, Patricia, Pery, 2002, Ketrampilan dan Prosedur Dasar, Mosby:Elsevier Science.
Departemen Kesehatan RI. 2007. Penanganan Anak Tunagrahita.
http://www.depkes.go.id (serial online) [20 Oktober 2015]
Departemen Kesehatan. 1995. Pedoman Pelatihan, Modul dan Materi Dokter
Kecil . Jakarta
Hidayat A. A. A & Uliyah M.2004. Buku Saku Pratikum Kebutuhan Dasar
Manusia . Jakarta: EGC
Kozier dan Erb’s. 2009. Buku Ajar Praktik Keperawatan Klinis. Jakarta : EGC
Potter & Perry. 2005. Buku Ajar Fundamental Keperawatan. Jakarta:EGC
WHO. 2009. Clean Hands Protection.
http://www.who.int/gpsc/clean_hands_protection/en/ . [21 Oktober 2015]
Larsan.1995. Penuntun umum untuk petugas puskesmas.Jakarta.Departemen Kesehatan.
http://inspirasi-ners.blogspot.com/2011/11/memakai-gaun-operasi-gowning.html
|
Standar Operasional Prosedur (SOP) JUDUL: PROSEDUR CUCI TANGAN(WHO) |
|
Tanggal terbit: |
Disahkan oleh Ka.Prodi PSIK Hikayati Nip. |
|
Pengertian |
Mencuci tangan adalah proses yang secara mekanis melepaskan kotoran dan debris dari kulit tangan dengan menggunakan sabun biasa dan air (DEPKES, 2007). |
|
Tujuan |
1. Supaya tangan bersih 2. Membebaskan tangan dari kuman dan mikroorganisme 3. Menghindari masuknya kuman kedalam tubuh 4. Mencegah infeksi silang/infeksi nosokomial di RS 5. Menurunkan penyebab diare dan ISPA. 6. Dapat mencegah infeksi kulit, mata, cacing yang tinggal didalam usus, dan Flu burung |
|
Indikasi |
k. Saat sebelum kontak dengan pasien l. Saat sesudah kontak dengan pasien m. Saat setelah kontak dengan area pasien n. Setelah kontak dengan cairan tubuh pasien o. Sebelum melakukan tindakan aseptic p. Sebelum memegang makanan q. Bila terlihat kotor r. Setelah dari toilet s. Setelah kontak dengan peralatan yang kotor atau berpotensi terkontaminasi t. Setelah melepaskan sarung tangan |
|
Persiapan Alat |
|
|
Prosedur |
a. Siapkan peralatan dan bahan yang dibutuhkan (air yang mengalir). Air mengalir membantu menyingkirkan mikroorganisme b. Singsingkan lengan baju seragam yang panjang diatas pergelangan tangan Anda. Memberikan akses ke jari-jari, tangan dan lengan c. Lepaskan perhiasan dan jam tangan. Menggunakan cincin dapat meningkatkan mikroorganisme pada tangan (Meeker, Rothrock, 1995). d. Periksa adanya luka atau abrasi pada lengan dan jari. Area inflamasi atau luka pada kulit dapat menjadi tempat mikroorganisme. e. Basahi kedua tangan sampai ke siku dengan air yang mengalir. Jaga tangan dan lengan bawah berada lebih rendah dari siku selama prosedur dilakukan. Tangan menjadi bagian yang paling bersih dari ekstremitas atas f. Oleskan 1 ml sabun cair biasa atau 3 ml sabun cair antiseptik pada tangan dan gosok sampai berbusa. Jika menggunakan sabun batangan, pegang dan gosok sampai berbusa. Jumlah bakteri berkurang secara signifikan pada tangan jika digunakan 3-5 sabun antimikrobial (Larsen, 1987) g. Bersihkan kedua tangan dan jari selama 10-15 detik. Gesekan dan gosokkan mekanik mengangkat kotoran dan bakteri. Sabun antimikribial harus kontak dengan kulit selama sedikitnya 10 detik (Garner, 1985) h. Bersihkan punggung tangan kanan dan kiri dengan gerakan memutar secara bergantian i. Bersihkan sela jari kanan dan kiri dengan menyilangkan jari-jari kedua tangan secara bergantian. Menjalin jari-jari dan ibu jari memastikan bahwa semua permukaan dibersihkan j. Bersihkan punggung jari kanan dan kiri secara bergantian k. Bersihkan ibu jari kanan dan kiri secara bergantian l. Bersihkan ujung jari kanan dan kiri pada telapak tangan secara bergantian m. Jika area di bawah jari-jari kotor tambahkan sabun atau disikat dengan sikat kuku. Penyikatan kotoran di bawah kuku dapat mengurangi mikroorganisme pada tangan n. Bilas kedua tangan secara menyeluruh, jaga tangan diatas dan siku tetap dibawah. Pembilasan secara mekanik dapat membersihkan kotoran dan mikroorganisme. Mengeringkan tangan mencegah kulit pecah-pecah da kasa o. Gunakan handuk bersih dan kering untuk mengeringkan tangan, gerakan dari jari ke siku. Keringkan dengan gerakan melingkar p. Tutup kran dengan menggunakan handuk atau tissu. Mencegah kontaminasi tangan |
|
Dokumentasi |
|
Standar Operasional Prosedur (SOP) JUDUL: CARA MEMAKAI PERLENGKAPAN PAKAIAN DIRUANG OPERASI |
|
Tanggal terbit: |
Disahkan oleh Ka.Prodi PSIK Hikayati Nip. |
|
Pengertian |
Memakai perengkapan operasi adalah kegiatan yang dilakukan oleh seorang dokter, perawat, atau bidan sebelum melakukan kegiatan operasi. Perengkapan operasi adalah pakaian khusus yang digunakan petugas kesehatan. |
|
Tujuan |
1. Untuk melindungi diri dari risiko pajanan darah, semua jenis cairan tubuh, secret, eksreta, kulit yang tidak utuh dan selaput lendir pasien dan risiko hazard material. 2. Mencegah terjadinya kontaminasi dari perawat atau petugas kesehatan. 3. Mencegah pindahnya mikroorganisme dari perawat (teknik pertahanan). 4. Tidak mengotori baju dinas yang dikenakan perawat. |
|
Indikasi |
Digunakan selama melakukan tindakan yang memungkinkan risiko perpindahan mikroorganisme dari pasien ke petugas kesehatan dan sebaliknya serta melindungi petugas kesehatan dari hazart material dari bahaya citotoksik. |
|
Persiapan Alat |
7. sarung tangan 8. masker 9. pelindung wajah/kacamata 10. penutup kepala 11. Baju/gaun steril 12. sepatu |
|
Prosedur |
1. Kenakan pelindung kaki. a. Siapkan sepatu sesuai ukuran. b. Kenakan sepatu tanpa memegang sepatu. c. Lakukan Hand Hygiene setelah memegang sepatu. 2. Kenakan baju pelindung a. Lakukan Hand Hygiene sebelum menggunakan baju pelindung. b. Pegang baju pelindung bagian dalam saat mengenakan. c. Lakukan Hand Hygiene setelah memakai baju pelindung. 3. Kenakan penutup kepala. a. Lakukan Hand Hygiene. b. Kenakan tutup kepala selama di ruang operasi 4. Kenakan masker atau respirator. a. Lakukan Hand Hygiene sebelum menggunakan masker. b.Kenakan masker sehingga hidung dan mulut terlindung oleh masker. 5. Kenakan goggles atau face shield. a. Lakukan Hand Hygiene. b. Kenakan kamata/pelindung wajah selama dalam ruang 6. Kenakan sarung tangan. a. Lakukan Hand Hygiene sebelum menggunakan sarung tangan. b. Pilih arung tangan sesuai ukuran. c. Ambil satu sarung tangan dengan cara memegang bagian dalam sarung tangan. d. Pasang sarung tangan pada tangan kanan/kiri. e. Ambil sarung tangan satu lagi dengan memegang dalam lipatan bagian luar yang tidak kontak langsung dengan kulit tangan. |
|
Dokumentasi |
Pencatatan dan pelaporan penggunaan Alat Pelindung Diri (APD) dikamar operasi menggunakan daftar tilik pelaksanaan Pencegahan dan Pengendalian Infeksi. Evaluasi dilakukan setiap 3 (tiga) bulan berdasarkan hasil pencatatan dan pelaporan |
EmoticonEmoticon