Look at this

Minggu, 18 Maret 2018

Makalah Penatalaksanaan Fraktur Beserta SOP Pembidaian, Gips, dan skin Traksi

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Fraktur merupakan suatu keadaan dimana terjadi disintregitas tulang, penyebab terbanyak adalah insiden kecelakaan tetapi faktor lain seperti proses degenerative juga dapat berpengaruh terhadap terjadinya fraktur (Brunner& Suddarth, 2008; dikutip Riyadi 2014). Fraktur terjadi jika tulang dikenai stress atau beban yang lebih besar dan kemampuan tulang untuk mentolelir beban tersebut. Fraktur dapat menyebabkan disfungsi organ tubuh atau bahkan menyebabkan kecacatan atau kehilangan fungsi ekstermitas permanen selain itu komplikasi awal dapat berupa infeksi dan troboemboli (emboli fraktur juga dapat menyebabkan kematian beberapa minggu setelah cedera, oleh karena itu radiografi sudah memastikan adanya fraktur maka harus segera dilakukan stabilisasi atau perbaikan fraktur).
Kegawatan fraktur diharuskan segera dilakukan tindakan untuk menyelamatkan klien dari kecacatan fisik. Kecacatan fisik dapat dipulihkan secara bertahap melalui mobilisasi bagian fraktur . metode yang dapat dilakukan diantaranya dengan bidai, gips dan traksi.
Bidai adalah alat dari kayu, anyaman kawat atau bahan lain yang kuat tetapi ringan yang digunakan untuk menahamatau menjaga agar bagian tulang yang patah tidak bergerak (immobilisasi). Gips merupakan fiksasi eksternal yang terbuat dari plaster of paris, fiber glass dan plastic yang disediakan dalam bentuk golongan verban yang dipakai untuk immobilisasi. Sedangkan traksi adalah suatu mekanisme dimana terjadi penarikan yang teratur dan terus menerus dipasang pada anggota tubuh yang mengalami patah tulang (Long, 1996).
Pemasangan bidai, gips dan traksi bertujuan untuk mencegah terjadinya komplikasi. Komplikasi yang terjadi umumnya berupa infeksi, penekanan local, traksi yang berlebihan.
B. Rumusan Masalah
1. Apakah definisi fraktur
2. Apa saja etiologi fraktur
3. Apa saja penatalaksanaan fraktur
C. Tujuan
1. Mengetahui definisi fraktur
2. Mengetahui etiologi terjadinya fraktur
3. Mengetahui penatalaksanaan fraktur
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Definisi Fraktur
Fraktur adalah terputusnya kontinuitas jaringan tulang, tulang rawan epifisis atau tulang rawan sendi yang umumnya disebabkan oleh ruda paksa dan biasanya disertai cedera. Fraktur biasanya terjadi karena benturan tubuh, jatuh, atau kecelakaan. Patah tulang dapat terjadi pada waktu kegiatan biasa atau karena benturan ringan, lemah tulang karena penyakit seperti kanker tingkat primer, adnya metastase kanker atau osteoporosisi. Yang demikian disebut tulang mengalami colaps. Tulang bisa patas karena otot-ototnya tidak dapat mengabsorbsi energy, dan hal ini sering terjadi. Fraktur dapat terjadi pada semua tingkat umur, yang berisiko tinggi untuk patah tulang adalah orang lanjut usia, orang yang bekerja membutuhkan keseimbangan, masalah gerakan, pekerja yang berisiko tinggi dan orang-orang yang mengalami kecelakaan ( Long, 1996). Fraktur dapat dibagi menjadi :
1. Fraktur tertutup (closed), apabila tulang yang patah tidak tampak dari luar.
2. Patah tulang terbuka (patah tulang majemuk), apabila tulang yang patah tampak dari luar karena tulang telah menembus kulit atau kelit mengalami robekan.
3. Patah tulang kompresi (patah tulang karena penekanan), merupakan akibat dari tenaga yang menggerakkan sebuah tulang yang melawan tulang lainya atau tenaga yang melawan panjangnya tulang. Sering terjadi pada wanita lanjut usia yang tulang belakangnyamenjadi rapuh karena osteoporosis.
4. Patah tulang karena tergilas, tenaga yang sangat hebat menyebabkan beberapa retakan sehingga menjadi beberapa pecahan tulang. Jika aliran darah ke bagian tulang yang terkena mengalami gangguan, maka penyembuhan akan berlangsung lama.
5. Patah tulang avulse, disebabkan oleh kontraksi otot yang kuat, sehingga menarik bagian tulang tempat tendon otot tersebut melekat. Paling sering terjadi pada lutut dan bahu tetapi juga terjadi pada tungkai dan tumit.
6. Patah tulang patologis, terjadi jika sebuah tumor telah tumbuh dalam tulang dan menyebabkan tulang menjadi rapuh. Tulang yang rapuh bisa mengalami patah tulang meskipun dengan cedera ringan atau bahkan tanpa cedera sama sekali.
B. Etiologi Fraktur
Menurut Sachdeva (1996, dikutip Hermansyah, 2009), penyebab fraktur dapat dibagi menjadi tiga, yaitu
1. Cedera Traumatik
Cedera traumatik pada tulang dapat disebabkan oleh :
a. Cedera langsung berarti pukulan langsung terhadap tulang sehingga
tulang patah secara spontan. Pemukulan biasanya menyebabkan fraktur melintang dan kerusakan pada kulit di atasnya.
b. Cedera tidak langsung berarti pukulan langsung berada jauh dari lokasi benturan, misalnya jatuh dengan tangan berjulur dan menyebabkan fraktur klavikula.
c. Fraktur yang disebabkan kontraksi keras yang mendadak dari otot yang kuat.
2. Fraktur Patologik
Dalam hal ini kerusakan tulang akibat proses penyakit dimana dengan
trauma minor dapat mengakibatkan fraktur dapat juga terjadi pada
berbagai keadaan berikut :
a. Tumor Tulang ( Jinak atau Ganas ) : pertumbuhan jaringan baru yang
tidak terkendali dan progresif.
b. Infeksi seperti osteomielitis : dapat terjadi sebagai akibat infeksi akut
atau dapat timbul sebagai salah satu proses yang progresif, lambat dan sakit nyeri.
c. Rakhitis : suatu penyakit tulang yang disebabkan oleh defisiensi
Vitamin D yang mempengaruhi semua jaringan skelet lain, biasanya
disebabkan kegagalan absorbsi Vitamin D atau oleh karena asupan
kalsium atau fosfat yang rendah.
3. Secara Spontan
Disesbabkan oleh stress tulang yang terus menerus misalnya pada penyakit
polio dan orang yang bertugas dikemiliteran.
C. Penatalaksanaan
1. Teknik Imobilisasi (Purwanto, 2015)
Tehnik imobilisasi dapat dicapai dengan cara :
1.1 Pembidaian
Bidai adalah benda keras yang ditempatkan di daerah sekeliling tulang. Bidai menurut Long (1996) suatu cara untuk menstabilkan atau menunjang persendian dalam menggunakan sendi yang benar atau melindungi trauma dari luar.
1.1.1 Jenis Pembidaian
a. Tindakan pertolongan sementara
· Dilakukan ditempat cedera sebelum kerumah sakit
· Bahan untuk bidai bersifat sederhana dan apa adanya
· Bertujuan untuk mengurangi rasa nyeri dan menghindarkan kerusakan lebih parah
· Bisa dilakukan oleh siapapun yang telah menguasai teknik dasar pembidaian
b. Tindakan pertolongan definitive
  • Dilakukan di fasilitas layangan kesehtan
· Pembidaian dilakukan untuk proses penyembuhan fraktur atau dislokasi menggunakan alat atau bahan khusus sesuai standar pelayanan harus dilakukan oleh tenaga kesehatan yang terlatih.
1.1.2 Jenis-Jenis Bidai
a. Bidai keras :merupakan bidai yang paling baik dan sempurna dalam keadaan darurat.
b. Bidai traksi :bidai bentuk jadi dan bervariasi tergantung dari pembuatannya hanya dipergunakan pleh tenaga yang terlatih khusunya digunakan untuk patah tulang paha.
c. Bidai improvisasi :bidai yang cukup dibuat dengan bahan yang cukup kuat dan ringan untuk menopang, pembuatannya sangat tergantung dari bahan yangtersedia.
d. Gendongan/brbat :pembidaian dengan menggunakan pembalut umumnya berguna untuk menghentikan pergerakan daerah cidera.
2. Teknik Reposisi
Teknik reposisi adalah penempatan kembali posisi tulang seperti semula atau penempatan keposisi yang berbeda atau baru. Teknik reposisi terdiri dari 2 jenis (Ayu, 2012), yaitu :
2.1 Traksi
Traksi adalah penggunaan kekuatan penarikan pada bagian tubuh yang dilakukan dengan memberi beban yang cukup untuk mengatasi penarikan otot
1) Axis traksi
Traksi sepanjang sumbu seperti sumbu pelvis pada obstetric
2) Traksi elastic
Traksi dengan tenaga elastic atau dengan menggunakan bahan elastic.
3) Traksi skeletal
Traksi yang dipasang secara langsung pada tulalang panjang dengan menggunakan kawat atau pen.
4) Traksi kulit
Penarikan tulang yang patah melalui kulit dengan menggunakan skin traksi, plester
misal : traksi Buck yaitu traksi yang paling sederhana dan dipasang untuk jangka waktu yang pendek.
2.2 Gips
Gips merupakan mineral yang terdapat dalam alam berupa batu putih yang mengandung unsur kalsium sulfat dan air. Gips adalah alat imobilisasi eksternal yang terbuat dari bahan mineral yang terdapat dari alam dengan formula khusus dengan tipe plaster atau fiberglass (Ayu, 2012).
2.2.1 Jenis-Jenis Gips
a. Gips lengan pendek
Gips ini dipasang memanjang dari bawah siku sampai lipatan tetapak tangan,melingkar erat didasar ibu jari
b. Gips lengan panjang
Gips ini dipasang memanjang dari setinggi lipat ketiak sampai disebelah progsimal lipatan telapak tangan
c. Gips tungkai pendek
Gips ini dipasang memanjang dibawah lutut sampai dasar jari kaki, kaki dalam sudut tegak lurus pada posisi netral
d. Gips tungkai panjang
Gips ini memanjang dari perbatasan sepertiga atas dan tengah paha sampai dasar jari kaki, lutut harus sedikit fleksi.
2.2.2 Bahan-Bahan Gips
a. Plester
Gips pembalut dapat mengikuti kontur tubuh secara halus
b. Nonplester
Secara umum seperti gips fiberglass, bahan poliuretan yang diaktifasi air ini mempunyai kelebihan yang lebih ringan , tahan air dan tidak mudah pecah.
c. Nonplester berpori-pori
Memiliki kelebihan tidak merusak pori-pori kulit, gips tidak lunak terkena air, jika basah dapat dikeringkan dengan pengering rambut.
2.2.3 Bentuk-Bentuk Pemasangan Gips
a. Bentuk lembaran sehingga gips menutup separuh atau duapertiga lingkaran permukaan anggota gerak
b. Gips lembaran yang dipasang pada kedua sisi anteroposterior anggota gerak sehingga merupakan gips yang hampir melingkar
c. Gips sirkuler yang dipasang lengkap meliputi seluruh anggota gerak
d. Gips yang ditopang dengan besi atau karet dan dapat dipakai untuk menumpu atau berjalan pada patah tulang anggota gerak bawah.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Fraktur atau patah tulang adalah keadaan dimana hubungan atau kesatuan jaringan yang terputus. Tulang memiliki daya lentur dengan kekuatan yang memadai, apabila trauma melebihi dari daya lentur tersebut maka terjadi fraktur. Penyebab terjadinya fraktur adalah trauma, stress kronis dan berulang maupun pelunakan tulang yang abnormal.
Penatalaksanaan terhadap fraktur dapat berupa imobilisasi dan reposisi yaitu berupa bidai dan trasi beserta gips.
B. Saran
Sebagai penulis yang memiliki banyak keterbatasan dalam penulisan diharapkan bagi pembaca untuk dapat mencari literature lain sebagai pelengkap dalam menggunakan makalah yang telah penulis buat. Semakin banyak literature yang dibaca maka semakin komplek ilmu mengenai fraktur yang pembaca dapatkan.
logo unsri
Standar Operasional Prosedur (SOP)
Bidai
Tanggal terbit Disahkan oleh
Ka. Prodi PSIK
Pengertian Memasang alat yang bersifat kaku maupun fleksibel untuk immobilisasi (mempertahankan kedudukan tulang)
Tujuan · Mencegah pergerakan tulang yang patah
· Mencegah bertambahnya perlukaan pada patah tulang
· Mengurangi rasa sakit
· Mengistirahatkan daerah fraktur
Indikasi · Patah tulang terbuka atau tertutup
· Diskolasi persendian
· Multiple trauma
Kontra indikasi · Gangguan sirkulasi atau berat pada distal daerah fraktur
· Luka terinfeksi
· Resiko memperlambat sampainya penderita ke rumah sakit
Alat dan bahan · Alat pelindung diri (masker, sarung tangan)
· Bidai dengan ukuran sesuai kebutuhan
  • Mitella/perban
  • Gunting
Prosedur · Menggunakan masker berserta sarung tangan
· Memeriksa bagian yang akan dibidai (dilihat, diraba, digerakkan)
· Melakukan pembersihan atau perawatan luka, tutup dengan kassa steril
· Memilih jenis bidai yang sesuai
· Pembindaian meliputi 2 sendi, sendi yan masuk dalam pembidaian adalah sendi bawah dan siatas patah tulang. Misalnya jika tungkai bawah mengalami fraktur maka bidai harus bisa memobilisasi pergelangan kaki maupun lutut
· Luruskan posisi anggota gerak yang mengalami fraktur secara hati-hati dan jangan memaksa gerakan, jika sulit diluruskan maka pembidaian dilakukan seadanya
· Beri bantalan yang empuk pada anggota gerak yang dibidai
· Ikatlah bidai diatas atau di bawah daerah fraktur, jangan mengikat tepat di daerah fraktur dan jangan terlalu kencang.
logo unsri
Standar Operasional Prosedur (SOP)
GIPS
Tanggal terbit Disahkan oleh
Ka. Prodi
Hikayati, S.Kep., NS.
NIP.
Pengertian Gips adalah suatu bubuk campuran yang digunakan untuk membungkus secara keras area yang mengalami patah tulang.
Tujuan
  • Imobilisasi kasus dislokasi sendi
· Fiksasi fraktur yang telah direduksi
  • Koreksi cacat tulang
· Imobilisasi pada kasus penyakit tulang setelah dilakukan operasi
  • Mengoreksi deformitas
Indikasi
  • Pasien dislokasi sendi
  • Fraktur
  • Pemyakit tulang TBC
  • Pasca operasi
  • Skliosis
  • Spndilitis TBC
Kontra Indikasi Fraktur terbuka
Alat dan Bahan · Bahan gips dengan ukuran sesuai ekstremitas tubuh yang akan di gips
  • Baskom berisi air biasa ( untuk merendam gips )
  • Baskom berisi air hangat.
  • Gunting perban .
  • Bengkok.
  • Perlak dan alasnya.
  • Waslap.
  • Pemotongan gips .
  • Kasa dalam tempatnya.
  • Alat cukur.
  • Sabun dalam tempatnya.
  • Handuk.
  • Krim kulit.
  • Spons rubs
  • Padding
  • Prosedur
· Siapkan klien dan jelaskan prosedur yang akan dikerjakan.
· Siapkan alat –alat yang akan digunakan untuk pemasangan gips .
· Daerah yang akan dipasang gips dicukur, dibersihkan, dan dicuci dengan sabun, kemudian dikeringkan dengan handuk dan diberi krim kulit.
· Sokong ekstremiras atau bagian tubuh yang akan digips .
· Posisikan dan pertahankan bagian yang akan di gips dalam posisi yang ditentukan dokter selama prosedur.
  • Pasang spongs rubbs pada bagian tubuh yang akan dipasang gips, pasang dengan cara yang halus dan tidak mengikat. Tambahkan padding di daerah tonjolan tulang dan pada jalur syaraf.
· Rendam gisp dalam baskom berisi air beberapa saat sampai gelembung – gelembung udara keluar. Peras untuk mengurangi jumlah air dalam gips.
· Pasang gips secara merata pada bagian tubuh. Pembalutan gips secara melingkar mulai dari distal ke proksimal tidak terlalu kendur atau terlalu ketat. Pada waktu membalut, lakukan dengan gerakan bersinambungan agar terjaga ketumpah tindihan lapisan gips. Dianjurkan dalam jarak yang tetap. Lakukan dengan gerakan yang bersinambungan agar terjaga kontak yang constant dengan bagain tubuh.
· Setelah selesai pemasangan, haluskan tepinya, potong serta bentuk dengan pemotongan gips atau cutter.
· Bersihkan partikel bagian gips dari kulit yang terpasang.
· Sokong gips selama pengerasan dan pengeringan dengan telapak tangan. Jangan diletakkan pada permukaan keras atau pada tepi yang tajam dan hindari tekanan pada gips.
· Bersihkan partikel bagian gips dari kulit yang terpasang.
· Sokong gips selama pengerasan dan pengeringan dengan telapak tangan. Jangan diletakkan pada permukaan keras atau pada tepi yang tajam dan hindari tekanan pada gips.
logo unsri
Standar Operasional Prosedur (SOP)
Skin Traksi
Tanggal terbit Disahkan oleh
Pengertian § Penarikan dengan tekanan yang dilakukan dengan tujuan spesifik pada bagian tubuh dengan manual atau dengan alat mekanik
§ Mekanisme dimana terjadi penarikan yang tertaur dan terus menerus di pasang pada anggota badan.
§
Tujuan · Terapi konservatif pada fraktur
ü Reposisi fragmen tulang
ü Imobilisasi fragmen tulang
ü Imobilisasi sementara
ü Mempertahankan gerakan sendi
· Terapi penyakit/deformitas tertentu :
ü Mengurangi/menghilangkan spasme otot
ü Melawan kontraktur sendi
ü Melawan kontraktur otot
ü Memperbaiki letak sendi panggul pada penyakit CDH
Indikasi · Digunakan pada anak
· Traksi temporer, hanya untuk beberapa hari, misalnya pre operasi
· Fraktur- fraktur yang bengkak dan tidak stabil misalnya fraktur suprakondiler humeri pada anak-anak
· Tahanan kecil dibutuhkan untuk menjaga reduksi 5kg
· Kerusakan kulit atau adanya sepsis diarea tersebut
KontraIndikasi · Trombo emboli
· Absersi, infeksi serta alergi pada kulit
· Nekrosis kulit
· Odema distal
· Obstrusi vaskuler
Alat dan Bahan · traksi Buck atau traksi Bryant
· Pisau cukur
· Balsam perekat
· Alat rawat luka
· Latrol atau purley
  • Bebab
· Bantalan conter traksi
  • Gunting
  • Marker
· Bedak kulit
· Kom berisi air putih
  • Handuk
· Sarung tangan bersih
Prosedur · Cuci tangan dan pasang sarung tangan
· Mengatur posisi tidur pasien supinasi
· Bila ada luka dirawat dan ditutup luka
· Bila banyak rambut dicukur
· Beri tanda batas pemasangan plester menggunakan bolpoint
· Beri balsam perekat
· Ambil skin traksi kit lalu rekatkan plester pada bagian medial dan lateral kaki secara simetris dengan tetap menjaga immobilitas fraktur
· Pasang katrol lurus dengan kaki bagian fraktur
· Masukkan tali pada pulley control
· Sambung tali pada beban (1/7 BB)
· Pasang bantalan konter traksi atau bantal penyangga kaki
· Atur posisi pasien nyaman dan rapikan
DAFTAR PUSTAKA
Ayu, Mardiayana. 2012. Pelaksanaan pada Fraktur. http://blogspotkeperawatan.com (diunduh 7 Oktober 2015)
Long, Barbara C. 1996. Perawatan Medikal Bedah. Bandung: Universitas Padjajaran
Makalah Balut Bidai. 2013. http://Nursingmusicmovie.com (diunduh 8 Oktober 2015)
Perry, Potter. 2005. Fundamental Keperawatan Vol. 2. Jakarta: EGC
Purwanto, Sigit. 2015. Bahan Ajar Keperawatan Medikal Bedah III (PPT). Indralaya. Universitas Sriwijaya.
Purwanto, Sigit.2015. Pratikum Gips. Indralaya: Universitas Sriwijaya
Purwanto, Sigit.2015 Penanganan Fraktur.Indralaya: Universitas Siwijaya
Riyadi, Sujono, 2011. Keperawatan Medikal Bedah. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
SOP Bidai dan Balut. 2012. http://fourseasonnews.blogspot.co.is/2012/08/SOP-bidai_html . (diunduh 9Oktober,2015)
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Fraktur merupakan suatu keadaan dimana terjadi disintregitas tulang, penyebab terbanyak adalah insiden kecelakaan tetapi faktor lain seperti proses degenerative juga dapat berpengaruh terhadap terjadinya fraktur (Brunner& Suddarth, 2008; dikutip Riyadi 2014). Fraktur terjadi jika tulang dikenai stress atau beban yang lebih besar dan kemampuan tulang untuk mentolelir beban tersebut. Fraktur dapat menyebabkan disfungsi organ tubuh atau bahkan menyebabkan kecacatan atau kehilangan fungsi ekstermitas permanen selain itu komplikasi awal dapat berupa infeksi dan troboemboli (emboli fraktur juga dapat menyebabkan kematian beberapa minggu setelah cedera, oleh karena itu radiografi sudah memastikan adanya fraktur maka harus segera dilakukan stabilisasi atau perbaikan fraktur).
Kegawatan fraktur diharuskan segera dilakukan tindakan untuk menyelamatkan klien dari kecacatan fisik. Kecacatan fisik dapat dipulihkan secara bertahap melalui mobilisasi bagian fraktur . metode yang dapat dilakukan diantaranya dengan bidai, gips dan traksi.
Bidai adalah alat dari kayu, anyaman kawat atau bahan lain yang kuat tetapi ringan yang digunakan untuk menahamatau menjaga agar bagian tulang yang patah tidak bergerak (immobilisasi). Gips merupakan fiksasi eksternal yang terbuat dari plaster of paris, fiber glass dan plastic yang disediakan dalam bentuk golongan verban yang dipakai untuk immobilisasi. Sedangkan traksi adalah suatu mekanisme dimana terjadi penarikan yang teratur dan terus menerus dipasang pada anggota tubuh yang mengalami patah tulang (Long, 1996).
Pemasangan bidai, gips dan traksi bertujuan untuk mencegah terjadinya komplikasi. Komplikasi yang terjadi umumnya berupa infeksi, penekanan local, traksi yang berlebihan.
B. Rumusan Masalah
1. Apakah definisi fraktur
2. Apa saja etiologi fraktur
3. Apa saja penatalaksanaan fraktur
C. Tujuan
1. Mengetahui definisi fraktur
2. Mengetahui etiologi terjadinya fraktur
3. Mengetahui penatalaksanaan fraktur
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Definisi Fraktur
Fraktur adalah terputusnya kontinuitas jaringan tulang, tulang rawan epifisis atau tulang rawan sendi yang umumnya disebabkan oleh ruda paksa dan biasanya disertai cedera. Fraktur biasanya terjadi karena benturan tubuh, jatuh, atau kecelakaan. Patah tulang dapat terjadi pada waktu kegiatan biasa atau karena benturan ringan, lemah tulang karena penyakit seperti kanker tingkat primer, adnya metastase kanker atau osteoporosisi. Yang demikian disebut tulang mengalami colaps. Tulang bisa patas karena otot-ototnya tidak dapat mengabsorbsi energy, dan hal ini sering terjadi. Fraktur dapat terjadi pada semua tingkat umur, yang berisiko tinggi untuk patah tulang adalah orang lanjut usia, orang yang bekerja membutuhkan keseimbangan, masalah gerakan, pekerja yang berisiko tinggi dan orang-orang yang mengalami kecelakaan ( Long, 1996). Fraktur dapat dibagi menjadi :
1. Fraktur tertutup (closed), apabila tulang yang patah tidak tampak dari luar.
2. Patah tulang terbuka (patah tulang majemuk), apabila tulang yang patah tampak dari luar karena tulang telah menembus kulit atau kelit mengalami robekan.
3. Patah tulang kompresi (patah tulang karena penekanan), merupakan akibat dari tenaga yang menggerakkan sebuah tulang yang melawan tulang lainya atau tenaga yang melawan panjangnya tulang. Sering terjadi pada wanita lanjut usia yang tulang belakangnyamenjadi rapuh karena osteoporosis.
4. Patah tulang karena tergilas, tenaga yang sangat hebat menyebabkan beberapa retakan sehingga menjadi beberapa pecahan tulang. Jika aliran darah ke bagian tulang yang terkena mengalami gangguan, maka penyembuhan akan berlangsung lama.
5. Patah tulang avulse, disebabkan oleh kontraksi otot yang kuat, sehingga menarik bagian tulang tempat tendon otot tersebut melekat. Paling sering terjadi pada lutut dan bahu tetapi juga terjadi pada tungkai dan tumit.
6. Patah tulang patologis, terjadi jika sebuah tumor telah tumbuh dalam tulang dan menyebabkan tulang menjadi rapuh. Tulang yang rapuh bisa mengalami patah tulang meskipun dengan cedera ringan atau bahkan tanpa cedera sama sekali.
B. Etiologi Fraktur
Menurut Sachdeva (1996, dikutip Hermansyah, 2009), penyebab fraktur dapat dibagi menjadi tiga, yaitu
1. Cedera Traumatik
Cedera traumatik pada tulang dapat disebabkan oleh :
a. Cedera langsung berarti pukulan langsung terhadap tulang sehingga
tulang patah secara spontan. Pemukulan biasanya menyebabkan fraktur melintang dan kerusakan pada kulit di atasnya.
b. Cedera tidak langsung berarti pukulan langsung berada jauh dari lokasi benturan, misalnya jatuh dengan tangan berjulur dan menyebabkan fraktur klavikula.
c. Fraktur yang disebabkan kontraksi keras yang mendadak dari otot yang kuat.
2. Fraktur Patologik
Dalam hal ini kerusakan tulang akibat proses penyakit dimana dengan
trauma minor dapat mengakibatkan fraktur dapat juga terjadi pada
berbagai keadaan berikut :
a. Tumor Tulang ( Jinak atau Ganas ) : pertumbuhan jaringan baru yang
tidak terkendali dan progresif.
b. Infeksi seperti osteomielitis : dapat terjadi sebagai akibat infeksi akut
atau dapat timbul sebagai salah satu proses yang progresif, lambat dan sakit nyeri.
c. Rakhitis : suatu penyakit tulang yang disebabkan oleh defisiensi
Vitamin D yang mempengaruhi semua jaringan skelet lain, biasanya
disebabkan kegagalan absorbsi Vitamin D atau oleh karena asupan
kalsium atau fosfat yang rendah.
3. Secara Spontan
Disesbabkan oleh stress tulang yang terus menerus misalnya pada penyakit
polio dan orang yang bertugas dikemiliteran.
C. Penatalaksanaan
1. Teknik Imobilisasi (Purwanto, 2015)
Tehnik imobilisasi dapat dicapai dengan cara :
1.1 Pembidaian
Bidai adalah benda keras yang ditempatkan di daerah sekeliling tulang. Bidai menurut Long (1996) suatu cara untuk menstabilkan atau menunjang persendian dalam menggunakan sendi yang benar atau melindungi trauma dari luar.
1.1.1 Jenis Pembidaian
a. Tindakan pertolongan sementara
· Dilakukan ditempat cedera sebelum kerumah sakit
· Bahan untuk bidai bersifat sederhana dan apa adanya
· Bertujuan untuk mengurangi rasa nyeri dan menghindarkan kerusakan lebih parah
· Bisa dilakukan oleh siapapun yang telah menguasai teknik dasar pembidaian
b. Tindakan pertolongan definitive
  • Dilakukan di fasilitas layangan kesehtan
· Pembidaian dilakukan untuk proses penyembuhan fraktur atau dislokasi menggunakan alat atau bahan khusus sesuai standar pelayanan harus dilakukan oleh tenaga kesehatan yang terlatih.
1.1.2 Jenis-Jenis Bidai
a. Bidai keras :merupakan bidai yang paling baik dan sempurna dalam keadaan darurat.
b. Bidai traksi :bidai bentuk jadi dan bervariasi tergantung dari pembuatannya hanya dipergunakan pleh tenaga yang terlatih khusunya digunakan untuk patah tulang paha.
c. Bidai improvisasi :bidai yang cukup dibuat dengan bahan yang cukup kuat dan ringan untuk menopang, pembuatannya sangat tergantung dari bahan yangtersedia.
d. Gendongan/brbat :pembidaian dengan menggunakan pembalut umumnya berguna untuk menghentikan pergerakan daerah cidera.
2. Teknik Reposisi
Teknik reposisi adalah penempatan kembali posisi tulang seperti semula atau penempatan keposisi yang berbeda atau baru. Teknik reposisi terdiri dari 2 jenis (Ayu, 2012), yaitu :
2.1 Traksi
Traksi adalah penggunaan kekuatan penarikan pada bagian tubuh yang dilakukan dengan memberi beban yang cukup untuk mengatasi penarikan otot
1) Axis traksi
Traksi sepanjang sumbu seperti sumbu pelvis pada obstetric
2) Traksi elastic
Traksi dengan tenaga elastic atau dengan menggunakan bahan elastic.
3) Traksi skeletal
Traksi yang dipasang secara langsung pada tulalang panjang dengan menggunakan kawat atau pen.
4) Traksi kulit
Penarikan tulang yang patah melalui kulit dengan menggunakan skin traksi, plester
misal : traksi Buck yaitu traksi yang paling sederhana dan dipasang untuk jangka waktu yang pendek.
2.2 Gips
Gips merupakan mineral yang terdapat dalam alam berupa batu putih yang mengandung unsur kalsium sulfat dan air. Gips adalah alat imobilisasi eksternal yang terbuat dari bahan mineral yang terdapat dari alam dengan formula khusus dengan tipe plaster atau fiberglass (Ayu, 2012).
2.2.1 Jenis-Jenis Gips
a. Gips lengan pendek
Gips ini dipasang memanjang dari bawah siku sampai lipatan tetapak tangan,melingkar erat didasar ibu jari
b. Gips lengan panjang
Gips ini dipasang memanjang dari setinggi lipat ketiak sampai disebelah progsimal lipatan telapak tangan
c. Gips tungkai pendek
Gips ini dipasang memanjang dibawah lutut sampai dasar jari kaki, kaki dalam sudut tegak lurus pada posisi netral
d. Gips tungkai panjang
Gips ini memanjang dari perbatasan sepertiga atas dan tengah paha sampai dasar jari kaki, lutut harus sedikit fleksi.
2.2.2 Bahan-Bahan Gips
a. Plester
Gips pembalut dapat mengikuti kontur tubuh secara halus
b. Nonplester
Secara umum seperti gips fiberglass, bahan poliuretan yang diaktifasi air ini mempunyai kelebihan yang lebih ringan , tahan air dan tidak mudah pecah.
c. Nonplester berpori-pori
Memiliki kelebihan tidak merusak pori-pori kulit, gips tidak lunak terkena air, jika basah dapat dikeringkan dengan pengering rambut.
2.2.3 Bentuk-Bentuk Pemasangan Gips
a. Bentuk lembaran sehingga gips menutup separuh atau duapertiga lingkaran permukaan anggota gerak
b. Gips lembaran yang dipasang pada kedua sisi anteroposterior anggota gerak sehingga merupakan gips yang hampir melingkar
c. Gips sirkuler yang dipasang lengkap meliputi seluruh anggota gerak
d. Gips yang ditopang dengan besi atau karet dan dapat dipakai untuk menumpu atau berjalan pada patah tulang anggota gerak bawah.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Fraktur atau patah tulang adalah keadaan dimana hubungan atau kesatuan jaringan yang terputus. Tulang memiliki daya lentur dengan kekuatan yang memadai, apabila trauma melebihi dari daya lentur tersebut maka terjadi fraktur. Penyebab terjadinya fraktur adalah trauma, stress kronis dan berulang maupun pelunakan tulang yang abnormal.
Penatalaksanaan terhadap fraktur dapat berupa imobilisasi dan reposisi yaitu berupa bidai dan trasi beserta gips.
B. Saran
Sebagai penulis yang memiliki banyak keterbatasan dalam penulisan diharapkan bagi pembaca untuk dapat mencari literature lain sebagai pelengkap dalam menggunakan makalah yang telah penulis buat. Semakin banyak literature yang dibaca maka semakin komplek ilmu mengenai fraktur yang pembaca dapatkan.
logo unsri
Standar Operasional Prosedur (SOP)
Bidai
Tanggal terbit Disahkan oleh
Ka. Prodi PSIK
Pengertian Memasang alat yang bersifat kaku maupun fleksibel untuk immobilisasi (mempertahankan kedudukan tulang)
Tujuan · Mencegah pergerakan tulang yang patah
· Mencegah bertambahnya perlukaan pada patah tulang
· Mengurangi rasa sakit
· Mengistirahatkan daerah fraktur
Indikasi · Patah tulang terbuka atau tertutup
· Diskolasi persendian
· Multiple trauma
Kontra indikasi · Gangguan sirkulasi atau berat pada distal daerah fraktur
· Luka terinfeksi
· Resiko memperlambat sampainya penderita ke rumah sakit
Alat dan bahan · Alat pelindung diri (masker, sarung tangan)
· Bidai dengan ukuran sesuai kebutuhan
  • Mitella/perban
  • Gunting
Prosedur · Menggunakan masker berserta sarung tangan
· Memeriksa bagian yang akan dibidai (dilihat, diraba, digerakkan)
· Melakukan pembersihan atau perawatan luka, tutup dengan kassa steril
· Memilih jenis bidai yang sesuai
· Pembindaian meliputi 2 sendi, sendi yan masuk dalam pembidaian adalah sendi bawah dan siatas patah tulang. Misalnya jika tungkai bawah mengalami fraktur maka bidai harus bisa memobilisasi pergelangan kaki maupun lutut
· Luruskan posisi anggota gerak yang mengalami fraktur secara hati-hati dan jangan memaksa gerakan, jika sulit diluruskan maka pembidaian dilakukan seadanya
· Beri bantalan yang empuk pada anggota gerak yang dibidai
· Ikatlah bidai diatas atau di bawah daerah fraktur, jangan mengikat tepat di daerah fraktur dan jangan terlalu kencang.
logo unsri
Standar Operasional Prosedur (SOP)
GIPS
Tanggal terbit Disahkan oleh
Ka. Prodi
Hikayati, S.Kep., NS.
NIP.
Pengertian Gips adalah suatu bubuk campuran yang digunakan untuk membungkus secara keras area yang mengalami patah tulang.
Tujuan
  • Imobilisasi kasus dislokasi sendi
· Fiksasi fraktur yang telah direduksi
  • Koreksi cacat tulang
· Imobilisasi pada kasus penyakit tulang setelah dilakukan operasi
  • Mengoreksi deformitas
Indikasi
  • Pasien dislokasi sendi
  • Fraktur
  • Pemyakit tulang TBC
  • Pasca operasi
  • Skliosis
  • Spndilitis TBC
Kontra Indikasi Fraktur terbuka
Alat dan Bahan · Bahan gips dengan ukuran sesuai ekstremitas tubuh yang akan di gips
  • Baskom berisi air biasa ( untuk merendam gips )
  • Baskom berisi air hangat.
  • Gunting perban .
  • Bengkok.
  • Perlak dan alasnya.
  • Waslap.
  • Pemotongan gips .
  • Kasa dalam tempatnya.
  • Alat cukur.
  • Sabun dalam tempatnya.
  • Handuk.
  • Krim kulit.
  • Spons rubs
  • Padding
  • Prosedur
· Siapkan klien dan jelaskan prosedur yang akan dikerjakan.
· Siapkan alat –alat yang akan digunakan untuk pemasangan gips .
· Daerah yang akan dipasang gips dicukur, dibersihkan, dan dicuci dengan sabun, kemudian dikeringkan dengan handuk dan diberi krim kulit.
· Sokong ekstremiras atau bagian tubuh yang akan digips .
· Posisikan dan pertahankan bagian yang akan di gips dalam posisi yang ditentukan dokter selama prosedur.
  • Pasang spongs rubbs pada bagian tubuh yang akan dipasang gips, pasang dengan cara yang halus dan tidak mengikat. Tambahkan padding di daerah tonjolan tulang dan pada jalur syaraf.
· Rendam gisp dalam baskom berisi air beberapa saat sampai gelembung – gelembung udara keluar. Peras untuk mengurangi jumlah air dalam gips.
· Pasang gips secara merata pada bagian tubuh. Pembalutan gips secara melingkar mulai dari distal ke proksimal tidak terlalu kendur atau terlalu ketat. Pada waktu membalut, lakukan dengan gerakan bersinambungan agar terjaga ketumpah tindihan lapisan gips. Dianjurkan dalam jarak yang tetap. Lakukan dengan gerakan yang bersinambungan agar terjaga kontak yang constant dengan bagain tubuh.
· Setelah selesai pemasangan, haluskan tepinya, potong serta bentuk dengan pemotongan gips atau cutter.
· Bersihkan partikel bagian gips dari kulit yang terpasang.
· Sokong gips selama pengerasan dan pengeringan dengan telapak tangan. Jangan diletakkan pada permukaan keras atau pada tepi yang tajam dan hindari tekanan pada gips.
· Bersihkan partikel bagian gips dari kulit yang terpasang.
· Sokong gips selama pengerasan dan pengeringan dengan telapak tangan. Jangan diletakkan pada permukaan keras atau pada tepi yang tajam dan hindari tekanan pada gips.
logo unsri
Standar Operasional Prosedur (SOP)
Skin Traksi
Tanggal terbit Disahkan oleh
Ka. Prodi PSIK
Hikayati, S.Kep., Ns.
Pengertian § Penarikan dengan tekanan yang dilakukan dengan tujuan spesifik pada bagian tubuh dengan manual atau dengan alat mekanik
§ Mekanisme dimana terjadi penarikan yang tertaur dan terus menerus di pasang pada anggota badan.
§
Tujuan · Terapi konservatif pada fraktur
ü Reposisi fragmen tulang
ü Imobilisasi fragmen tulang
ü Imobilisasi sementara
ü Mempertahankan gerakan sendi
· Terapi penyakit/deformitas tertentu :
ü Mengurangi/menghilangkan spasme otot
ü Melawan kontraktur sendi
ü Melawan kontraktur otot
ü Memperbaiki letak sendi panggul pada penyakit CDH
Indikasi · Digunakan pada anak
· Traksi temporer, hanya untuk beberapa hari, misalnya pre operasi
· Fraktur- fraktur yang bengkak dan tidak stabil misalnya fraktur suprakondiler humeri pada anak-anak
· Tahanan kecil dibutuhkan untuk menjaga reduksi 5kg
· Kerusakan kulit atau adanya sepsis diarea tersebut
KontraIndikasi · Trombo emboli
· Absersi, infeksi serta alergi pada kulit
· Nekrosis kulit
· Odema distal
· Obstrusi vaskuler
Alat dan Bahan · traksi Buck atau traksi Bryant
· Pisau cukur
· Balsam perekat
· Alat rawat luka
· Latrol atau purley
  • Bebab
· Bantalan conter traksi
  • Gunting
  • Marker
· Bedak kulit
· Kom berisi air putih
  • Handuk
· Sarung tangan bersih
Prosedur · Cuci tangan dan pasang sarung tangan
· Mengatur posisi tidur pasien supinasi
· Bila ada luka dirawat dan ditutup luka
· Bila banyak rambut dicukur
· Beri tanda batas pemasangan plester menggunakan bolpoint
· Beri balsam perekat
· Ambil skin traksi kit lalu rekatkan plester pada bagian medial dan lateral kaki secara simetris dengan tetap menjaga immobilitas fraktur
· Pasang katrol lurus dengan kaki bagian fraktur
· Masukkan tali pada pulley control
· Sambung tali pada beban (1/7 BB)
· Pasang bantalan konter traksi atau bantal penyangga kaki
· Atur posisi pasien nyaman dan rapikan
DAFTAR PUSTAKA
Ayu, Mardiayana. 2012. Pelaksanaan pada Fraktur. http://blogspotkeperawatan.com (diunduh 7 Oktober 2015)
Long, Barbara C. 1996. Perawatan Medikal Bedah. Bandung: Universitas Padjajaran
Makalah Balut Bidai. 2013. http://Nursingmusicmovie.com (diunduh 8 Oktober 2015)
Perry, Potter. 2005. Fundamental Keperawatan Vol. 2. Jakarta: EGC
Purwanto, Sigit. 2015. Bahan Ajar Keperawatan Medikal Bedah III (PPT). Indralaya. Universitas Sriwijaya.
Purwanto, Sigit.2015. Pratikum Gips. Indralaya: Universitas Sriwijaya
Purwanto, Sigit.2015 Penanganan Fraktur.Indralaya: Universitas Siwijaya
Riyadi, Sujono, 2011. Keperawatan Medikal Bedah. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
SOP Bidai dan Balut. 2012. http://fourseasonnews.blogspot.co.is/2012/08/SOP-bidai_html . (diunduh 9Oktober,2015)


EmoticonEmoticon

About