Look at this

Minggu, 18 Maret 2018

Makalah Perawatan Stoma (Stoma Care)


BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Diversi usus atau fekal secara umum disebut pembedahan ostomi, dapat permanen atau sementara. Ini dilakukan terutama pada obstruksi usus mekanis, paling umum adalah kanker kolon, kolitis ulseratif, penyakit divertikular, dan trauma pada usus.
Ostomi dibuat melalui pembedahan dengan membuat lubang (stoma) melaui dinding abdomen dengan menggunakan segmen proksimal dari usus. Feses kemudian dikeluarkan melalui stoma. Perawatan pada proses evakuasi kotoran melalui stoma ini harus diperhatikan, agar pasien merasa nyaman dan tidak terjadi komplikasi di daerah sekitar stoma (Nurachmah & Sudarsono, 2000)

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian dalam latar belakang masalah yang telah dikemukakan, dirumuskan masalah umum makalah ini sebagai berikut :
1. Bagaimana anatomi Kolon ?
2. Apa yang dimaksud dengan stoma?
3. Apa saja jenis-jenis stoma?
4. Apakah indikasi dan kontraindikasi dilakukannya ostoma care?
5. Apa saja kompilkasi dilakukan ostoma ?
6. Bagaimana persiapan pre-operasi dan stoma sitting?
7. Bagaimana penatalaksanaan post operasi dan stoma care?

C. Tujuan

Adapun tujuan yang ingin dicapai penulis dalam penyusunan makalah ini adalah:
1. Untuk mengetahui anatomi kolon
2. Untuk mengidentifikasi pengertian stoma
3. Untuk mengetahui jenis-jenis stoma
4. Untuk mengidentifikasi indikasi dilakukan stoma
5. Untuk mengetahui komplikasi dilakukannya stoma
6. Untuk menjelaskan persiapan pre operasi dan stoma sitting
7. Untuk menjelaskan penatalaksanaan psot operasi dan perawatan stoma (stoma care)

LIHAT JUGA SOP STOMA CARE

 BAB II

PEMBAHASAN

A. Anatomi Colon

Usus besar atau kolon dalam anatomi adalah bagian usus antara usus buntu dan rektum. Usus ini merupakan saluran yang berhubungan dengan ileum dan berakhir di anus. Panjangnya sekitar 1,5 m, diameternya ± 6,3 cm, pH nya 7,5-8. Fungsi utama organ ini adalah menyerap air dari feses. Pada mamalia, kolon terdiri dari kolon menanjak (ascending), kolon melintang (transverse), kolon menurun (descending), kolon sigmoid, dan rektum. Bagian kolon dari usus buntu hinggapertengahan kolon melintang sering disebut dengan "kolon kanan", sedangkan bagian sisanya sering disebut dengan "kolon kiri".
Fungsi usus besar:
1. Mengabsorbsi 80%-90% air dan elektrolit dari kimus yang tersisa dan mengubah kimus dan cairan menjadi massa semipadat.
2. Memproduksi kimus.
3. Mengeksresikan zat sisa dalam bentuk feses.
Usus besar dibedakan menjadi:
a. Coecum. Merupakan pembatas antara ileum dengan kolon.
b. Kolon. Pada kolon terjadi gerakan mencampur isi kolon dengan gerakan mendorong. Pada kolon ada tiga divisi yaitu:
1) Kolon asendens; yang merentang dari coecum sampai ke tepi bawah hati disebelah kanan dan membalik secara horizontal pada fleksura hepatika.
2) Kolon transversum ; merentang menyilang abdomen ke bawah hati dan lambung sampai ke tepi lateral ginjal kiri, tempatnya memutar ke bawah pada fleksura spienik.
3) Kolon desendens; merentang ke bawah pada sisi kiri abdomen dan menjadi kolon sigmoid berbentuk S yang bermuara di rektum.

B. Definisi stoma

Stoma adalah lubang terbuka dari suatu saluran berrongga yang menghubungkan saluran tersebut dengan permukaan kulit, seperti ileostomi, kolostomi, dan urotomi (Grace & Borley, 2006). Stoma adalah lubang buatan pada abdomen utnuk mengalirkan urine atau faeces keluar dari tubuh. Pembuatan stoma ini sering bersamaan melalui operasi pembukaan dinding perut (laparotomi) dengan insisi di atas garis tengah perut (midline incision). Keberadaan stoma ini sangat penting karena merupakan pengganti lubang anus sebagai saluran pembuangan sementara atau bahkan permanen seumur hidup.
Pada stoma yang berfungsi dengan baik, kotoran akan keluar dari lubang stoma masuk ke kantong stoma (kolostomi bag). namun tidak jarang kantong stoma bocor karena kurang rapat yang menyebabkan iritasi kulit di sekitar stoma bahkan sampai menyebabkan kontaminasi luka operasi laparotomi. Agar stoma dapat berfungsi dengan baik dan luka operasi laparotomi dapat cepat sembuh maka perlu perawatan yangbaik dan benar paska operasi.

C. Jenis-jenis Stoma

1. Colostomy (Lubang buatan di usus besar)
Colostomy berasal dari kata kolon yang artinya usus besar dan stoma yang artinya mulut diartikan disini sebagai mulut yang dibuat dari usus besar dan lebih dikenal sebagai anus buatan. Kolostomi dikerjakan / dibuat pada keadaan :
a. Kanker usus besar terletak pada kolon rectum distal (kurang 5 cm dari batas anus)
b. Kanker genitalia yang sudah mengenai otot anus
c. Kanker usus besar yang terlambat dioperasi walaupun terletak dari 5 cm diatas anus
Jenis – Jenis Kolostomi
Kolostomi dibuat berdasarkan indikasi dan tujuan tertentu, sehingga jenisnya ada beberapa macam tergantung dari kebutuhan pasien. Kolostomi dapat dibuat secara permanen maupun sementara.
a. Kolostomi Permanen
Pembuatan kolostomi permanen biasanya dilakukan apabila pasien sudah tidak memungkinkan untuk defekasi secara normal karena adanya keganasan, perlengketan, atau pengangkatan kolon sigmoid atau rectum sehingga tidak memungkinkan feses melalui anus. Kolostomi permanen biasanya berupa kolostomi single barrel ( dengan satu ujung lubang)
b. Kolostomi temporer/ sementara
Pembuatan kolostomi sementara biasanya untuk tujuan dekompresi kolon atau untuk mengalirkan feses sementara dan kemudian kolon akan dikembalikan seperti semula dan abdomen ditutup kembali. Kolostomi temporer ini mempunyai dua ujung lubang yang dikeluarkan melalui abdomen yang disebut kolostomi double barrel.
2. Ileostomi
Tindakan bedah membuat suatu opening antara usus halus dengan dinding abdomen yang biasanya berasal dari ileum distal atau bahkan lebih proximal dari usus halus. Limbah usus keluar dari ileostomi dan dikumpulkan dalam suatu sistem pouching eksternal menempel di kulit. Ileostomi biasanya diletakkan di atas pangkal paha di sisi kanan perut.
3. Urostomy (Lubang buatan di kandung kemih)
Urostomy adalah ( pembukaan buatan ) stoma untuk sistem kemih. Sebuha urostomy di buat untuk memanfaatkan pengalihan kemih dalam kasusu dima drainase urin melalui kandung kemih dan uretra tidak mungkin bekerja kembali, misalnya setla operasi yang luas atau dalam kasus obstruksi. Penyabab dilakukan urostomy adalah Kanker kandung kemih, cedera tulang belakang, kerusakan dari cacat kandung kemih dan lahir seperti spina bifida.

D. Indikasi Stoma

Terdapat beberapa indikasi untuk dilakukannya pembuatan stoma. Secara umum, ostomi dilakukan pada kasus dimana tidak dimungkinkannya untuk melakukan anasomose usus secara langsung dengan berbagai alasan, atau ditakutkan adanya resiko kegagalan pada sambungan usus, pada kasus dimana tidak terdapat usus pada bagian distal seperti pada pasien pasca reseksi abdominoperineal. Indikasi untuk dilakukan ostomi, yaitu cancer, diverticular disease, inflamatory bowel disease-ulcurative colitis, crohn’s disease, radiation enteritis, complex perirectal, rectovaginal, or rectourethtal fistulas, trauma, obstruction, perforation, motality and functional disorder including idiopathic megarectum and megacolon, infection-necrotizing facilities, fournier’s gangrene, congenital disorder-imperforate anus, hirschsprung’s disease, necrotizing enterocolitis, intestinal atresias.

E. Komplikasi Stoma

1. Ciri-ciri stoma sehat
a. Berwaran merah muda :
b. Lembab
c. Tidak nyeri
d. Dapat “Bergerak”
2. Ciri-ciri stoma yang komplikasi
a. Komplikasi stoma ( kolap, perdarahan, diare berlebihan, feses jadi mirip pita, sulit buang air besar dan platus).
b. Obstruksi intestinal atau konstipasi
c. Krolaps sekmen proksimal
d. Perdarahan
e. Peningktan defekasi
f. infeksi
1. Gangguan pada kulit disekitar stoma ditandai dengan adanya erithema, maserasi, kemerahan, ulserasi dan melepuh
3. Komplikasi
Komplikasi yang biasanya terjadi pada pasien dengan pemasangan kolostomi yaitu :
a. Obstruksi/ penyumbatan
Penyumbatan dapat disebabkan oleh adanya perlengketan usus atau adanya pengerasan feses yang sulit dikeluarkan. Untuk menghindari terjadinya sumbatan, pasien perlu dilakukan irigasi kolostomi secara teratur. Pada pasien dengan kolostomi permanen tindakan irigasi ini perlu diajarkan agar pasien dapat melakukannya sendiri di kamar mandi.
b. Infeksi
Kontaminasi feses merupakan faktor yang paling sering menjadi penyebab terjadinya infeksi pada luka sekitar stoma. Oleh karena itu pemantauan yang terus menerus sangat diperlukan dan tindakan segera mengganti balutan luka dan mengganti kantong kolstomi sangat bermakna untuk mencegah infeksi.
c. Retraksi stoma/ mengkerut
Stoma mengalami pengikatan karena kantong kolostomi yang terlalu sempit dan juga karena adanya jaringan scar yang terbentuk disekitar stoma yang mengalami pengkerutan.
d. Prolaps pada stoma
Terjadi karena kelemahan otot abdomen atau karena fiksasi struktur penyokong stoma yang kurang adekuat pada saat pembedahan.
e. Stenosis
Penyempitan dari lumen stoma
f. Perdarahan stoma

F. Persiapan pre operasi dan stoma sitting

1. Persiapan Pre Operasi
Untuk penatalaksanaan pre operasi terdiri atas pengkajian,pendidikan kesehatan,konsultasi dan stoma siting.Pada pasca operasi ostomy, perawat harus melihat kembali laporan operasi pasien waktu di kamar bedah untuk mempelajari prosedur operasi, apa yang ditemukan pada saat operasi dan hasil patologi harus secepatnya diketahui karena akan menentukan prognosi.
2. Stoma sitting
Menandai pembedahan stoma untuk mendapatkan sebelum operasi stoma memungkinkan perut akan dinilai dalam posisi berbaring duduk dan berdiri. Penilaian semacam itu memungkinkan penentuan lokasi yang optimal. Perencanaan ini dapat membantu mengurangi masalah pasca operasi seperti kebocoran, tantangan pas, kebutuhan kantong kustom mahal, iritasi kulit, sakit dan kekhawatiran pakaian. Penempatan yang buruk dapat menyebabkan kesulitan yang tidak semestinya dan dampak psikologis dan kesehatan emosional. Penempatan yang baik meningkatkan kemungkinan kemerdekaan pasien dalam perawatan stoma dan kembalinya aktivitas normal. Hal yang Perlu Dipertimbangkan untuk menentukan lokasi pembedaan stoma:
a. Masalah Positioning : kontraktur, postur, mobilitas misalnya kursi roda kurungan, penggunaan walker dll
b. Fisik pertimbangan: perut besar / menonjol / terjumbai, lipatan perut, keriput, bekas luka / jahitan baris, stoma lain, otot rektus, garis pinggang, puncak iliaka, kawat gigi, payudara terjumbai, visi, ketangkasan, adanya hernia.
c. Pasien pertimbangan: Diagnosis, riwayat radiasi, pekerjaan umur, Lain-lain: Bedah preferensi, preferensi pasien, jenis ostomy atau penyelewengan, konsistensi tinja diantisipasi.
d. Beberapa situs stoma: Tandai stoma tinja dan urine pada bidang horisontal yang berbeda / baris.
Stoma in lying, sitting and standing position

G. Penatalaksanaan Post Operasi dan Stoma Care

1. Penatalaksanaan post operasi
a. Perawatan rutin untuk pasien post operative. Monitor tanda vital dan intake dan output, meliputi drainase lambung dan lainnya dari drain luka. Kaji perdarahan dari insisi abdomen dan perineal, kolostomi, atau anus. Evaluasi komplikasi luka yang lainnya, dan pertahankan integritas psikologi.
b. Monitor bising usus dan derajad distensi abdomen. Manipulasi pembedahan dari usus menghentikan peristaltik, menyebabkan ileus. Adanya bising usus dan pasase flatus indikasi kembalinya peristaltik.
c. Sediakan obat pengurang nyeri dan pemeriksaan rasa nyaman, seperti perubahan posisi. Klien yang mengalami nyeri postoperatif adekuat ditangani pemulihan lebih cepat dan mengalami beberapa komplikasi.
d. Kaji status pernafasan, sangga abdomen dengan selimut atau bantal untuk membantu batuk. Pemotongan kanker kolorektal dengan anastomosis usus atau kolostomi adalah bedah mayor abdominal. Perawatan untuk mengurangi nyeri, pertahankan fungsi pernafasan yang adekuat, dan cegah komplikasi pembedahan.
e. Kaji posisi dan patensi NGT, persambungan suction. Bila selang terlipat/sumbat, irigasi dengan gentle / hati-hati dengan normal saline steril. NGT digunakan postoperatif untuk dekompressi gastroinestinal dan fasilitasi penyembuhan dari anastomosa. Memastikan kelancaran penting untuk rasa nyaman dan penyembuhan klien.
f. Kaji warna, jumlah, dan bau drainase dan kolostomi (bila ada), catat berbagai perubahan atau adanya bekuan atau perdarahan berwarna merah terang. Drainase dapat berwarna merah terang dan kemudian gelap dan akhirnya bersih atau hijau kekuningan setelah 2 – 3 hari pertama. Perubahan warna; jumlah; atau bau dari drainase dapat mengindikasikan komplikasi seperti perdarahan, sumbatan usus, atau infeksi.
g. Perhatian bagi seluruh personal perawatan dengan klien reseksi abdomminoperitoneal untuk menghindari pemasangan temperatur rektal, suppositoria, atau prosedur rektal lainnya. Prosedur ini dapat merusak garis jahitan anal, menyebabkan perdarahan, infeksi, atau gangguan penyembuhan.
h. Pertahankan cairan intravena ketika masih dilakukan suction naso gastrik. Klien dengan suction NGT tidak mampu untuk makan dan minum peroral dan, selebihnya, kehilangan elektrolit dan cairan melalui NGT. Bila tidak dilakukan penggantian cairan dan elektrolit, klien berisiko dehidrasi; ketidakseimbangan sodium, potasium, dan chloride; dan alkalosis metabolik.
i. Pemberian antasid, antagonis histamin2-reseptor, dan terapi antibiotik dianjurkan. Tergantung pada prosedur yang dilakukan. Terapi antibiotik untuk mencegah infeksi akibat dari kontaminasi rongga abdominal dengan isi dari usus.
j. Pemberian cairan dan makanan oral dianjurkan.makanan dapat berupa cairan, dan kemudian diberikan sering dan porsi sedikit. Monitor bising usus dan monitor distensi abdomen sesering mungkin selama periode ini. Oral feeding dilakukan kembali perlahan-lahan untuk meminimalkan distensi abdomen dan trauma terhadap garis jahitan.
k. Anjurkan ambulasi. Merangsang peristaltik.
l. Mulai pengajaran dan perencanaan pulang. Konsultasikan dengan ahli diet untuk instruksi diet dan menu; beri penguatan pengajaran. Ajarkan klien tengang kemungkinan komplikasi postoperatif, seperti abses abdominal atau sumbatan usus. Ajarkan klien tentang tanda-tanda dan gejala komplikasi ini dan cara pencegahannya.
m. Nutrisi pada pasien stoma. Pasien stoma harus menghindari makanan yang mengandung gas, makanan yang dapat menimbulkan diare juga harus diidentifikasi, dan menghindari makanan yang melembekkan feces. Nutrisi pada pasien ileostomi harus menghindari makanan tinggi serat, harus banyak minum min. 8 gelas – 2 liter /hari, dan menjaga keseimbangan elektrolit. Adapun nutrisi pada pasien Urostomi harus menghindari makanan berbau, dan banyak minum air putih.
2. Stoma care.
Perawatan stoma sama halnya dengan perawatan luka operasi lainnya. Tidak sulit namun perlu kesabaran dan ketekunan serta sedikit tips agar stoma dan luka operasi dapat sembuh dengan baik. Tujuan dilakukan perawatan stoma ini supaya terlindungi dari kontaminasi dan mencegah terjadinya infeksi. Langkah-langkah perawatan stoma adalah sebagai berikut :
a. Sebelum melakukan perawatan stoma, siapkan peralatan dan bahan-bahan yangdibutuhkan seperti baskom bengkok (neer baken), hanscoon steril, pinset steril,gunting steril, kassa, steril PZ (NaCl 0,9%), betadin, dan plester. Ajak seorangasistensi perawat atau bila tidak mungkin bisa meminta pertolongan keluarga pasien dengan terlebih diberikan pengarahan.
b. Setelah peralatan sudah siap. Pakai hanscoon steril. Lalu buka kantong stoma pinset terlebh dulu.
c. Dengan kassa basah bersihkan luka jahitan stoma terlebih dulu mengarah kelumen stoma kolostomi. Evakuasi semua kotoran (feces) hingga bersih.
d. Setelah itu buka kassa penutup luka laparotomi. Bila plester terlalu kuatdapat dibasahi dengan alkohol agar mudah dibuka dan tidak sakit.
e. Bersihkan luka operasi dan sekitarnya dengan kassa steril yang sudah dibasahi dengan PZ mulai dari luka operasi ke arah tepi.
f. Dengan kassa basah lakukan penekanan pada luka agar bila ada pus dalam luka dapat keluar. Penekanan dilakukan karena meskipun dari luar luka operasi tampak kering, namun sering terdapat pus di dalamnya.
g. Apabila dirasa sudah cukup dan tidak ada pus yang keluar. Bersihkan dengankassa basah. Selanjutnya dikeringkan dengan memakai kassa steril.
h. Pada luka yang infeksius dan basah dapat diberikan antiseptik (Hemolok).
i. Pada luka dehisance/menggaung dan produksi pus masih banyak dapat digunakan kassa basah untuk menyerap pus agar cepat kering.
j. Tutup luka operasi dengan kassa steril 2 sampai tiga lapis dan difiksasi dengan plester. Penulis menyarankan memakai plester putih (hypafik) karena lebihkuat daya rekatnya dan tidak menimbulkan alergi pada kulit.
k. Selanjutkan bersihkan kembali luka sekitar stoma dan keringkan dengan kassa. Selanjutnya kantong stoma baru dapat dipasang.
l. Perawatan luka sebaiknya dilakukan sekali sehari. Bila luka masih tampak basah sekali sebaiknya dilakukan 2-3 kali sehari sesuai kondisi luka operasi.
m. Jahitan luka laparotomi dapat diangkat pada hari ke 10 post op.

BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Stoma merupakan pembuatan lubang dari kolon ke permukaan abdomen. Feseskeluar melalui stoma dengan aksi peristaltik. Stoma tidak mempunyai spincter, maka flatus dan feses keluar tidak terkontrol. Stoma yangnormal adalah segar, lembab, merah mengkilap, sama dengan mukosa bibir. Lokasistoma bisa dimana saja ditentukan oleh lesi kolon seperti : sekum, tranverse, dansigmoid.

B. Saran

Diharapkan coners dapat mempraktekan ostoma care pada saat menjalani praktik klinik dengan tepat dan benar.

DAFTAR PUSTAKA

Azza Upi. Stoma Care. (2011, https://www.scribd.com/doc/129970613/95854328-Makalah-Stoma ). Diakses 10 Oktober 2015.
Nurachmah, Elly & Ratna S, Sudarsono. 2000. Buku Saku Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta : EGC
Pierce A. Grace & Neil R. Borley. 2006. At a Glance Ilmu Bedah Edisi Ketiga. Jakarta: Penerbit Erlangga.
Setyorani, Dyah. 2007. Pemilihan Kantong Stoma yang Tepat Bagi Ostomate. Staf Keperawatan Dasar FIK-UNPAD.
Smeltzer, Suzanne C., 2001 , Buku Ajar Keperawatan Medikal-Bedah Brunner dan Sudarth., Edisi 8 , EGC: Jakarta.
Sudiyatmo, ( 2013, http://drsudiyatmo.blogspot.co.id/2013/02/intestinal-stoma.html ). diakses 10 Oktober 2015.
Udjanti, Wajan Juni.. Perawatan Ostomy. (2014, http://www.scribd.com/doc/202441218/SOP-Ostomy-2014-Wajan#scribd ). Diakses 09 Oktober 2015.


EmoticonEmoticon

About