Look at this

Sabtu, 21 Juli 2018

MAKALAH TENTANG WATER SEAL DRAINAGE (WSD)

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Bernapas merupakan aktivitas yang penting bagi mahluk hidup terutama manusia. Tubuh memerlukan oksigen yang cukup untuk proses metabolisme. Jika terjadi gangguan pada saluran pernapasan maka pertukaran gas akan terganggu dan membutuhkan bantuan untuk mengembalikan fungsi normal saluran pernapasan.

Mekanisme pernapasan normal bekerja dengan prinsip tekanan negatif. Tekanan di dalam rongga paru lebih rendah daripada tekanan pada atmosfer, yang akan mendorong udara masuk ke dalam paru selama inspirasi. Ketika rongga dada terbuka, untuk beberapa alasan akan menyebabkan paru kehilangan tekanan negatif yang berakibat pada kolapsnya paru. Pengumpulan udara, cairan atau substansi lain di dalam rongga paru dapat mengganggu fungsi kardiopulmonal dan bahkan menyebabkan paru kolaps. Substansi patologik yang terkumpul dalam rongga pleura dapat berupa fibrin, bekuan darah,cairan ( cairan serous, darah, dan pus ), serta gas.

Tindakan pembedahan pada dada hampir selalu menyebabka pneumothoraks. Udara dan cairan yang terkumpul dalam rongga intrapleura dapat membatasi ekspansi paru dan mengurangi pertukaran gas. Setelah tindakan operasi, perlu mengevakuasi dan mempertahankan tekanan negatif dalam ruangan pleura.

Water Seal Drainage ( WSD ) atau yang disebut dengan Chest-Tube atau pipa dada adalah suatu usaha untuk memasukkan kateter ke dalam rongga pleura dengan tujuan untuk mengeluarkan cairan yang terdapat di dalam rongga pleura, seperti misalnya pus pada empisema atau untuk mengeluarkan udara yang terdapat di dalam rongga pleura misalnya pneumotoraks.

Tindakan WSD berbeda dengan tindakan punksi atau thorakosintesis karena pemasangan kateter atau selang pada WSD berlangsung lebih lama dan dihubungkan dengan suatu botol penampung.

Kebutuhan pemasangan Water Seal Drainage ( WSD ) misalnya pada trauma ( luka tusuk di dada ), biasanya disebabkan oleh benda tajam, bila tidak mengenai jantung biasanya dapat menembus rongga paru-paru. Mekanisme penyebabnya bisa satu tusukan kuat ataupun suatu gerakan mendadak yang hebat. Akibatnya selain terjadi perdarahan dari rongga paru-paru, udara juga akan masuk ke dalam ronga paru-paru. Oleh karena itu, paru-paru pada sisi yang luka akan mengempis. Penderita nampak kesakitan ketika bernapas dan mendadak merasa sesak dan gerakan iga disisi yang luka menjadi berkurang ( Kartono, 1991 ).

B. Rumusan Masalah

1. Apa definisi dari Water Seal Drainage ( WSD ) ?

2. Apa saja tujuan pemasangan Water Seal Drainage ( WSD ) ?

3. Apa saja indikasi dan kontraindikasi dari pemasangan Water Seal Drainage ( WSD ) ?

4. Apa saja komplikasi dari pemasangan Water Seal Drainage ( WSD ) ?

5. Apa saja macam-macam dari Water Seal Drainage ( WSD ) ?

6. Bagaimana prosedur pemasangan Water Seal Drainage ( WSD ) ?

C. Tujuan

1. Tujuan Umum

Untuk memahami tentang pemasangan Water Seal Drainage ( WSD ).

2. Tujuan Khusus

a. Mampu memahami definisi dari Water Seal Drainage ( WSD ).

b. Mampu memahami tujuan pemasangan Water Seal Drainage ( WSD ).

c. Mampu memahami indikasi dan kontraindikasi dari pemasangan Water Seal Drainage ( WSD ).

d. Mampu memahami komplikasi dari pemasangan Water Seal Drainage ( WSD ).

e. Mampu memahami prosedur pemasangan Water Seal Drainage ( WSD ).

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Definisi

Water Seal Drainage ( WSD ) merupakan tindakan yang dilakukan untuk mengeluarkan udara, cairan berupa darah atau pus dari rongga pleura , rongga thorax, dan mediastinum dengan menggunakan pipa penghubung untuk mempertahankan tekanan negatif rongga tersebut ( Arif. 2008 ). Dalam keadaan normal rongga pleura memiliki tekanan negatif dan hanya terisi sedikit cairan pleura.

B. Tujuan Pemasangan

Tujuan pemasangan Water Seal Drainage adalah sebagai berikut :

1. Mengeluarkan cairan atau darah, udara dari rongga pleura dan rongga thorax.

2. Mengembalikan tekanan negatif pada rongga pleura.

3. Mengembangkan kembali paru yang kolaps.

4. Mencegah udara masuk kembali ke rongga pleura ( refluks drainage ) yang dapat menyebabkan pneumothoraks.

5. Mengalirkan udara atau cairan dari rongga pleura untuk mempertahankan tekanan negatif rongga tersebut.

C. Indikasi Pemasangan

1. Pneumothoraks

Pneumothoraks adalah suatu penumpukan dada diantara pleura viseralis dan parietalis yang menyebabkan rongga pleura sebenrnya, bukan rongga pleura potensial ( Ward, dkk. 2006 ). Pneumothoraks adalah kumpulan udara atau gas lain di rongga pleura yang menyebabkan paru kolaps ( Kozier, 2003 ).

Ciri-ciri pneumothoraks antara lain :

a. Spontan > 20% oleh karena rupture bleb.

b. Luka tusuk tembus.

c. Klem dada yang terlalu lama.

d. Kerusakan selang dada pada sistem drainase.

2. Hemothoraks

Hemothoraks adalah akumulasi darah dan cairan di rongga pleura, biasanya akibat trauma atau pembedahan ( Kozier, 2003 ).

Keadaan hemothoraks biasa terjadi pada kondisi :

a. Robekan pleura.

b. Kelebihan antikoagulan.

c. Pasca bedah thoraks

3. Thorakotomi

a. Lobektomi

b. Pneumoktomi

4. Efusi Pleura

Efusi pleura adalah suatu keadaan dimana terdapatnya penumpukan cairan dalam rongga pleura ( Soemantri, 2008 ).

5. Emfiema

Emfiema adalah keadaan terkumpulnya pus di dalam rongga pleura. Pus dapat mengisi satu lokasi pleura atau mengisi seluruh rongga pleura ( Muttaqin, 2008).

a. Penyakit paru serius.

b. Kondisi inflamasi.

D. Kontraindikasi Pemasangan

1. Infeksi pada tempat pemasangan.

2. Gangguan pembekuan darah yang tidak terkontrol.

E. Komplikasi

a. Komplikasi primer

1) Perdarahan

2) Edema paru

3) Tension pneumothoraks

4) Atrial aritmia

b. Komplikasi sekunder

1) Infeksi

2) Emfiema

c. Komplikasi lainnya

1) Laserasi yang mencederai organ

2) Perdarahan

3) Emfisema subkutis

4) Tube terlepas

5) Tube tersumbat

F. Prinsip Water Seal Drainage

Menurut Aziz ( 2011 ) prinsip yang digunakan pada water seal drainage adalah sebagai berikut :

1. Gravitasi

Udara dan cairan mengalir dari tekanan yang lebih tinggi ke tekanan yang lebih rendah .

2. Tekanan negatif

Udara atau cairan dalam rongga dada menghasilkan tekanan positif ( 763 mmHg atau lebih ) dalam rongga pleura. Udara dan cairan pada water seal pada selang dada menghasilkan tekanan positif yang kecil ( 761 mmHg ). Sebab udara dan cairan bergerak dari tekanan yang lebih rendah, maka udara dan cairan akan berpindah dari tekanan positif yang lebih tinggi pada rongga pleura ke tekanan positif yang lebih rendah yang dihasilkan oleh water seal.

3. Suction

Yaitu suatu kekuatan tarikan yang lebih kecil daripada tekanan atmosfir
( 760 mmHg ). Suction dengan kekuatan negatif 20 cmH2O menghasilkan tekanan subatmosfer 746 mmHg sehingga udara arau cairan berpindah dari tekanan lebih tinggi ke tekanan yang lebih rendah.

4. Water seal

Tujuan utama dari water seal adalah membiarkan udara keluar dari rongga pleura dan mencegah udara dari atomsfer masuk ke rongga pleura. Botol water seal diisi dengan cairan steril yang di dalamnya terdapat selang yang ujungnya terendam 2 cm. cairan ini memberikan batasan antara tekanan atmosfer dengan tekanan subatmosfer
( normal 754 mmHg – 758 mmHg ). Selang yang terendam 2 cm itu menghasilkan tekanan positif sebesar 1,5 mmHg semakin dalam selang water seal terendam air semakin besar tekanan positif yang dihasilkan. Pada saat ekspirasi, tekanan pleura lebih positif sehingga udara dan air dari rongga pleura bergerak masuk ke botol. Pada saat inspirasi tekanan pleura lebih negatif sehingga water seal mencegah udara atmosfer masuk ke rongga pleura.

G. Tipe Sistem Drainage

1. Sistem WSD Botol Tunggal

Sistem ini merupakan sistem drainase dada yang paling sederhana. Terdiri dari botol steril rapat udara yang berisi 100 ml air steril atau saline. Bagian penutup botol memiliki dua lubang. Selang udara yang pendek merupakan lubang udara, yang memungkinkan udara dari ruang pleura keluar dan untuk mencegah tekanan yang terbentuk pada rongga pleura. Satu lubang dengan ujung selang yang panjang masuk ke air sekitar 2 cm, sehingga ia bertindak sebagai water seal. Ujung selang tersebut dihubungkan ke tubing drainase dada pasien. Botol bertindak sebagai ruang pengumpul dan ruang water seal. Undulasi pada sistem mengikuti irama pernapasan, meningkat saat inspirasi dan turun saat ekspirasi.

Gambar 2.1 Water Seal Drainage Botol Tunggal

a. Keuntungan

1) Penyusunan sederhana.

2) Memudahkan untuk mobilisasi pasien.

a. Kerugian

1) Saat melakukan drainage, perlu kekuatan yang lebih besar dari ekpansi dada untuk mengeluarkan cairan atau udara.

2) Untuk terjadinya aliran ke botol tekanan pleura harus lebih tinggi dari tekanan dalam botol

3) Campuran darah drainage dan udara menimbulkan campuran busa dalam botol yang membatasi garis pengukuran drainage.

2. Sistem WSD Dua Botol

Pada sistem dua botol, botol pertama adalah sebagai botol penampung dan yang kedua bekerja sebagai water seal. Botol pertama bersambungan dengan selang drainage. Botol ini mulanya kosong dan hampa udara. Selang udara yang pendek pada botol pertama bersambungan dengan selang yang panjang pada botol kedua, yang menimbulkan water seal pada botol kedua. Cairan dari ruang pleura mengalir masuk ke dalam botol pertama dan udara dari ruang pleura ke water seal pada botol kedua.

Gambar 2.2 Water Seal Drainage Dua Botol

a. Keuntungan

1) Mampu mempertahankan water seal pada tingkat yang konstan.

2) Memungkinkan observasi dan tingkat pengukuran jumlah drainage yang keluar dengan baik.

3) Udara maupun cairan dapat terdrainage secara bersama-sama.

b. Kerugian

1) Untuk terjadinya aliran, tekanan pleura harus lebih tinggi dari tekanan botol.

2) Mempunyai batas kelebihan kapasitas aliran udara sehingga dapat terjadi kebocoran udara.

3. Sistem WSD Tiga Botol

Pada sistem tiga botol, botol pertama menampung drainage dari ruang pleura, botol kedua bertindak sebagai water seal dan botol ketiga merupakan botol pengontrol suction. Pada sistem ini yang terpenting adalah kedalaman selang dibawah air pada botol ketiga. Jumlah penghisap di dinding yang diberikan botol ketiga harus cukup untuk menciptakan putaran-putaran lembut gelembung dalam botol. Gelembung yang kasar menyebabkan kehilangan air, mengubah tekanan penghisap dan meningkatkan tingkat kebisingan.

Gambar 2.3 Water Seal Drainage Tiga Botol

a. Keuntungan

1) Sistem paling aman untuk mengatur penghisapan.

2) Tingkat water seal stabil.

3) Suction terkontrol.

b. Kerugian

1) Perakitan lebih kompleks sehingga lebih mudah terjadi kesalahan pada perakitan dan pemeliharaan.

2) Sulit untuk digunakan jika pasien ingin melakukan mobilisasi.

4. Sistem WSD Sekali Pakai

Sistem WSD sekali pakai memiliki jenis-jenisnya antara lain :

a. Pompa Penghisap Pleural Emerson

Merupakan pompa penghisap yang umum digunakan sebagai pengganti penghisap di dinding. Pompa penghisap emerson ini dapat dirangkai menggunakan sistem dua atau tiga botol.

Gambar 2.4 Water Seal Drainage Sekali Pakai

1) Keuntungan

a) Bahan dari plastik sehingga tidak mudah pecah.

b) Bersifat dispossible, bentuk tunggal, ringan dan mudah dibawa-bawa.

2) Kerugian

a) Mahal

b) Kehilangan water seal dan keakuratan pengukuran drainage bila unit terbalik.

b. Fluther Valve

1) Keuntungan

a) Ideal untuk transport karena segel air dipertahankan bila unit terbalik.

b) Kurang satu ruang untuk mengisi.

c) Tidak ada masalah dengan penguapan air.

d) Penurunan kadar kebisingan.

2) Kerugian

a) Mahal

b) Katup berkipas tidak memberikan informasi visual pada tekanan intra
pleural karena tidak adanya fluktuasi air pada ruang water seal.

H. Monitoring dan Perawatan Pasien yang Terpasang Sistem Water Seal Drainage

Menurut Indriono ( 2011 ) perawatan pasca pemasangan WSD antara lain :

1. Monitoring tanda-tanda vital khususnya kecepatan, kedalaman dan pola nafas setiap 2 jam atau sesuai kebutuhan, kaji kesimetrisan suara nafas.

2. Observasi selang water seal

Selama inspirasi, cairan dalam botol terhisap masuk ke selang water seal beberapa sentimeter sebab adanya penurunan tekanan intrapleura. Sebaliknya selama ekspirasi peningkatan tekanan intrapleura memaksa cairan balik ke selang. Fluktuasi atau pergerakan cairan bolak balik ( tidalling ) dalam selang water seal menunjukkan pergerakan ventilasi seseorang. Oleh karena itu saat tidalling terjadi, selang drainage dalam keadaan paten dan sisem drainage berfungsi semestinya. Tidalling stop saat paru telah mengembang kembali atau jika selang drainage terdapat obstruksi.

Jika tidalling tidak terjadi maka lakukan hal-hal berikut ini :

a. Cek untuk meyakinkan bahwa selang tidak tertekan.

b. Ubah posisi pasien.

c. Anjurkan pasien untuk nafas dalam dan batuk.

3. Observasi selang udara ( selang yang pendek )

Yakinkan bahwa selang ini tetap terbuka ke atmosfer untuk memungkinkan udara intrapleura keluar dari botol. Jika selang udara tersumbat, udara intrapleura yang terperangkap dalam botol penampung, meningkatkan tekanan dalam botol. Jika tekanan menjadi cukup besar, ia mencegah drainage udara dan cairan dari rongga pleura, mempercepat terjadinya tension pneumothoraks dan mengakibatkan pergeseran mediastinal.

4. Observasi cairan dalam botol water seal

Gelembung dalam botol water seal disebabkan oleh udara yang keluar dari rongga pleura masuk ke dalam cairan dalam botol. Gelembung yang intermiten adalah normal. Ini mengindikasikan bahwa sistem melakukan satu dari tujuannya seperti mengeluarkan udara dari rongga pleura. Gelembung yang intermiten bisa terjadi saat ekspirasi normal seseorang karena ekspirasi meningkatkan tekanan intrapleura dan mendorong udara melalui selang.

Gelembung yang terus menerus selama inspirasi dan ekspirasi mengindikasikan bahwa udara bocor masuk ke dalam sistem drainage atau rongga pleura. Situasi ini dapat dikoreksi yaitu dengan mencari lokasi kebocoran udara dan lakukan perbaikan jika dapat dilakukan. Gelembung yang terjadi cepat pada kondisi tidak terdapat kebocoran udara mengindikasikan kehilangan udara yang bermakna seperti dari insisi atau sobekan pada pleura.

5. Cek patensi selang setiap 2 sampai 4 jam, karena adanya obstruksi pada selang dada, mempengaruhi re ekspansi paru.

6. Monitor jumlah dan tipe dari drainage pada selang dada. Kehilangan volume yang besar dapat menyebabkan hipovolemi. Penurunan atau tidak adanya drainage dengan kondisi distress respiratory mengindikasikan adanya sumbatan. Penurunan atau tidak adanya drainage tanpa distress respiratory mengindikasikan paru sudah mengembang kembali.

7. Beri tanda atau batas drainage pada sisi luar tabung pengumpul setiap jam, sebagai acuan untuk pengukuran selanjutnya. Drainage secara bertahap berubah dari warna darah ke warna pink kemudian warna merah kecoklatan. Aliran yang tiba-tiba dan warna darah merah pekat terjadi karena perubahan posisi yang sering berupa darah yang lama yang dapat keluar ke selang dada. Laporkan drainase lebih dari 200 ml/jam, penurunan atau tidak ada drainase secara tiba-tiba, perubahan karakteristik dari drainase.

8. Pertahankan posisi selang dada

Tempatkan selang secara horizontal di tempat tidur dan ke arah bawah ke tabung pengumpul. Akumulasi drainase pada selang yang terjepit menghambat drainase ke sistem pengumpul dan meningkatkan tekanan paru, berikan area yang cukup untuk pergerakan pasien.

9. Selalu tempatkan sistem WSD lebih rendah dari dada pada posisi vertical untuk mencegah aliran balik cairan ke rongga pleura.

10. Kolaborasi dalam pemberian analgetic untuk mengontrol rasa sakit, karena rasa sakit bisa mempengaruhi keefektifan pernapasan.

11. Kaji daerah tusukan dan kulit sekitar daerah tusukan akan adanya subcutaneous air dan tanda-tanda infeksi atau inflamasi dengan mengganti balutan setiap hari.

BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan

Water Seal Drainage ( WSD ) merupakam suatu tindakan invasive yang dilakukan untuk mengeluarkan udara atau cairan ( darah, pus ) dari rongga pleura, rongga thoraks dan mediastinum dengan menggunakan pipa penghubung.

DAFTAR PUSTAKA

Aziz. ( 2011 ). Prosedur Pemasangan dan Pencabutan WSD. ( Online ). Senyumbening.blogspot.com. Diakses 10 Oktober 2015

Indriono. ( 2011 ) . Perawatan Pasien Setelah Dilakukan Tindakan Pemasangan Alat WSD. ( Online ). Anikindriono.blogspot.com. Diakses 10 Oktober 2015.

Muttaqin, Arif. ( 2008 ). Buku Ajar Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan Sistem Pernapasan . Jakarta: Salemba Medika.

Ward, dkk.( 2006 ).Glance Sistem Respirasi. Jakarta: Erlangga

Tamsuri, Anas. 2008. Klien dengan Gangguan Pernapasan. Jakarta:EGC


EmoticonEmoticon

About