BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Tenaga keperawatan merupakan salah satu bagian dari tenaga kesehatan secara
umum. Tenaga kesehatan secara umum, terdiri dari: tenaga medis, tenaga
keperawatan, tenaga paramedis non-keperawatan dan tenaga non medis. Tenaga
kesehatan yang bekerja di rumah sakit, dari semua katagori, tenaga
perawatan merupakan tenaga terbanyak dan waktu kontak lebih lama dengan
pasien dibandingkan dengan tenaga kesehatan yang lain, serta berada pada
semua setting pelayanan kesehatan sehingga tenaga perawatan mempunyai
peranan penting terhadap mutu pelayanan di rumah sakit. Kerja keras perawat
tidak dapat mencapai level optimal jika tidak didukung dengan sarana
prasarana, manajemen rumah sakit dan tenaga kesehatan lainnya (Yuliana,
2013).
Pasien yang dirawat di rumah sakit mempunyai hak untuk mendapatkan asuhan
pasien yang aman melalui suatu sistem yang dapat mencegah terjadinya
kejadian yang tidak diharapka atau KTD. Oleh karena itu pelaksanaan program pasien safety harus dapat diterapkan dengan baik (Setyarini,
2010). Keselamatan (safety) telah menjadi isu global termasuk juga
untuk rumah sakit. Ada lima isu penting yang terkait dengan keselamatan di
rumah sakit yaitu keselamatan pasien (patient safety) ,
keselamatan pekerja atau petugas kesehatan, keselamatan bangunan dan
peralatan di rumah sakit yang bisa berdampak terhadap keselamatan pasien
dan petugas, keselamatan lingkungan yang berdampak terhadap pencemaran
lingkungan dan keselamatan bisnis rumah sakit yang terkait dengan
kelangsungan hidup rumah sakit. Oleh karna itu diperlukan adanya suatu
sasaran dari keselamatan pasien yang mendorong perbaikan spesifik dalam
keselamatan pasien (Yuliana, 2013).
Dalam sarana pelayanan kesehatan rumah sakit dalam hal ini terdapat
berbagai pasien dengan berbagai keadaan dan berbagai macam kasus penyakit.
Tiap-tiap pasien adalah suatu pribadi yang unik dengan berbagai kelainan
dan kekhasan masing-masing. Dalam hal kasus penyakit terdapat juga berbagai
macam kondisi pasien yang akan berpengaruh terhadap cara pemberian
pelayanan dan perawatan yang diberikan karena kondisi pasien yang sarat
risiko. Salah satu risiko yang mungkin timbul adalah pasien jatuh ( fall) (Setyarini, 2010). Kejadian pasien jatuh di rumah sakit
merupakan masalah yang serius karena dapat menyebabkan cedera ringan sampai
kematian, serta memperpanjang lama perawatan (Length of Stay/ LOS)
di rumah sakit dan biaya perawatan menjadi lebih besar. Jatuh yan paling
sering menimbulkan trauma dan injury (AIG Consultant, 2008; dikutip
Nabhani, 2011).
Kejadian pasien jatuh di rumah sakit dapat meningkatkan bahaya dan cedera
pada pasien, oleh karena itu diperlukan standar operasional prosedur yang
tepat untuk meminimalkan terjadinya cedera pada pasien dengan resiko jatuh.
B.
Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah dijelaskan, dapat kita ketahui bahwa
pasien yang dirawat di rumah sakit mempunyai resiko untuk mengalami cedera.
Cedera yang paling sering dialami oleh pasien yang dirawat di rumah sakit
adalah cedera akibat jatuh. Oleh karena itu perawat sebagai tenaga
kesehatan yang paling sering berinteraksi dengan pasien harus melakukan
pencegahan cedera yang tepat. Dari latar belakang tersebut dapat dirumuskan
masalah yang akan dibahas dalam makalah ini adalah “Bagaimana pencegahan
cedera dan standar operasional prosedur yang tepat untuk pencegahan cedera
pada pasien dengan resiko jatuh ?”.
C.
Tujuan
Tujuan penulisan makalah ini adalah :
1. Mengetahui konsep kebutuhan dasar manusia : rasa aman dan nyaman.
2. Mengetahui konsep umum keselamatan pasien (Patient Safety).
3. Mengetahui definisi cedera, macam-macam cedera, dan jenis cedera di
rumah sakit.
4. Mengetahui cara pencegahan cedera
5. Mengetahui standar operasional prosedur pencegahan cedera pada pasien
dengan resiko jatuh.
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Kebutuhan Dasar Manusia : Rasa Aman dan Nyaman
Keamanan adalah kebutuhan dasar manusia prioritas kedua berdasarkan
kebutuhan fisiologis dalam hirarki Maslow yang harus terpenuhi selama
hidupnya, sebab dengan terpenuhinya rasa aman setiap individu dapat
berkarya dengan optimal dalam hidupnya. Mencari lingkungan yang betul-betul
aman memang sulit, maka konsekuensinya promosi keamanan berupa kesadaran
dan penjagaan adalah hal yang penting. Ilmu keperawatan sebagai ilmu yang
berfokus pada manusia dan kebutuhan dasarnya memiliki tanggung jawab dalam
mencegah terjadinya kecelakaan dan cedera sebagaimana merawat klien yang
telah cedera tidak hanya di lingkungan rumah sakit tapi juga di rumah,
tempat kerja, dan komunitas. Perawat harus peka terhadap apa yang
diperlukan untuk menciptakan lingkungan yang aman bagi klien sebagai
individu ataupun klien dalam kelompok keluarga atau komunitas (Patmawati,
2008). Menurut Craven (2000) keamanan tidak hanya mencegah rasa sakit dan
cedera tetapi juga membuat individu merasa aman dalam aktifitasnya.
Keamanan dapat mengurangi stres dan meningkatkan kesehatan umum.
B.
Keselamatan Pasien (Patient Safety)
Keselamatan pasien (patient safety) rumah sakit adalah suatu sistem dimana
rumah sakit membuat asuhan pasien lebih aman. Sistem tersebut meliputi
asesmen risiko, identifikasi dan pengelolaan hal yang berhubungan dengan
risiko pasien, pelaporan dan analisis insiden, kemampuan belajar dari
insiden dan tindak lanjutnya serta implementasi solusi untuk meminimalkan
timbulnya risiko. Sistem tersebut diharapkan dapat mencegah terjadinya
cedera yan disebabkan oleh kesalahan akibat melaksanakan suatu tindakan
atau tidak melakukan tindakan yang seharusnya dilakukan. (Panduan Nasional
Keselamatan Pasien Rumah sakit, Depkes R.I. 2006).
Tujuan dilakukannya kegiatan Patient Safety di rumah sakit adalah untuk
menciptakan budaya keselamatan pasien di rumah sakit, meningkatkan
akuntabilitas rumah sakit, menurunkan KTD di rumah sakit, terlaksananya
program-program pencegahan sehingga tidak terjadi pengulangan kejadian
tidak diharapkan. Mengingat masalah keselamatan pasien merupakan masalah
yang penting dalam sebuah rumah sakit, maka diperlukan standar keselamatan
pasien rumah sakit yang dapat digunakan sebagai acuan bagi rumah sakit di
Indonesia. Departemen Kesehatan RI telah menerbitkan Panduan Nasional
Keselamatan Pasien Rumah Sakit (Patient Safety) edisi kedua pada
tahun 2008 yang terdiri dari dari 7 standar, yakni :
1. Hak Pasien
2. Mendidik pasien dan keluarga
3. Keselamatan pasien dan kesinambungan pelayanan
4. Penggunaan metode-metode peningkatan kinerja untuk melakukan evaluasi
dan program peningkatan keselamatan pasien.
5. Peran kepemimpinan dalam meningkatkan keselamatan pasien.
6. Mendidik staf tentang keselamatan pasien.
7. Komunikasi merupakan kunci bagi staf untuk mencapai keselamatan pasien.
Untuk mencapai ke tujuh standar di atas Panduan Nasional tersebut
menganjurkan ’Tujuh Langkah Menuju Keselamatan Pasien Rumah Sakit’ yang
terdiri dari :
1. Bangun kesadaran akan nilai keselamatan pasien
2. Pimpin dan dukung staf
3. Integrasikan aktifitas pengelolaan resiko
4. Kembangkan sistem pelaporan
5. Libatkan dan bekomunikasi dengan pasien
6. Belajar dari berbagai pengalaman tentang keselamatan pasien
7. Cegah cedera melalui implementasi sistem keselamatan pasien
C.
Cedera
1. Definisi Cedera
Cedera adalah rasa sakit yang ditimbulkan akibat kecelakaan atau trauma,
sehingga dapat menimbulkan cacat, luka, dan rusak pada otot atau sendi
serta bagian lain dari tubuh (Eviani, 2012). Cedera atau luka adalah
sesuatu kerusakan pada struktur atau fungsi tubuh yang dikarenakan suatu
paksaan atau tekanan fisik maupun kimiawi. Luka juga dapat merujuk pada
luka batin atau perasaan (Yuliana, 2013).
2. Jenis Cedera
Menurut Eviani (2012), ada beberapa macam jenis cedera, yakni :
a. Cedera tingkat I (Cedera Ringan)
Pada cedera ini penderita tidak mengalami keluhan yang serius, namun dapat
mengganggu penampilan. Misalnya : Lecet, memar, sprain yang ringan.
b. Cedera tingkat II (Cedera Sedang)
Pada cedera sedang, kerusakan jaringan lebih nyata berpengaruh. Keluhan
bisa berupa nyeri, bengkak, gangguan fungsi (tanda-tanda inflamasi).
Misalnya : robeknya ligamen.
c. Cedera tingkat III (Cedera berat)
Pada cedera tingkat ini perlu penanganan yang intensive, istirahat total
dan mungkin perlu tindakan bedah jika terdapat robekan lengkap atau hampir
lengkap ligamen (sprain grade III dan IV) atau fraktur tulang.
3. Cedera di Rumah Sakit
Perawatan pada pasien rawat inap di rumah sakit sangat membutuhkan
perhatian yang lebih. Pada pasien rawat inap dimana pasien pada ruangan
tersebut membutuhkan penanganan jangka panjang yang perlu keseriusan dari
para tenaga kesehatan untuk menghindari terjadinya kesalahan penanganan
dalam praktiknya. Hal ini untuk menghindari kesalahan medis, kesalahan
medis itu sendiri adalah kesalahan yang terjadi dalam proses asuhan medis
yang mengakibatkan atau berpotensi mengakibatkan cedera pada pasien dan
kejadian yang tidak diharapkan (KTD). KTD adalah suatu kejadian yang
mengakibatkan cedera yang tidak diharapkan pada pasien karena suatu
tindakan (commission), dan bukan karena “underlying disease” atau
kondisi pasien (DepKes, 2008).
Cedera pada pasien dirumah sakit umumnya lebih banyak diakibatkan oleh
jatuh. Kejadian pasien jatuh di rumah sakit merupakan masalah yang serius
karena dapat menyebabkan cedera ringan sampai kematian, serta memperpanjang
lama perawatan (length of stay/LOS) di rumah sakit dan biaya
perawatan menjadi lebih besar. Kejadian pasien jatuh di rumah sakit Inggris
sebanyak 250.000/tahun dan lebih dari 1000 kasus menyebabkan patah tulang
(HQIP, 2012).
D.
Pencegahan Cedera
Pengetahuan tentang pengontrolan cedera sangat perlu dan
dibutuhkan dalam beberapa tahun terakhir ini yang ditujukan pada komponen
hal-hal yang membahayakan kemanan yang berkontribusi pada cedera baik non
fatal maupun fatal. Istilah kecelakaan tidak begitu luas akan digunakan
dalam diskusi pencegahan cedera, karena kecelakaan diimpilikasikan pada
kejadian yang terjadi karena kehendak Tuhan atau keberuntungan yang buruk,
yang tidak dapat diduga, dan yang tidak dapat dicegah. Seperti halnya,
kecelakaan, maka cedera memiliki sesuatu cara yang harus dicegah.
Prinsip pencegahan cedera termasuk pendidikan mengenai hal-hal
yang membahayakan keamanan dan strategi pencegahan; pengontrolan lingkungan
dan mesin-mesin (keamanan aktif atau pasif dikemudian hari yang mungkin
mencegah cedera dari produk atau alat yang digunakan), dan
penguatan pada pengaturan diantara peralatan, pengaman, tenaga kerja dan
sebagainya. Keamanan aktif termasuk pemberian pengaturan pada tingkah laku
seseorang yang dapat menguntungkannya. Keamanan pasif atau automatik
termasuk pengaturan yang menggunakan mesin dan peralatan dan tidak
membutuhkan tingkah laku seseorang yang spesifik untuk menjadi aktif.
Kantung udara, pengaman tempat tidur adalah contoh dari keamanan pasif.
Keamanan pasif adalah lebih menguntungkan dari pada keamanan aktif dalam
pengerjaannya, karena tidak membutuhkan penjelasan atau pendidikan kepada
klien atau individu tersebut. Salah satu risiko keamanan pasien selama
berada dalam pelayanan di rumah sakit adalah kemungkinan pasien jatuh ( fall) (Setyarini, .2010).
E.
Jatuh
1. Definisi
Jatuh adalah suatu peristiwa di mana seorang mengalami jatuh dengan atau
tanpa disaksikan oleh orang lain, tak disengaja / tak direncanakan, dengan
arah jatuh ke lantai, dengan atau tanpa mencederai dirinya. Penyebab jatuh
dapat meliputi faktor fisiologis (pingsan) atau lingkungan (lantai yang
licin) (Yohanto, 2014).
2. Faktor Resiko Jatuh
1) Riwayat jatuh sebelumnya
2) Gangguan Kognitif
3) Gangguan keseimbangan, gaya berjalan, atau kekuatan
4) Gangguan mobilitas
5) Penyakit neurologi; seperti stroke dan Parkinson
6) Gangguan muskuloskeletal; seperti artritis, penggantian sendi,
deformitas.
7) Penyakit kronis; seperti osteoporosis, penyakit kardiovaskular, penyakit
paru dan diabetes
8) Masalah nutrisi
9) Medikamantosa (terutama konsumsi > 4 jenis obat)
3. Etiologi Jatuh
1) Ketidaksengajaan : 31%
2) Gangguan gaya berjalan / keseimbangan : 17%
3) Vertigo : 13%
4) Serangan jatuh (drop attack): 10%
5) Gangguan kognitif : 4%
6) Hipotensi postural : 3%
7) Gangguan visus : 3 %
8) Tidak diketahui : 18%
4. Kunci Keberhasilan Program Pencegahan Cedera Akibat Resiko Jatuh
1) Prioritas utama adalah keselamatan pasien
2) Gunakan pendekatan yang sederhana dan terstandarisasi
3) Kata Kunci : Semua pasien beresiko jatuh, semua petugas berperan serta
dalam pencegahan kejadian jatuh.
4) Pelatihan dan edukasi staf
5) Perlengkapan dan sumberdaya yang mendukung dan adekut
5. Pencegahan dan Manajemen Jatuh
1) Lakukan orientasi kamar inap kepada pasien
2) Sediakan pencahayaan yang adekuat
3) Alas kaki anti licin
4) Berikan instruksi kepada pasien untuk memanggil petugas jika ingin turun
dari tempat tidur
5) Beri penjelasan mengenai sistem pemanggilan perawat ke ruangan
6) Bel panggilan berada dalam jangkauan, gampang dilihat, serta pasien
mengetahui letak dan cara penggunaannya
7) Tali penarik lampu meja berada dalam jangkauan, terlihat, serta pasien
mengetaui letak dan cara penggunaannya
8) Pertimbangkan untuk menggunakan pengasuh pada pasien dengan gangguan
kognitif
9) Sediakan lingkungan yang aman (rapi, tidak licin, kabel-kabel terikat
dengan rapi, jalur berjalan bersih dari benda-benda yang tidak perlu
10) Barang-barang pribadi berada dalam jangkauan
11) Posisikan tempat tidur serendah mungkin dengan roda terkunci
12) Mulai mobilisasi secepat dan sesering yang masih diperbolehkan untuk
kondisi pasien
13) Edukasi pasien dan keluarga mengenai pencegahan jatuh
14) Tanda pengenal kepada pasien (gelang berwarna di pergelangan tangan,
tulisan atau tanda di depan kamar pasien)
15) Setiap 1-3 jam, tawarkan bantuan untuk ke kamar mandi dan perawatan
16) Perawatan termasuk mobilisasi pasien, menawarkan minum, dan memastikan
pasien hangat dan nyaman
17) Konsultasikan dengan tim dan farmasi (tinjau ulang medikasi)
18) Alarm tempat tidur
19) Alarm di kursi roda
20) Lokasi kamar tidur pasien berdekatan dengan pos perawat ( nurse station)
21) Karpet di samping tempat tidur
22) Tempat tidur rendah
23) Evaluasi oleh tim interdisiplin
24) Untuk pasien yang beresiko cedera kepala (misalnya pasien dalam terapi
antikoagulan, gangguan kejang berat, riwayat jatuh mengenai kepala),
pertimbangkan penggunaan pelindung kepala
25) Penggunaan dudukan toilet yang ditinggikan
26) Musik relaksasi
27) Program olahraga/ aktivitas
28) Transfer ke sisi yang lebih stabil
29) Secara aktif, libatkan pasien dan keluarga dalam program pencegahan
jatuh
30) Berikan instruksi kepada pasien sebelum memulai aktivitas
31) Penggunaan alat bantu sesuai dengan kebutuhan pasien
32) Meminimalisir gangguan/distraksi
33) Periksa ujung anti-selip pada tongkat dan walker
34) Instruksikan pasien untuk menggunakan pegangan
6. Asesmen Resiko Jatuh Morse
Faktor Resiko
|
Skala
|
Poin
|
Skor Pasien
|
Riwayat Jatuh | Ya |
25
|
|
Tidak |
0
|
||
Diagnosis Sekunder ( 2 diagnosis medis) | Ya |
15
|
|
Tidak |
0
|
||
Alat Bantu | Berpegangan pada perabot |
30
|
|
Tongkat/alat penopang |
15
|
||
Tidak ada/ kursi roda/ perawat/ tirah baring |
0
|
||
Terpasang Infus | Ya |
20
|
|
Tidak |
0
|
||
Gaya Berjalan | Terganggu |
20
|
|
Lemah |
10
|
||
Normal/ tirah baring/ imobilisasi |
0
|
||
Status Mental | Sering lupa akan keterbatasan yang dimiliki |
15
|
|
Sadar akan kemampuan diri sendiri |
0
|
||
Total
|
Kategori :
Resiko Tinggi :
45
Resiko Sedang : 25 – 44
Resiko rendah : 0 - 24
BAB III
SIMPULAN DAN SARAN
A.
Simpulan
Keselamatan pasien (patient safety) rumah sakit adalah suatu sistem dimana
rumah sakit membuat asuhan pasien lebih aman. Sistem tersebut meliputi
asesmen risiko, identifikasi dan pengelolaan hal yang berhubungan dengan
risiko pasien, pelaporan dan analisis insiden, kemampuan belajar dari
insiden dan tindak lanjutnya serta implementasi solusi untuk meminimalkan
timbulnya risiko. Sistem tersebut diharapkan dapat mencegah terjadinya
cedera yan disebabkan oleh kesalahan akibat melaksanakan suatu tindakan
atau tidak melakukan tindakan yang seharusnya dilakukan. Salah satu cedera
yang paling sering terjadi di rumah sakit adalah akibat jatuh.
Langkah pencegahan pasien resiko jatuh antara lain mengupayakan untuk
menganjurkan pasien untuk meminta bantuan yang diperlukan, menggunakan alas
kaki anti slip, menyediakan kursi roda yang terkunci di samping tempat
tidur pasien, memastikan bahwa jalur ke kamar kecil bebas dari hambatan dan
terang, memastikan lorong bebas hambatan, menempatkan alat bantu seperti
walker/tongkat dalam jangkauan pasien, memasang bedside rel, mengevaluasi
kursi dan tinggi tempat tidur dan mempertimbangkan efek puncak obat yang
diresepkan yang mempengaruhi tingkat kesadaran, mengamati lingkungan untuk
kondisi berpotensi tidak aman dan segera laporkan untuk perbaikan, jangan
membiarkan pasien beresiko jatuh tanpa pengawasan saat di daerah diagnostik
atau terapi, memastikan pasien yang diangkut dengan brandcard/tempat tidur,
posisi bedside rel dalam keadaan terpasang, menginformasikan dan mendidik
pasien dan /atau anggota keluarga mengenai rencana perawatan untuk mencegah
jatuh, berkolaborasi dengan pasien atau keluarga untuk memberikan bantuan
yang dibutuhkan.
B.
Saran
Diharapkan dengan wawasan seperti ini tenaga medis maupun non medis dapat
lebih peduli terhadap keselamatan pasien yang merupakan prioritas dalam
pelayanan di rumah sakit.
LIHAT JUGA: SOP PENEGAHAN CIDERA DAN RESIKO JATUH
1 komentar so far
Assalamu'alaikum maaf kalau boleh tau ini buku referensi untuk materi yang ini judulnya apa ya? Maaf saya dapat tugas
EmoticonEmoticon