Look at this

Sabtu, 21 Juli 2018

MAKALAH TENTANG HUKNAH ATAU ENEMA

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar belakang

Eliminasi merupakan kebutuhan dasar manusia yang esensial dan berperan penting dalam menentukan kelangsungan hidup manusia. Eliminasi dibutuhkan untuk mempertahankan homeostasis melalui pembuangan sisa – sisa metabolisme. Secara garis besar, sisa metabolisme tersebut terbagi kedalam dua jenis yaitu sampah yang berasal dari saluran cerna yang dibuang sebagai feses / nondigestibel waste serta sampah metabolisme yang di buang baik bersama feses ataupun melalui saluran lain seperti urine, CO2, H2O, nitrogen. Eliminasi terbagi atas dua jenis yaitu eliminasi fecal (Feses) dan eliminasi urine (buang air kecil).

Pemenuhan kebutuhan eliminasi terdiri dari kebutuhan eliminasi alvi (berhubungan dengan defekasi) dan kebutuhan eliminasi uri (berhubungan dengan berkemih) (Hidayat & Uliyah, 2005). Eliminasi produk sisa pencernaan yang teratur merupakan aspek yang penting untuk fungsi normal tubuh. Perubahan eliminasi dapat menyebabkan masalah pada sistem gastrointestinal dan sistem tubuh lainnya seperti obstipasi, inkontinesia, retensi urine dan lain-lain. Fungsi usus bergantung pada keseimbangan beberapa faktor, pola dan kebiasaan eliminasi bervariasi diantara individu.

Hingga kini berbagai inovasi bentuk enema dan jenis enema dibuat dengan tujuan untuk mempermudah dalam cara pemberian, faktor kenyamanan dan simpel. Beberapa prosedur yang dapat dilakukan, diantaranya pemenuhan eliminasi alvi dengan pispot pada pasien yang tidak mampu melakukan secara mandiri, melakukan hukna redah, huknah tinggi, pemberian gliserin per rektal, evakuasi manual kebutuhan eliminasi dengan urinal pada pasien yang tidak mampu melakukan secara mandiri dan pemasangan kateter kondom (Hidayat & Uliyah, 2005).

Pada permulaannya tindakan enema atau huknah dikenal dengan nama Clyster (abad ke 17 M) menggunakan clyster syringe yang terdiri dari tabung syrine, pipa anus dan batang pendorong. Clyster digunakan sejak abad ke 17 (atau sebelumnya) hingga abad ke 19, kemudian digantikan dengan syringe balon, bocks, dan kantong. Pada awal era modern Francis Mauriceau dalam The Diseases of Women with Child mencatat para bidan memberikan enema pada wanita hamil menjelang melahirkan.

Pada abad ke 20, enema atau huknah digunakan secara luas di negara tertentu seperti Amerika serikat, saat itu enema merupakan ide yang sangat baik untuk cuci kolon pada kasus fever, menjelang partus dengan tujuan untuk mengurangi keluarnya feses saat partus. Beberapa kontroversi diperdebatkan penggunaan enema untuk mempercepat proses melahirkan dengan menstimulasi terjadinya kontraksi, pada akhirnya enema atau huknah dengan tujuan ini dilarang karena para obstetrik menggunakan oxytocin sebagai penggantinya selain dikarenakan para ibu hamil merasa tidak nyaman dengan tindakan enema ini.

Pada masa John Donne Elegy XVIII, pada masa itu kaum pria menyalahgunakan tindakan enema dengan melukai selaput dara pengantin wanita menggunakan clyster. Clyster juga tercatat pada periode sado-masochistic, pada masa itu mereka menggunakan enema sebagai tindakan disipliner. Khususnya wanita dihukum menggunakan clyster berukuran besar untuk periode tertentu, sebagai contoh ditemukan dalam The Prussian Girl oleh P.N Dedeaux. Clyster merupakan pengobatan yang banyak digemari oleh orang berada dan terhormat di dunia barat hingga abad ke 19. William Laighton dari Portsmouth, New Hampshire merupakan orang pertama yang mendapat hak paten untuk kursi enema pada 8 agustus 1846 (Cintya, 2011).

Untuk menangani masalah eliminasi pasien, perawat harus memahami eliminasi normal dan faktor-faktor yang meningkatkan atau menghambat eliminasi. Asuhan keperawatan yang mendukung akan menghormati privasi dan kebutuhan emosional pasien. Tindakan yang dirancang untuk meningkatkan eliminasi normal juga harus meminimalkan rasa ketidaknyamanan.

B. Tujuan

Tujuan dari pembuatan makalah ini yaitu ;

1. Mengetahui jenis-jenis enema (huknah).

2. Mengetahui teknik pemberian dan pelaksanaan tindakan enema (huknah).

C. Manfaat

Manfaat dari pembuatan makalah ini yaitu membantu proses pembelajaran mahasiswa keperawatan khususnya mengenai pemasangan enema (huknah).

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Pengertian Enema (Huknah)

Enema adalah tindakan memasukkan cairan ke dalam usus melalui rektum, sehingga cairan tersebut dapat mengalir balik atau tertahan. Istilah ini biasanya didahului dengan nama cairan enema yang digunakan. Lebih lanjut enema dapat diberi nama menurut fungsi cairan tersebut. Enema untuk evakuasi biasanya dibuat secara komersial dalam kemsan kecil-kecil sebagai enema disposabel: zat kimia yang ada dalam enema tersebut akan menarik ke dalam usus sehingga meningkatkan pembilasan dan kontraksi peristaltik usus distal. Jenis enema yang dibiarkan tertahan dalam usus sering digunakan adalah kortison (Sue Hinchliff, 1999).

Enema ( huknah ) adalah memasukkan larutan yang berfungsi sebagai pencahar ke dalam rektum dan kolon ( Asmadi, 2008). Alasan utama enema ialah untuk meningkatkan defekasi dengan menstimulasi peristaltik. Pemberian eneme dapat digunakan untuk melunakkan fases yang telah menjadi impikasi atau untuk mengosongkan rectum dan kolon bawah untuk prosedur diagnostic atau pembedahan. Enema juga diberikan sebagai alat transportasi obat-obatan yang menimbulkan efek lokal pada mukosa rektum.

B. Jenis Enema (Huknah)

Jenis-jenis enema antara lain (Hidayat & Uliyah, 2005):

1. Enema tinggi: Memasukan cairan hangat melalui anus sampai ke kolon asenden dengan menggunakan kanula usu. Umumnya dilakukan untuk persiapan operasi.

2. Enema rendah: Memasukan cairan hangat melalui anus sampai ke kolon desenden dengan menggunakan kanula rektal melalui anus. Huknah rendah dilaksanakn sebelum operasi dan pasien yang mengalami obstipasi. Selama tindakan ini posisi klien dipertahankan miring ke kiri.

Perbedaan enema tinggi dan enema rendah

No

Perbedaan

Enema rendah

Enema tinggi

1.

2.

3.

4.

5.

6.

  • Tindakan

Tujuan

Kanul enema

  • Posisi

Jumlah cairan hangat yang diberikan untuk dewasa

· Tinggi irigator

· Tindakan memasukkan cairan hangat dari rektum ke dalam kolon desenden

Mengosongkan usus sebagai persiapan tindakan operasi, colonoscopy

· Kanula Recti

· Posisi sims miring kekiri

· 500 ml

  • ± 30 cm dari tempat tidur

· Tindakan memasukkan cairan hangat dari rektum dimasukkan kedalam kolon asenden.

· Membantu mengeluarkan fases akibat konstipasi.

  • Kanula usus

· Posisi sim’s miring ke kanan

  • 750-1000ml

· ± 30-45 cm dari tempat

tidur

(Sari, 2011)

C. Indikasi dan Kontraindiaksi Enema (Huknah)

1. Indikasi Enema

a. Konstipasi

b. Kebiasaan buang air besar yang tidak teratur

c. Penggunaan laxative yang berlebihan.

d. Peningkatan stress psikologis

e. Impaksi fases (tetahannya feses)

f. persiapan pra operasi

g. untuk tindakan diagnostik misalnya pemariksaan neurologi

h. pasien dengan malaena

2. Kontraindikasi Enema

a. Hemoroid yang berdarah

b. Keganasan kolon atau rektum

c. diare

d. Post operasi

e. Pasien dengan gangguan fungsi jantung atau gagal ginjal,tumor rektum dan kolon.

D. Tujuan Enema (Huknah)

Enema atau huknah dilakukan untuk mengobati penyakit ringan seperti sakit perut, kembung namun pada perkembangannya digunakan untuk berbagai tujuan yang berbeda seperti telah diuraikan dalam sejarah dilakukannya tindakan ini. Pada akhirnya setelah ilmu pengetahuan medis berkembang dengan adanya penelitian dan ditemukannya berbagai peralatan medis, penggunaan enema saat ini jauh lebih spesifik dari masa awal keberadaannya.

1. Tujuan Enema tinggi

a. Membantu mengeluarkan fases akibat konstipasi atau impaksi fekal

b. Membantu defaksi yang normal sebagai bagian dari program latihan defakasi (bowel training program)

c. Tindakan pengobatan / pemeriksaan diagnostik.

2. Tujuan enema rendah

a. Menggosongkan usus pada pra-pembedahan untuk mencegah ha-hal yang tidak diinginkan selama operasi berlangsung, seperti buang air besar.

b. Merangsang buang air besar atau merangsang peristaltik usus untuk mengeluarkan feses karena kesulitan untuk defekasi (pada pasien sembelit).

E. Manfaat Enema (Huknah)

1. Merangsang gerakan usus besar, berbeda dengan laxative. Perbedaan utama terletak pada cara penggunaannya, laxative biasanya diberikan per oral sedangkan enema diberikan langsung ke rectum hingga kolon. Setelah seluruh dosis enema hingga ambang batas daya tampung rongga kolon diberikan, pasien akan buang air bersamaan dengan keluarnya cairan enema ke dalam bedpan atau di toilet. , larutan garam isotonik sangat sedikit mengiritasi rektum dan kolon, mempunyai konsentrasi gradien yang netral. Larutan ini tidak menarik elektrilit dari tubuh – seperti jika menggunakan air biasa – dan larutan ini tidak masuk ke membran kolon – seperti pada penggunaan phosphat. Dengan demikian larutan ini bisa digunakan untuk enema dengan waktu retensi yang lama, seperti melembutkan feses pada kasus fecal impaction.

2. Membersihkan kolon bagian bawah (desenden) menjelang tindakan operasi seperti sigmoidoscopy atau colonoscopy. Untuk kenyamanan dan mengharapkan kecepatan proses tindakan enema dapat diberikan disposibel enema dengan konsentrasi lebih kental berbahan dasar air yg berisikan sodium phospat atau sodium bikarbonat.

3. Sebagai jalan alternatif pemberian obat. Hal ini dilakukan bila pemberian obat per oral tidak memungkinkan, seperti pemberian antiemetik untuk mengurangi rasa mual, beberapa anti angiogenik lebih baik diberikan tanpa melalui saluran pencernaan , pemberian obat kanker, arthritis, pada orang lanjut usia yang telah mengalami penurunan fungsi organ pencernaan, menghilangkan iritable bowel syndrome menggunakan cayenne pepper untuk squelch iritasi pada kolon dan rectum dan untuk tujuan hidrasi.

4. Pemberian obat topikal seperti kortikosteroid dan mesalazine yang digunakan untuk mengobati peradangan usus besar.

5. Pemeriksaan radiologi seperti pemberian barium enema. Enema berisi barium sulphat , pembilasan dengan air atau saline dilakukan setelah selesai dengan tujuan untuk mengembalikan fungsi normal dari kolon tanpa komplikasi berupa konstipasi akibat pemberian barium sulphat.

F. Teknik Pemberian Enema (Huknah) Tinggi dan Rendah

1. Persiapan alat dan bahan

Pemberian melalui selang rektal dengan wadah enema pada enema rendah dan enema tinggi.

a. Volume larutan hangat

1) Dewasa : 700-1000ml, dengan suhu 40,5-43ºC

2) Anak – anak :

a) Bayi : 150-250ml

b) Usia bermain (toddler): 250-350ml

c) Usia sekolah : 300-500ml

d) Remaja : 500-700 ml

Cat : Suhu cairan yang digunakan untuk anak-anak adalah 37,7ºC, sedang untuk dewasa dihangatkan 40,5-43ºC

b. Vaseline atau jeli

c. Wadah enema (huknah)

d. Selang rektal dengan ujung bulat.

1) Dewasa : No.22-30 G French(fr)

2) Anak – anak : No.12-18 fr

e. Selang menghubungkan selang rektal ke wadah (selang irrigator)

f. Klem pengatur pada selang

g. Termometer air untuk mengukur suhu larutan

h. Perlak pengalas

i. Selimut mandi

j. Kertas toilet

k. Pispot

l. Waslap, handuk serta sabun

m. Masker

n. Sarung tangan sekali pakai

o. Tiang intravena

p. Bengkok

2. Persiapan pasien

a. Mengucapkan salam terapiutik

b. Memperkenalkan diri

c. Menjelaskan pada klien dan keluarga tentang prosedur dan tujuan tindakan yang akan dilaksanakan

d. Membuat kontak (waktu, tempat dan tindakan yang akan dilakukan)

e. Selama komunikansi digunakan bahasa yang jelas, sistematis serta tidak mengancam

f. Klien atau keluarga diberi kesempatan bertanya untuk klasifikasi

g. Memperlihatkan kesabaran, punuh empati, sopan, dan perhatian serta respek selama berkomunikasi dan melakukan tindakan

h. Pasien disiapkan dalam posisi yang sesuai

3. Persiapan lingkungan

a. Ruangan terutup

b. Pastikan semua jendela atau pintu dalam keadaan tertutup agar privasi terjaga.

c. Pasang sekat atau sampiran

d. Gunakan selimut untuk melindungi daerah privasi pasien

4. Prosedur pelaksanaan

Penatalaksanaan cleansing enema yang terdiri dari low enema (huknah rendah) dan high enema (huknah tinggi), diantaranya (Asmadi, 2008) :

a. Jelaskan prosedur kepada klien.

b. Tutup ruangan / tirai.

c. Susun wadah enema, hubungkan selang, klem, dan selang rektal.

d. Tutup klem pengatur

e. Siapkan larutan hangat dan periksa suhu larutan dengan termometer air atau dengan meneteskan sedikit larutan diatas pergelangan tangan sebelah dalam. Tambahkan larutan hangat kedalam wadah.

f. Bilas wadah, isi dengan larutan, lepaskan klem, dan biarkan larutan keluar sampai tak ada udara. Tempatkan dekat dengan unit tempat tidur untuk memenuhi selang. Klem kembali selang.

g. Bantu klien untuk pada posisi miring ke kiri (lateral kiri) untuk huknah rendah dan miring ke kanan untuk huknah tinggi dengan lutut kanan fleksi.

h. Letakkan perlak pengalas dibawah pantat klien dan letakkan pispot dekat dengan tempat tidur.

i. Gunakan masker

j. Cuci tangan dan gunakan sarung tangan.

k. Selimuti tubuh dan ekstrimitas bawah klien dengan selimut mandi, biarkan hanya anal yang kelihatan.

l. Beri pelumas 3-4 cm pada ujung selang rektal dengan pelumas jeli.

m. Dengan perlahan, regangkan bokong dan cari letak anus. Instrusikan klien untuk rileks dengan menghembuskan nafas perlahan melalui mulut.

n. Masukkan ujung selang rektal secara perlahan dengan mengarahkannya ke umbilikus klien. Panjang insersi beragam ; 7,4-10 cm untuk orang dewasa, 5-7,5 cm untuk anak-anak, dan 2,5-3,25 cm untuk bayi. Tarik selang dengan segera, jika ditemukan obstruksi.

o. Buka klem pengatur dan biarkan larutan masuk dengan perlahan dengan wadah setinggi pinggul klien.

p. Terus pegang selang sampai pengisian cairan berakhir.

q. Naikkan wadah secara perlahan sampai pada ketinggian diatas anus (30-45 cm untuk ketinggian enema tinggi, 30 cm untuk enema rendah, dan 7,5 cm untuk bayi). Waktu pengaliran sesuai dengan pemberian volume larutan (missal,1 liter dalam 10 menit).

r. Tutup klem selang setelah semua larutan dialirkan.

s. Letakkan lapisan tisu toilet disekitar selang pada anus dan dengan perlahan tarik selang.

t. Jelaskan pada klien bahwa perasaan distensi andominal (proses peningkatan tekanan abdominal yang menghasilkan peningkatan tekanan dalam perut dan menekan dinding perut) adalah normal.

u. Minta klien untuk menahan larutan selama mungkin saat berbaring ditempat tidur (untuk bayi atau anak kaci, dengan perlahan pegang kedua sisi pantat selama beberapa menit).

v. Bereskan wadah enema dan selang pada tempat yang telah disediakan.

w. Lepaskan sarung tangan dengan cara menariknya hingga terbalik dan taruh ke dalam wadah yang telah disediakan.

x. Bantu klien ke kamar mandi atau mengatur posisi pispot, kemudian observasi feses dan larutan (peringatkan klien agar tidak menyiram toilet sebelum perawat menginspeksi).

y. Bantu klien sesuai kebutuhan untuk mencuci area anal dengan air hangat dan sabun.

z. Cuci tangan kemudian dokumentasikan warna dan konsistensi feses.

BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Enema atau huknah adalah suatu tindakan memasukan suatu larutan ke dalam rektum dan kolon sigmoid. Tindakan ini diberikan untuk meningkatkan defekasi dengan merangsang peristaltic. Obat-obatan kadang diberikan dengan enema untuk mengeluarkan efek lokal pada mukosa rectal. Pemberian enema dapat digunakan untuk melunakkan fases yang telah menjadi impikasi atau untuk mengosongkan rektum dan kolon bawah untuk prosedur diagnostic atau pembedahan.

Enema dibedakan menjadi dua jenis yaitu enema tinggi dan enema rendah. Kedua jenis enama tersebut memiliki tujuan dan manfaat berbeda sesuai dengan kegunaan masing-masing. Indikasi melakukan enema antara lain konstipasi, kebiasaan buang air besar yang tidak teratur, persiapan pra operasi dan lain-lain. Kontraindikasi dalam melakukan enema antara lain hemoroid yang berdarah dan post operasi.

DAFTAR PUSTAKA

Asmadi. (2008). Konsep dan Aplikasi kebutuhan Dasar Klien. Jakarta : Salemba Medika.

Cintya. (2011). KDM Enema. (online). https://www.scribd.com. Diakses tanggal 9 Oktober 2015.

Hidayat & Uliyah. (2005) . BUKU SAKU PRAKTIKUM KEBUTUHAN DASAR MANUSIA. Jakarta: EGC

Hinchliff, Sue. (1999). Kamus Keperawatan. Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran.

Sari. (2011). Keperawatan Huknah. (Online). http://nindanurmalasari.blogspot.co.id/2011/12/huknah.html . Diakses tanggal 9 Oktober 2015.


EmoticonEmoticon

About