Look at this

Minggu, 18 Maret 2018

MAKALAH PENCEGAHAN CIDERA DAN RESIKO JATUH (PATIENT SAFETY)


BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Tenaga keperawatan merupakan salah satu bagian dari tenaga kesehatan secara umum. Tenaga kesehatan secara umum, terdiri dari: tenaga medis, tenaga keperawatan, tenaga paramedis non-keperawatan dan tenaga non medis. Tenaga kesehatan yang bekerja di rumah sakit, dari semua katagori, tenaga perawatan merupakan tenaga terbanyak dan waktu kontak lebih lama dengan pasien dibandingkan dengan tenaga kesehatan yang lain, serta berada pada semua setting pelayanan kesehatan sehingga tenaga perawatan mempunyai peranan penting terhadap mutu pelayanan di rumah sakit. Kerja keras perawat tidak dapat mencapai level optimal jika tidak didukung dengan sarana prasarana, manajemen rumah sakit dan tenaga kesehatan lainnya (Yuliana, 2013).
Pasien yang dirawat di rumah sakit mempunyai hak untuk mendapatkan asuhan pasien yang aman melalui suatu sistem yang dapat mencegah terjadinya kejadian yang tidak diharapka atau KTD. Oleh karena itu pelaksanaan program pasien safety harus dapat diterapkan dengan baik (Setyarini, 2010). Keselamatan (safety) telah menjadi isu global termasuk juga untuk rumah sakit. Ada lima isu penting yang terkait dengan keselamatan di rumah sakit yaitu keselamatan pasien (patient safety) , keselamatan pekerja atau petugas kesehatan, keselamatan bangunan dan peralatan di rumah sakit yang bisa berdampak terhadap keselamatan pasien dan petugas, keselamatan lingkungan yang berdampak terhadap pencemaran lingkungan dan keselamatan bisnis rumah sakit yang terkait dengan kelangsungan hidup rumah sakit. Oleh karna itu diperlukan adanya suatu sasaran dari keselamatan pasien yang mendorong perbaikan spesifik dalam keselamatan pasien (Yuliana, 2013).
Dalam sarana pelayanan kesehatan rumah sakit dalam hal ini terdapat berbagai pasien dengan berbagai keadaan dan berbagai macam kasus penyakit. Tiap-tiap pasien adalah suatu pribadi yang unik dengan berbagai kelainan dan kekhasan masing-masing. Dalam hal kasus penyakit terdapat juga berbagai macam kondisi pasien yang akan berpengaruh terhadap cara pemberian pelayanan dan perawatan yang diberikan karena kondisi pasien yang sarat risiko. Salah satu risiko yang mungkin timbul adalah pasien jatuh ( fall) (Setyarini, 2010). Kejadian pasien jatuh di rumah sakit merupakan masalah yang serius karena dapat menyebabkan cedera ringan sampai kematian, serta memperpanjang lama perawatan (Length of Stay/ LOS) di rumah sakit dan biaya perawatan menjadi lebih besar. Jatuh yan paling sering menimbulkan trauma dan injury (AIG Consultant, 2008; dikutip Nabhani, 2011).
Kejadian pasien jatuh di rumah sakit dapat meningkatkan bahaya dan cedera pada pasien, oleh karena itu diperlukan standar operasional prosedur yang tepat untuk meminimalkan terjadinya cedera pada pasien dengan resiko jatuh.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah dijelaskan, dapat kita ketahui bahwa pasien yang dirawat di rumah sakit mempunyai resiko untuk mengalami cedera. Cedera yang paling sering dialami oleh pasien yang dirawat di rumah sakit adalah cedera akibat jatuh. Oleh karena itu perawat sebagai tenaga kesehatan yang paling sering berinteraksi dengan pasien harus melakukan pencegahan cedera yang tepat. Dari latar belakang tersebut dapat dirumuskan masalah yang akan dibahas dalam makalah ini adalah “Bagaimana pencegahan cedera dan standar operasional prosedur yang tepat untuk pencegahan cedera pada pasien dengan resiko jatuh ?”.
C. Tujuan
Tujuan penulisan makalah ini adalah :
1. Mengetahui konsep kebutuhan dasar manusia : rasa aman dan nyaman.
2. Mengetahui konsep umum keselamatan pasien (Patient Safety).
3. Mengetahui definisi cedera, macam-macam cedera, dan jenis cedera di rumah sakit.
4. Mengetahui cara pencegahan cedera
5. Mengetahui standar operasional prosedur pencegahan cedera pada pasien dengan resiko jatuh. 
BAB II
PEMBAHASAN
A. Kebutuhan Dasar Manusia : Rasa Aman dan Nyaman
Keamanan adalah kebutuhan dasar manusia prioritas kedua berdasarkan kebutuhan fisiologis dalam hirarki Maslow yang harus terpenuhi selama hidupnya, sebab dengan terpenuhinya rasa aman setiap individu dapat berkarya dengan optimal dalam hidupnya. Mencari lingkungan yang betul-betul aman memang sulit, maka konsekuensinya promosi keamanan berupa kesadaran dan penjagaan adalah hal yang penting. Ilmu keperawatan sebagai ilmu yang berfokus pada manusia dan kebutuhan dasarnya memiliki tanggung jawab dalam mencegah terjadinya kecelakaan dan cedera sebagaimana merawat klien yang telah cedera tidak hanya di lingkungan rumah sakit tapi juga di rumah, tempat kerja, dan komunitas. Perawat harus peka terhadap apa yang diperlukan untuk menciptakan lingkungan yang aman bagi klien sebagai individu ataupun klien dalam kelompok keluarga atau komunitas (Patmawati, 2008). Menurut Craven (2000) keamanan tidak hanya mencegah rasa sakit dan cedera tetapi juga membuat individu merasa aman dalam aktifitasnya. Keamanan dapat mengurangi stres dan meningkatkan kesehatan umum.
B. Keselamatan Pasien (Patient Safety)
Keselamatan pasien (patient safety) rumah sakit adalah suatu sistem dimana rumah sakit membuat asuhan pasien lebih aman. Sistem tersebut meliputi asesmen risiko, identifikasi dan pengelolaan hal yang berhubungan dengan risiko pasien, pelaporan dan analisis insiden, kemampuan belajar dari insiden dan tindak lanjutnya serta implementasi solusi untuk meminimalkan timbulnya risiko. Sistem tersebut diharapkan dapat mencegah terjadinya cedera yan disebabkan oleh kesalahan akibat melaksanakan suatu tindakan atau tidak melakukan tindakan yang seharusnya dilakukan. (Panduan Nasional Keselamatan Pasien Rumah sakit, Depkes R.I. 2006).
Tujuan dilakukannya kegiatan Patient Safety di rumah sakit adalah untuk menciptakan budaya keselamatan pasien di rumah sakit, meningkatkan akuntabilitas rumah sakit, menurunkan KTD di rumah sakit, terlaksananya program-program pencegahan sehingga tidak terjadi pengulangan kejadian tidak diharapkan. Mengingat masalah keselamatan pasien merupakan masalah yang penting dalam sebuah rumah sakit, maka diperlukan standar keselamatan pasien rumah sakit yang dapat digunakan sebagai acuan bagi rumah sakit di Indonesia. Departemen Kesehatan RI telah menerbitkan Panduan Nasional Keselamatan Pasien Rumah Sakit (Patient Safety) edisi kedua pada tahun 2008 yang terdiri dari dari 7 standar, yakni :
1. Hak Pasien
2. Mendidik pasien dan keluarga
3. Keselamatan pasien dan kesinambungan pelayanan
4. Penggunaan metode-metode peningkatan kinerja untuk melakukan evaluasi dan program peningkatan keselamatan pasien.
5. Peran kepemimpinan dalam meningkatkan keselamatan pasien.
6. Mendidik staf tentang keselamatan pasien.
7. Komunikasi merupakan kunci bagi staf untuk mencapai keselamatan pasien.
Untuk mencapai ke tujuh standar di atas Panduan Nasional tersebut menganjurkan ’Tujuh Langkah Menuju Keselamatan Pasien Rumah Sakit’ yang terdiri dari :
1. Bangun kesadaran akan nilai keselamatan pasien
2. Pimpin dan dukung staf
3. Integrasikan aktifitas pengelolaan resiko
4. Kembangkan sistem pelaporan
5. Libatkan dan bekomunikasi dengan pasien
6. Belajar dari berbagai pengalaman tentang keselamatan pasien
7. Cegah cedera melalui implementasi sistem keselamatan pasien
C. Cedera
1. Definisi Cedera
Cedera adalah rasa sakit yang ditimbulkan akibat kecelakaan atau trauma, sehingga dapat menimbulkan cacat, luka, dan rusak pada otot atau sendi serta bagian lain dari tubuh (Eviani, 2012). Cedera atau luka adalah sesuatu kerusakan pada struktur atau fungsi tubuh yang dikarenakan suatu paksaan atau tekanan fisik maupun kimiawi. Luka juga dapat merujuk pada luka batin atau perasaan (Yuliana, 2013).
2. Jenis Cedera
Menurut Eviani (2012), ada beberapa macam jenis cedera, yakni :
a. Cedera tingkat I (Cedera Ringan)
Pada cedera ini penderita tidak mengalami keluhan yang serius, namun dapat mengganggu penampilan. Misalnya : Lecet, memar, sprain yang ringan.
b. Cedera tingkat II (Cedera Sedang)
Pada cedera sedang, kerusakan jaringan lebih nyata berpengaruh. Keluhan bisa berupa nyeri, bengkak, gangguan fungsi (tanda-tanda inflamasi). Misalnya : robeknya ligamen.
c. Cedera tingkat III (Cedera berat)
Pada cedera tingkat ini perlu penanganan yang intensive, istirahat total dan mungkin perlu tindakan bedah jika terdapat robekan lengkap atau hampir lengkap ligamen (sprain grade III dan IV) atau fraktur tulang.
3. Cedera di Rumah Sakit
Perawatan pada pasien rawat inap di rumah sakit sangat membutuhkan perhatian yang lebih. Pada pasien rawat inap dimana pasien pada ruangan tersebut membutuhkan penanganan jangka panjang yang perlu keseriusan dari para tenaga kesehatan untuk menghindari terjadinya kesalahan penanganan dalam praktiknya. Hal ini untuk menghindari kesalahan medis, kesalahan medis itu sendiri adalah kesalahan yang terjadi dalam proses asuhan medis yang mengakibatkan atau berpotensi mengakibatkan cedera pada pasien dan kejadian yang tidak diharapkan (KTD). KTD adalah suatu kejadian yang mengakibatkan cedera yang tidak diharapkan pada pasien karena suatu tindakan (commission), dan bukan karena “underlying disease” atau kondisi pasien (DepKes, 2008).
Cedera pada pasien dirumah sakit umumnya lebih banyak diakibatkan oleh jatuh. Kejadian pasien jatuh di rumah sakit merupakan masalah yang serius karena dapat menyebabkan cedera ringan sampai kematian, serta memperpanjang lama perawatan (length of stay/LOS) di rumah sakit dan biaya perawatan menjadi lebih besar. Kejadian pasien jatuh di rumah sakit Inggris sebanyak 250.000/tahun dan lebih dari 1000 kasus menyebabkan patah tulang (HQIP, 2012).
D. Pencegahan Cedera
Pengetahuan tentang pengontrolan cedera sangat perlu dan dibutuhkan dalam beberapa tahun terakhir ini yang ditujukan pada komponen hal-hal yang membahayakan kemanan yang berkontribusi pada cedera baik non fatal maupun fatal. Istilah kecelakaan tidak begitu luas akan digunakan dalam diskusi pencegahan cedera, karena kecelakaan diimpilikasikan pada kejadian yang terjadi karena kehendak Tuhan atau keberuntungan yang buruk, yang tidak dapat diduga, dan yang tidak dapat dicegah. Seperti halnya, kecelakaan, maka cedera memiliki sesuatu cara yang harus dicegah.
Prinsip pencegahan cedera termasuk pendidikan mengenai hal-hal yang membahayakan keamanan dan strategi pencegahan; pengontrolan lingkungan dan mesin-mesin (keamanan aktif atau pasif dikemudian hari yang mungkin mencegah cedera dari produk atau alat yang digunakan), dan penguatan pada pengaturan diantara peralatan, pengaman, tenaga kerja dan sebagainya. Keamanan aktif termasuk pemberian pengaturan pada tingkah laku seseorang yang dapat menguntungkannya. Keamanan pasif atau automatik termasuk pengaturan yang menggunakan mesin dan peralatan dan tidak membutuhkan tingkah laku seseorang yang spesifik untuk menjadi aktif. Kantung udara, pengaman tempat tidur adalah contoh dari keamanan pasif. Keamanan pasif adalah lebih menguntungkan dari pada keamanan aktif dalam pengerjaannya, karena tidak membutuhkan penjelasan atau pendidikan kepada klien atau individu tersebut. Salah satu risiko keamanan pasien selama berada dalam pelayanan di rumah sakit adalah kemungkinan pasien jatuh ( fall) (Setyarini, .2010).
E. Jatuh
1. Definisi
Jatuh adalah suatu peristiwa di mana seorang mengalami jatuh dengan atau tanpa disaksikan oleh orang lain, tak disengaja / tak direncanakan, dengan arah jatuh ke lantai, dengan atau tanpa mencederai dirinya. Penyebab jatuh dapat meliputi faktor fisiologis (pingsan) atau lingkungan (lantai yang licin) (Yohanto, 2014).
2. Faktor Resiko Jatuh
1) Riwayat jatuh sebelumnya
2) Gangguan Kognitif
3) Gangguan keseimbangan, gaya berjalan, atau kekuatan
4) Gangguan mobilitas
5) Penyakit neurologi; seperti stroke dan Parkinson
6) Gangguan muskuloskeletal; seperti artritis, penggantian sendi, deformitas.
7) Penyakit kronis; seperti osteoporosis, penyakit kardiovaskular, penyakit paru dan diabetes
8) Masalah nutrisi
9) Medikamantosa (terutama konsumsi > 4 jenis obat)
3. Etiologi Jatuh
1) Ketidaksengajaan : 31%
2) Gangguan gaya berjalan / keseimbangan : 17%
3) Vertigo : 13%
4) Serangan jatuh (drop attack): 10%
5) Gangguan kognitif : 4%
6) Hipotensi postural : 3%
7) Gangguan visus : 3 %
8) Tidak diketahui : 18%
4. Kunci Keberhasilan Program Pencegahan Cedera Akibat Resiko Jatuh
1) Prioritas utama adalah keselamatan pasien
2) Gunakan pendekatan yang sederhana dan terstandarisasi
3) Kata Kunci : Semua pasien beresiko jatuh, semua petugas berperan serta dalam pencegahan kejadian jatuh.
4) Pelatihan dan edukasi staf
5) Perlengkapan dan sumberdaya yang mendukung dan adekut
5. Pencegahan dan Manajemen Jatuh
1) Lakukan orientasi kamar inap kepada pasien
2) Sediakan pencahayaan yang adekuat
3) Alas kaki anti licin
4) Berikan instruksi kepada pasien untuk memanggil petugas jika ingin turun dari tempat tidur
5) Beri penjelasan mengenai sistem pemanggilan perawat ke ruangan
6) Bel panggilan berada dalam jangkauan, gampang dilihat, serta pasien mengetahui letak dan cara penggunaannya
7) Tali penarik lampu meja berada dalam jangkauan, terlihat, serta pasien mengetaui letak dan cara penggunaannya
8) Pertimbangkan untuk menggunakan pengasuh pada pasien dengan gangguan kognitif
9) Sediakan lingkungan yang aman (rapi, tidak licin, kabel-kabel terikat dengan rapi, jalur berjalan bersih dari benda-benda yang tidak perlu
10) Barang-barang pribadi berada dalam jangkauan
11) Posisikan tempat tidur serendah mungkin dengan roda terkunci
12) Mulai mobilisasi secepat dan sesering yang masih diperbolehkan untuk kondisi pasien
13) Edukasi pasien dan keluarga mengenai pencegahan jatuh
14) Tanda pengenal kepada pasien (gelang berwarna di pergelangan tangan, tulisan atau tanda di depan kamar pasien)
15) Setiap 1-3 jam, tawarkan bantuan untuk ke kamar mandi dan perawatan
16) Perawatan termasuk mobilisasi pasien, menawarkan minum, dan memastikan pasien hangat dan nyaman
17) Konsultasikan dengan tim dan farmasi (tinjau ulang medikasi)
18) Alarm tempat tidur
19) Alarm di kursi roda
20) Lokasi kamar tidur pasien berdekatan dengan pos perawat ( nurse station)
21) Karpet di samping tempat tidur
22) Tempat tidur rendah
23) Evaluasi oleh tim interdisiplin
24) Untuk pasien yang beresiko cedera kepala (misalnya pasien dalam terapi antikoagulan, gangguan kejang berat, riwayat jatuh mengenai kepala), pertimbangkan penggunaan pelindung kepala
25) Penggunaan dudukan toilet yang ditinggikan
26) Musik relaksasi
27) Program olahraga/ aktivitas
28) Transfer ke sisi yang lebih stabil
29) Secara aktif, libatkan pasien dan keluarga dalam program pencegahan jatuh
30) Berikan instruksi kepada pasien sebelum memulai aktivitas
31) Penggunaan alat bantu sesuai dengan kebutuhan pasien
32) Meminimalisir gangguan/distraksi
33) Periksa ujung anti-selip pada tongkat dan walker
34) Instruksikan pasien untuk menggunakan pegangan
6. Asesmen Resiko Jatuh Morse
Faktor Resiko
Skala
Poin
Skor Pasien
Riwayat Jatuh Ya
25
Tidak
0
Diagnosis Sekunder ( 2 diagnosis medis) Ya
15
Tidak
0
Alat Bantu Berpegangan pada perabot
30
Tongkat/alat penopang
15
Tidak ada/ kursi roda/ perawat/ tirah baring
0
Terpasang Infus Ya
20
Tidak
0
Gaya Berjalan Terganggu
20
Lemah
10
Normal/ tirah baring/ imobilisasi
0
Status Mental Sering lupa akan keterbatasan yang dimiliki
15
Sadar akan kemampuan diri sendiri
0
Total
Kategori :
Resiko Tinggi : 45
Resiko Sedang : 25 – 44
Resiko rendah : 0 - 24
logounsri14092008_3793.jpg
Standar Operasional Prosedur (SOP)
JUDUL :
Pencegahan Cedera pada Pasien Resiko Jatuh
Tanggal Terbit Disahkan oleh
Ka. Prodi PSIK
Hikayati, S.Kep., M.Kep
NIP.
Pengertian Jatuh adalah suatu peristiwa di mana seorang mengalami jatuh dengan atau tanpa disaksikan oleh orang lain, tak disengaja / tak direncanakan, dengan arah jatuh ke lantai, dengan atau tanpa mencederai dirinya. Penyebab jatuh dapat meliputi faktor fisiologis (pingsan) atau lingkungan (lantai yang licin) (Yohanto, 2014).
Standar operasional prosedur pencegahan cedera pada pasien dengan resiko jatuh adalah prosedur kegiatan untuk menilai dan mengevaluasi ulang serta mengambil tindakan pada pasien yang mempunyai resiko jatuh di bangsal rawat inap.
Tujuan Untuk meminimalisasi kejadian cedera akibat pasien jatuh di bangsal rawat inap Rumah Sakit.
Indikasi Pasien rawat inap dengan indikasi resiko jatuh.
Alat Pengaman 1. Walker
2. Tongkat (Cane)
3. Wedge (bantalan)
4. Dudukan toilet yang ditinggikan
5. Karpet / tikar anti-licin
6. Alarm tempat tidur
7. Lap buddy
8. Gait belt
9. Tempat tidur rendah / khusus
10. Gelang identifikasi resiko jatuh
*penggunaan walker / cane hanya ditujukan pada pasien yang memang telah menggunakannya sebelum dirawat atau direkomendasikan oleh fisioterapis.
Prosedur A. Prosedur Pencegahan Jatuh Untuk Semua Pasien
1. Lakukan orientasi kamar inap kepada pasien
2. Posisikan bel panggilan, pispot dan pegangan tempat tidur berada dalam jangkauan
3. Jalur untuk pasien berjalan harus bebas obstruksi dan tidak licin
4. Jauhkan kabel-kabel dari jalur berjalan pasien
5. Posisikan tempat tidur rendah (tinggi tempat tidur sebaiknya 63,5 cm) dan pastikan roda terkunci
6. Tentukan penggunaan paling aman untuk pegangan di sisi tempat tidur. Ingat bahwa menggunakan 4 sisi pegangan tempat tidur dianggap membatasi gerak ( mehanical restraint)
7. Menggunakan sandal anti licin
8. Pastikan pencahayaan adekuat
9. Benda-benda pribadi berada dalam jangkauan
10. Bantu pasien ke kamar mandi jika diperlukan
11. Evaluasi efektifitas obat-obatan yang meningkatkan predisposisi jatuh (sedasi, antihipertensi, diuretic, benzodiazepine, dan sebagainya) konsultasikan dengan dokter atau petugas farmasi jika perlu
12. Konsultasikan dengan dokter mengenai kebutuhan fisioterapi pada pasien dengan gangguan keseimbangan / gaya berjalan / penurunan fungsional
13. Nilai ulang status kemandirian pasien setiap hari
14. Pantau adanya hipertensi ortostatik jika pasien mengeluh pusing atau vertigo dan ajari pasien untuk bangun dari tempat tidur secara perlahan
15. Gunakan peninggi tempat dudukan toilet, jika diperlukan
16. Penggunaan alat bantu (tongkat, penopang), jika perlu
17. Berikan edukasi mengenai teknik pencegahan jatuh kepada pasien dan keluarganya
B. Prosedur Pencegahan Jatuh pada Pasien Resiko Sedang dan Tinggi
1. Langsung diterapkan pada saat pasien memasuki ruang perawatan
1) Berikan tanda didepan kamar pasien untuk identifikasi pasien resiko jatuh
2) Lokasi kamar tidur berdekatan dengan pos perawat
3) Kunjungi pasien setiap jam oleh petugas medis dan lakukan pengawasan ketat
4) Pastikan sepanjang waktu bahwa posisi tempat tidur rendah dan kedua sisi pegangan tempat tidur terpasang dengan baik
5) Tawarkan bantuan ke kamar mandi setiap 2 jam
6) Batasi aktivitas pasien dan berikan tindakan pencegahan pada pasien dan keluarga
7) Perawat mengingatkan keluarga untuk membawa alas kaki dan alat bantu dari rumah (seperti tongkat, alat penopang)
8) Nilai kebutuhan akan fisioterapi
9) Nilai gaya berjalan pasien dan catat
10) Pastikan pasien menggunakan alat bantu yang sesuai
11) Kolaborasi dengan tim interdisiplin dalam merencakan program pencegahan jatuh
12) Pastikan perangkat keselamatan pasien digunakan dan berfungsi dengan baik
2. Berdasarkan kategori jatuh pasien, evaluasi penggunaan alat pengaman dengan mengacu pada Pedoman Penggunaan Alat Pengaman sesuai dengan kategori resiko jatuh
C. Prosedur Penggunaan Tempat Tidur Rendah (Khusus)
1. Pada pasien dengan resiko tinggi, tempat tidur harus berada pada posisi serendah mungkin. Tempat tidur hanya boleh ditinggikan saat pemeriksaan medis, penanganan keperawatan, dan atau saat mentransfer.
2. Bantalan diletakkan di sisi tempat tidur yang sering digunakan pasien untuk turun dari tempat tidur. Pegangan di sisi tempat tidur harus terpasang dengan baik. Catatan : panjang pegangan di sisi tempat tidur < panjang tempat tidur sehingga tidak dianggap sebagai pembatas gerak.
3. Pada pasien bukan resiko tinggi, pengaturan tinggi tempat tidur tidak boleh melebihi 63,5 cm.
D. Prosedur Mengecek Bed Pad Alarm (Dengan Menggunakan Tombol)
1. Hidupkan alarm
2. Cek dengan menekan tombol alarm
3. Alarm berbunyi -> dapat dipergunakan (berfungsi dengan baik)
4. Alarm tidak berbunyi -> segera ganti dengan alarm lainnya
5. Beritahukan kepada perawat yang bertugas
E. Prosedur Mengecek Pull String Alarm (Menggunakan Penarikan Tali)
1. Hidupkan Alarm
2. Tarik tali yang menggantung dari alarm
3. Alarm berbunyi -> dapat dipergunakan (berfungsi dengan baik
4. Alarm tidak berbunyi -> segera ganti dengan alarm lainnya
5. Beritahukan kepada perawat yang bertugas
Dokumentasi 1. Pencatatan dilakukan pada setiap pasien dengan menggunakan Asesmen Resiko Jatuh
2. Semua pasien dengan kategori risiko sedang dan tinggi akan dilakukan pencatatan status jatuh pada bagian “Rencana Perawatan Interdisiplin” di sub-bagian ”Proteksi”.
BAB III
SIMPULAN DAN SARAN
A. Simpulan
Keselamatan pasien (patient safety) rumah sakit adalah suatu sistem dimana rumah sakit membuat asuhan pasien lebih aman. Sistem tersebut meliputi asesmen risiko, identifikasi dan pengelolaan hal yang berhubungan dengan risiko pasien, pelaporan dan analisis insiden, kemampuan belajar dari insiden dan tindak lanjutnya serta implementasi solusi untuk meminimalkan timbulnya risiko. Sistem tersebut diharapkan dapat mencegah terjadinya cedera yan disebabkan oleh kesalahan akibat melaksanakan suatu tindakan atau tidak melakukan tindakan yang seharusnya dilakukan. Salah satu cedera yang paling sering terjadi di rumah sakit adalah akibat jatuh.
Langkah pencegahan pasien resiko jatuh antara lain mengupayakan untuk menganjurkan pasien untuk meminta bantuan yang diperlukan, menggunakan alas kaki anti slip, menyediakan kursi roda yang terkunci di samping tempat tidur pasien, memastikan bahwa jalur ke kamar kecil bebas dari hambatan dan terang, memastikan lorong bebas hambatan, menempatkan alat bantu seperti walker/tongkat dalam jangkauan pasien, memasang bedside rel, mengevaluasi kursi dan tinggi tempat tidur dan mempertimbangkan efek puncak obat yang diresepkan yang mempengaruhi tingkat kesadaran, mengamati lingkungan untuk kondisi berpotensi tidak aman dan segera laporkan untuk perbaikan, jangan membiarkan pasien beresiko jatuh tanpa pengawasan saat di daerah diagnostik atau terapi, memastikan pasien yang diangkut dengan brandcard/tempat tidur, posisi bedside rel dalam keadaan terpasang, menginformasikan dan mendidik pasien dan /atau anggota keluarga mengenai rencana perawatan untuk mencegah jatuh, berkolaborasi dengan pasien atau keluarga untuk memberikan bantuan yang dibutuhkan.
B. Saran
Diharapkan dengan wawasan seperti ini tenaga medis maupun non medis dapat lebih peduli terhadap keselamatan pasien yang merupakan prioritas dalam pelayanan di rumah sakit.

LIHAT JUGA: SOP PENEGAHAN CIDERA DAN RESIKO JATUH

1 komentar so far

Assalamu'alaikum maaf kalau boleh tau ini buku referensi untuk materi yang ini judulnya apa ya? Maaf saya dapat tugas


EmoticonEmoticon

About