BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Lama perawatan dan berbagai penyakit yang terjadi di saluran pernafasan dapat mengakibatkan terkumpulnya sekret dalam paru-paru, hal ini mengakibatkan tersumbatnya jalan nafas sehingga aliran oksigen dan karbondioksida tidak dapat berjalan lancar.
Postural drainage merupakan salah satu fisoterapi dada yang berfungsi untuk membantu pasien dalam mengeluarkan sekret. Postural drainase adalah pembersihan secret jalan nafas segmen brongkus dengan pengaruh gravitasi (Hidayat, 2004). Pembersihan dengan cara ini dicapai dengan melakukan salah satu atau kurang lebih dari 10 posisi tubuh yang berbeda (Long, 1996). Drainase postural menggunakan posisi spesifik yang memungkinkan gaya gravitasi untuk membentu dalam membuang secret brongkial. Sekresi mengalir dari brongkuolus yang terkena ke dalam bronki dan trakea dan membuangnya dengan membatukkan atau pengisapan (Hidayat, 2004).
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian dalam latar belakang masalah yang telah dikemukakan, dirumuskan masalah umum makalah ini sebagai berikut :
1. Apa yang dimaksud dengan Postural Drainage ?
2. Apakah tujuan dari tindakan yang dilakukan pada Postural Drainage?
3. Apakah indikasi dan kontraindikasi pada tindakan Postural Drainage?
4. Bagaimana tindakan Postural Drainage?
5. Bagaimana metode Postural Drainage ?
C. Tujuan
Adapun tujuan yang ingin dicapai penulis dalam penyusunan makalah ini adalah:
1. Untuk mengetahui pengertian Postural Drainage
2. Untuk mengetahui fungsi tindakan Postural Drainage
3. Untuk mengetahui indikasi tindakan dan kontraindikasi Postural Drainage
4. Untuk mengetahui tindakan Postural Drainage
5. Untuk mengetahui metode yang di lakukan pada tindakan Postural Drainage
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Posturnal Drainase
Postural Drainage adalah pembersihan secret jalan nafas segmen bronkus dengan pengaruh gravitasi (Hidayat, 2004). Postural Drainase adalah pembersihan berdasarkan gravitasi sekret jalan napas dari segmen bronkus khusus (Hidayat, 2004). Ini dicapai dengan melakukan satu atau lebih posisi tubuh yang berbeda. Tiap posisi mengalirkan sekret khusus dari percabangan trakeobronkial-area paru atas,tengah,bawah-ke trakea. Batuk atau pengisapan kemudian dapat menghilangkan sekret dari trakea (Hidayat, 2004).
Postural Drainage (PD) merupakan salah satu intervensi untuk melepaskan
sekresi dari berbagai segmen paru dengan menggunakan pengaruh gaya
gravitasi (Fisioterapi Indonesia, 2012). Mengingat kelainan pada paru bisa
terjadi pada berbagai lokasi maka PD dilakukan pada berbagai posisi
disesuaikan dengan kelainan parunya. Dengan PD dapat dilakukan pencegahan
terkumpulnya sekret dalam saluran nafas terutama pada mereka yang tergolong
"high risk", disamping untuk mempercepat pengeluaran cairan patologik
lainnya yang berasal dari saluran nafas maupun perenkhim paru yang
viskositasnya kenta (Fisioterapi Indonesia, 2012). Keberhasilan dari PD
sering segera dapat dirasakan oleh penderitanya, yaitu dengan adanya
perbaikan ventilasi (Fisioterapi Indonesia, 2012).
Waktu yang terbaik untuk melakukan PD yaitu sekitar 1 jam sebelum sarapan
pagi dan sekitar 1 jam sebelum tidur pada malam hari (Hidayat, 2004).
B. Fungsi Postural Drainage
1. Untuk mengeluarkan secret yang tertampung.
2. Untuk mencegah akumulasi secret agar tidak terjadi atelektasis.
3. Mencegah dan mengeluarkan secret (Hidayat, 2004).
C. Indikasi dan Kontraindikasi pelaksanaan Postural Drainage
1. Indikasi
a. Profilaksis untuk mencegah penumpukan sekret yaitu pada :
- Pasien yang memakai ventilasi
· Pasien yang melakukan tirah baring yang lama
· Pasien yang produksi sputum meningkat seperti pada fibrosis kistik atau bronkiektasis
· Pasien dengan batuk yang tidak efektif (Hidayat, 2004)
b. Mobilisasi sekret yang tertahan :
· Pasien dengan atelektasis yang disebabkan oleh sekret
- Pasien dengan abses paru
- Pasien dengan pneumonia
- Pasien pre dan post operatif
· Pasien neurologi dengan kelemahan umum dan gangguan menelan atau batuk (Hidayat, 2004).
2. Kontraindikasi
a. Tension pneumotoraks
b. Hemoptisis
c. Gangguan sistem kardiovaskuler seperti hipotensi, hipertensi, infark miokard akutrd infark dan aritmia.
d. Edema paru
e. Efusi pleura yang luas (Hidayat, 2004).
D. Tindakan Postural Drainage
1. Tindakan
a. Terapis harus di depan pasien untuk melihat perubahan yang terjadi selama Postural Drainase.
b. Beberapa posisi tidak lebih dari 40 menit, tiap satu posisi 3 – 10 menit.
c. Dilakukan sebelum makan pagi dan malam atau 1 s/d 2 jam sesudah makan (Long,l 1996).
2. Penilaian Hasil Pengobatan
a. Pada auskultasi apakah suara pernafasan meningkat dan sama kiri dan kanan.
b. Pada inspeksi apakah kedua sisi dada bergerak sama.
c. Apakah batuk telah produktif, apakah sekret sangat encer atau kental.
d. Bagaimana perasaan pasien tentang pengobatan apakah ia merasa lelah, merasa enakan, sakit.
e. Bagaimana efek yang nampak pada vital sign, adakah temperatur dan nadi tekanan darah.
f. Apakah foto toraks ada perbaikan (Fisioterapi Indonesia, 2012).
3. Kriteria Untuk Tidak Melanjutkan Pengobatan
a. Pasien tidak demam dalam 24 – 48 jam.
b. Suara pernafasan normal atau relative jelas.
c. Foto toraks relative jelas.
d. Pasien mampu untuk bernafas dalam dan batuk (Fisioterapi Indonesia, 2012).
4. Drainase Postural Dapat Dihentikan Bila
a. Suara pernapasan normal atau tidak terdengar ronchi
b. Klien mampu bernapas secara efektif
c. Hasil rontgen tidak terdapat penumpukan sekret (Hidayat, 2004)
E. Metode Postural Drainage
Menurut Hidayat (2004) metode postural drainage terbagi menjadi 9 macam, yaitu:
1. Bronkus Apikal Anterior Lobus atas
Untuk menguras lendir dari segmen apikal lobus atas, minta pasien duduk di posisi yang nyaman di tempat tidur atau permukaan datar dan bersandar pada bantal terhadap kepala tempat tidur atau pemberi perawatan. Perawat menepuk dan menggetarkan di atas area otot antara tulang selangka dan bagian atas tulang belikat di kedua sisi selama 3 sampai 5 menit. Dorong pasien untuk mengambil napas dalam-dalam dan batuk selama perkusi untuk membantu membersihkan saluran udara.
2. Bronkus Apikal Posterior Lobus kanan
Minta Pasien duduk dengan nyaman di kursi atau sisi tempat tidur dan membungkuk, lengan menggantung, menghadap bantal. Perawat menepuk dan menggetarkan dengan kedua tangan di atas punggung atas pada kedua sisi kanan dan kiri.
3. Bronkus Lobus atas Anterior
Minta pasien berbaring datar di tempat tidur atau meja dengan bantal di bawah kepala dan kakinya untuk kenyamanan. Perawat menepuk dan menggetarkan sisi kanan dan kiri bagian depan dada, antara tulang selangka dan puting.
4. Bronkus Lingual Lobus atas kiri
Minta pasien berbaring miring ke kanan dan posisi Trandelenburg, dengan kaki di tempat tidur ditinggikan 30 cm. tempatkan bantal dibelakang punggung, dan gulingkan klien seperempat putaran ke bantal. Perawat menepuk dan menggetarkan daerah luar puting.
5. Bronkus Lobus tengah kanan
Minta pasien berbaring miring kiri dan tinggikan kaki tempat tidur 30 cm. tempatkan bantal di belakang punggung pasien dan gulingkan klien seperempat putaran bantal. Perawat menepuk dan menggetarkan di luar daerah puting yang tepat.
6. Bronkus Lobus bawah Anterior kanan dan kiri
Minta pasien berbaring terlentang dengan posisi Trandelenburg dengan kaki tempat tidur ditinggikan 45 sampai 50 cm. biarkan lutut menekuk pada bantal. Perawat menepuk dan menggetarkan di atas tulang rusuk yang lebih rendah di sisi kiri, seperti yang ditunjukkan di bagian yang diarsir dari diagram. Ini kemudian harus diulang pada sisi yang berlawanan, dengan perkusi dan getaran di atas tulang rusuk yang lebih rendah di sisi kanan dada.
7. Bronkus Basal Posterior kanan dan kiri
Minta pasien berbaring tengkurap dalam posisi Trendelenburg dengan kaki tempat tidur ditinggikan 45 sampai 50 cm. Perawat menepuk dan menggetarkan bagian bawah punggung, di atas sisi kiri dan kanan tulang belakang, hati-hati untuk menghindari tulang belakang dan tulang rusuk yang lebih rendah.
8. Bronkus Lateral Lobus bawah kanan dan kiri
Minta pasien berbaring miring ke kanan dan ke kiri pada posisi Trandelendurg dengan kaki tempat tidur ditinggikan 45 sampai 50 cm. Perawat menepuk dan menggetarkan di atas bagian paling atas dari bagian bawah tulang rusuk kiri, seperti yang ditunjukkan di daerah yang teduh. Ini kemudian harus diulang pada sisi yang berlawanan, dengan perkusi dan getaran selama bagian paling atas dari sisi kanan tulang rusuk yang lebih rendah.
9. Bronkus Superior Lobus bawah kanan dan kiri
Minta pasien berbaring terlungkup dengan bantal di bawah lambung. Perawat menepuk dan menggetarkan pada bagian bawah tulang belikat, di kedua sisi kanan dan kiri tulang belakang, hindari perkusi/tepukan langsung atau getaran di atas tulang belakang itu sendiri.
Gambar 2.1
Lobus paru-paru
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Drainage postural merupakan cara klasik untuk mengeluarkan secret dari paru dengan mempergunakan gaya berat (gravitasi) dari secret (Hidayat, 2004). Setiap posisi mengalirkan secret dari pohon trakheobronkhial ke dalam trachea. Waktu yang terbaik untuk melakukan Postural Drainage yaitu sekitar 1 jam sebelum sarapan pagi dan sekitar 1 jam sebelumtidur pada malam hari (Hidayat, 2004).
B. Saran
Diharapkan coners dapat mempraktekan Postural Drainage pada saat menjalani praktik klinik dengan tepat dan benar.
DAFTAR PUSTAKA
Fisioterapi Indonesia. 2012. Fisioterapi dada. ( http://www.fisioterapi.web.id/2012/12/fisioterapi-dada.html , diakses 10 Oktober 2015)
Hidayat, A. A. 2004. Buku Saku Praktikum Kebutuhan Dasar Manusia .Jakarta : EGC
Long, B. C. 1996. Perawatan Medikal Bedah (Suatu Proses Pendekatan Keperawatan). Bandung: Universitas Padjajaran.
|
Standar Operasional Prosedur (SOP) JUDUL: Postural Drainage |
|
Tanggal terbit: |
Disahkan oleh Ka.Prodi PSIK Ns.Hikayati.,M.Kep NIP.19760220 200212 2 001 |
|
Pengertian |
Postural Drainase adalah pembersihan berdasarkan gravitasi ekret jalan napas dari segmen bronkus khusus (Hidayat, 2004). Ini dicapai dengan melakukan satu atau lebih posisi tubuh yang berbeda. Tiap posisi mengalirkan sekret khusus dari percabangan trakeobronkial-area paru atas,tengah,bawah-ke trakea. Batuk atau pengisapan kemudian dapat menghilangkansekret dari trakhea. |
|
Tujuan |
A. Untuk mengeluarkan secret yang tertampung. B. Untuk mencegah akumulasi secret agar tidak terjadi atelektasis. C. Mencegah dan mengeluarkan secret (Hidayat, 2004). |
|
Indikasi |
A. Klien dengan jalan nafas tidak efektif B. Klien dengan pola nafas tidak efektif C. Kerusakan atau gangguan pertukaran gas |
|
Kontraindikasi |
A. Tension pneumotoraks B. Hemoptisis C. Gangguan sistem kardiovaskuler seperti hipotensi, hipertensi, infark miokard akutrd infark dan aritmia. D. Edema paru E. Efusi pleura yang luas. |
|
Prosedur Pelaksanaan |
A. Persiapan 1. Persiapan Alat a. Bantal dua atau tiga b. Tisu wajah c. Segelas air hangat d. Wadah dari kaca/ Sputum pot e. Kursi f. Masker g. Buku Catatan 2. Persiapan Perawat a. Mencuci tangan dengan sabun dan air bersih yang mengalir atau disiramkan b. Perawat harus mengetahui prosedur kerja dari postural drainase c. Menggunakan sarung tangan dan masker 3. Persiapan Pasien a. Identifikasi pasien yang jelas untuk memastikan pasien yang memperoleh terapi b. Pasien dan keluarga diberikan penjelasan tentang hal-hal yang akan dilakukan c. Longgarkan pakaian pasien terutama di daerah leher dan pinggang d. Pasien diatur dalam posisi senyaman mungkin B. Langkah-langkah 1. Jelaskan prosedur kepada pasien dan keluarga 2. Cuci tangan 3. Pakai masker 4. Dekatkan sputum pot 5. Pilih area yang tersumbat yang akan didrainase berdasarkan pengkajian semua bidang paru, data klinis dan gambaran foto dada. a. Bronkus Apikal Anterior Lobus atas b. Bronkus Apikal Posterior Lobus kanan c. Bronkus Lobus atas Anterior d. Bronkus Lingual Lobus atas kiri e. Bronkus Lobus tengah kanan f. Bronkus Lobus bawah Anterior kanan dan kiri g. Bronkus Basal Posterior kanan dan kiri h. Bronkus Lateral Lobus bawah kanan dan kiri i. Bronkus Superior Lobus bawah kanan dan kiri 6. Baringkan klien dalam posisi mendrainase area tersumbat. a. Bronkus Apikal Anterior Lobus atas Untuk menguras lendir dari segmen apikal lobus atas, minta pasien duduk di posisi yang nyaman di tempat tidur atau permukaan datar dan bersandar pada bantal terhadap kepala tempat tidur atau pemberi perawatan. Perawat menepuk dan menggetarkan di atas area otot antara tulang selangka dan bagian atas tulang belikat di kedua sisi selama 3 sampai 5 menit. Dorong pasien untuk mengambil napas dalam-dalam dan batuk selama perkusi untuk membantu membersihkan saluran udara. b. Bronkus Apikal Posterior Lobus kanan Minta Pasien duduk dengan nyaman di kursi atau sisi tempat tidur dan membungkuk, lengan menggantung, menghadap bantal. Perawat menepuk dan menggetarkan dengan kedua tangan di atas punggung atas pada kedua sisi kanan dan kiri. c. Bronkus Lobus atas Anterior Minta pasien berbaring datar di tempat tidur atau meja dengan bantal di bawah kepala dan kakinya untuk kenyamanan. Perawat menepuk dan menggetarkan sisi kanan dan kiri bagian depan dada, antara tulang selangka dan puting. d. Bronkus Lingual Lobus atas kiri Minta pasien berbaring miring ke kanan dan posisi Trandelenburg, dengan kaki di tempat tidur ditinggikan 30 cm. tempatkan bantal dibelakang punggung, dan gulingkan klien seperempat putaran ke bantal. Perawat menepuk dan menggetarkan daerah luar puting. e. Bronkus Lobus tengah kanan Minta pasien berbaring miring kiri dan tinggikan kaki tempat tidur 30 cm. tempatkan bantal di belakang punggung pasien dan gulingkan klien seperempat putaran bantal. Perawat menepuk dan menggetarkan di luar daerah puting yang tepat. f. Bronkus Lobus bawah Anterior kanan dan kiri Minta pasien berbaring terlentang dengan posisi Trandelenburg dengan kaki tempat tidur ditinggikan 45 sampai 50 cm. biarkan lutut menekuk pada bantal. Perawat menepuk dan menggetarkan di atas tulang rusuk yang lebih rendah di sisi kiri, seperti yang ditunjukkan di bagian yang diarsir dari diagram. Ini kemudian harus diulang pada sisi yang berlawanan, dengan perkusi dan getaran di atas tulang rusuk yang lebih rendah di sisi kanan dada. g. Bronkus Basal Posterior kanan dan kiri Minta pasien berbaring tengkurap dalam posisi Trendelenburg dengan kaki tempat tidur ditinggikan 45 sampai 50 cm. Perawat menepuk dan menggetarkan bagian bawah punggung, di atas sisi kiri dan kanan tulang belakang, hati-hati untuk menghindari tulang belakang dan tulang rusuk yang lebih rendah. h. Bronkus Lateral Lobus bawah kanan dan kiri Minta pasien berbaring miring ke kanan dan ke kiri pada posisi Trandelendurg dengan kaki tempat tidur ditinggikan 45 sampai 50 cm. Perawat menepuk dan menggetarkan di atas bagian paling atas dari bagian bawah tulang rusuk kiri, seperti yang ditunjukkan di daerah yang teduh. Ini kemudian harus diulang pada sisi yang berlawanan, dengan perkusi dan getaran selama bagian paling atas dari sisi kanan tulang rusuk yang lebih rendah. i. Bronkus Superior Lobus bawah kanan dan kiri Minta pasien berbaring terlungkup dengan bantal di bawah lambung. Perawat menepuk dan menggetarkan pada bagian bawah tulang belikat, di kedua sisi kanan dan kiri tulang belakang, hindari perkusi/tepukan langsung atau getaran di atas tulang belakang itu sendiri. 7. Minta klien mempertahankan posisi selama 10 sampai 15 menit. 8. Selama 10-15 menit drainase pada posisi ini, lakukan perkusi dada, vibrasi dan/atau gerakkan iga di atas area yang didrainase. 9. Setelah drainase pada postur pertama, minta klien duduk dan batuk. Tampung sekresi yang dikeluarkan dalam wadah yang bersih. Bila klien tidak dapat batuk, harus dilakukan pengisapan (suctioning). 10. Berikan tisu untuk membersihkan sputum. 11. Minta klien istirahat sebentar bila perlu. 12. Berikan minum. 13. Ulangi sampai semua area tersumbat yang dipilih telah terdrainase.setiap tindakan harus tidak lebih dari 30 sampai 60 menit. 14. Ulangi pengkajian dada pada semua bidag paru . 15. Cuci tangan |
|
Dokumentasi |
Catat jam, hari, tanggal, serta respon pasien setelah dilakukan tindakan postural drainage |
|
Evaluasi |
A. Auskultasi : suara pernapasan meningkat dan sama kiri dan kanan. B. Inspeksi : dada kanan dan kiri bergerak bersama-sama. C. Batuk produktif (secret kental/encer). D. Perasaan klien mengenai darinase postural (sakit, lelah, lebih nyaman). E. Efek drainase postural terhadap tanda vital (Tekanan darah, nadi, respirasi, temperature). F. Rontgen thorax. |
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Respirasi merupakan proses ganda, yaitu terjadinya pertukaran gas di dalam jaringan (penafasan dalam) dan yang terjadi di dalam paru-paru (pernafasan luar) (Long, 1996). Dengan bernafas setiap sel dalam tubuh menerima persediaan oksigennya dan pada saat yang sama melepaskan produk oksidasinya. Oksigen yang bersenyawa dengan karbon dan hidrogen dari jaringan, memungkinkan setiap sel sendiri-sendiri melangsungkan proses metabolismenya, yang berarti pekerjaan selesai dan hasil buangan dalam bentuk karbon dioksida dan air dihilangkan (Hidayat, 2004).
Gangguan sistem respirasi merupakan gangguan yang menjadi masalah besar di dunia khususnya Indonesia diantaranya adalah penyakit pneumonia, TBC, dan asma. Menurut laporan WHO pada tahun 2006, Indonesia merupakan negara dengan tingkat kejadian pneumonia tertinggi ke-6 di seluruh dunia (Kompasiana, 2015). Berdasarkan Survey Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) pada tahun 2001, pneumonia merupakan urutan terbesar penyebab kematian pada balita. Pneumonia dapat mengenai anak di seluruh dunia, bila diumpamakan kematian anak-anak di seluruh dunia akibat pneumonia, maka setiap jam, anak-anak sebanyak 1 pesawat jet penuh (230 anak) meninggal akibat pneumonia, yang mencapai hampir 1 dari 5 kematian balita di seluruh dunia. Insiden pneumonia di negara berkembang adalah 10-20 kasus/100 anak/tahun (10-20%) (Kompasiana, 2015).
Berbagai gangguan pernafasan dan kondisi tirah baring yang lama dapat menyebabkan penumpukan sekret yang berlebihan di saluran nafas sehingga dapat menyebabkan terganggunya sistem pertukaran gas dalam tubuh. Fisioterapi merupakan suatu cara atau bentuk pengobatan untuk mengembalikan fungsi suatu organ tubuh dengan memakai tenaga alam (Fisioterapi Indonesia, 2012). Dalam fisioterapi tenaga alam yang dipakai antara lain listrik, sinar, air, panas, dingin, massage dan latihan yang mana penggunaannya disesuaikan dengan batas toleransi penderita sehingga didapatkan efek pengobatan (Fisioterapi Indonesia, 2012).
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang tersebut, maka rumusan masalah pada makalah ini yaitu:
1. Apa yang dimaksud fisioterapi dada?
2. Apa tujuan fisioterapi dada?
3. Apa indikasi dan kontraindikasi fisioterapi dada?
4. Apa saja jenis-jenis fisioterapi dada?
C. Tujuan
1. Mengetahui pengertian fisioterapi dada.
2. Mengetahui tujuan fisioterapi dada.
3. Mengetahui indikasi dan kontraindikasi fisioterapi dada.
4. Mengetahui jenis-jenis fisioterapi dada.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Fisioterapi Dada
Fisioterapi dada adalah salah satu dari pada fisioterapi yang sangat berguna bagi penderita penyakit respirasi baik yang bersifat akut maupun kronis (Hidayat, 2004). Fisioterapi dada ini walaupun caranya kelihatan tidak istimewa tetapi ini sangat efektif dalam upaya mengeluarkan sekret dan memperbaiki ventilasi pada pasien dengan fungsi paru yang terganggu. Fisioterapi dada merupakan tindakan yang dilakukan pada klien yang mengalami retensi sekresi dan gangguan oksigenasi yang memerlukan bantuan untuk mengencerkan atau mengeluarkan sekresi (Fisioterapi Indonesia, 2013).
B. Tujuan Fisioterapi Dada
1. Meningkatkan efisiensi pernapasan dan ekspansi paru
2. Memperkuat otot pernapasan
3. Mengeluarkan secret dari saluran pernapasan
4. Klien dapat bernapas dengan bebas dan tubuh mendapatkan oksigen yang cukup (Hidayat 2004).
C. Indikasi dan Kontraindikasi Fisioterapi Dada
1. Indikasi
Digunakan untuk pengobatan dan pencegahan pada penyakit paru obstruktif menahun, penyakit pernafasan restriktif termasuk kelainan neuromuskuler dan penyakit paru restriktif karena kelainan parenkim paru seperti fibrosis dan pasien yang mendapat ventilasi mekanik (Kompasiana, 2015).
2. Kontraindikasi
a. Kontra indikasi fisioterapi dada bersifat mutlak:
kegagalan jantung, status asmatikus, renjatan dan perdarahan masif.
b. kontra indikasi relatif:
infeksi paru berat, patah tulang iga atau luka baru bekas operasi, tumor paru dengan kemungkinan adanya keganasan serta adanya kejang rangsang (Kompasiana, 2015).
D. Jenis Fisioterapi Dada
Fisioterapi dada ini meliputi rangkaian : postural drainage, perkusi, dan vibrasi
1. Postural drainage
a. Pengertian
Postural Drainage adalah pembersihan secret jalan nafas segmen bronkus dengan pengaruh gravitasi (Hidayat, 2004). Postural Drainase adalah pembersihan berdasarkan gravitasi ekret jalan napas dari segmen bronkus khusus (Hidayat, 2004).
b. Indikasi dan Kontraindikasi
Indikasi
Profilaksis untuk mencegah penumpukan sekret yaitu pada :
· Pasien yang memakai ventilasi
· Pasien yang melakukan tirah baring yang lama
· Pasien yang produksi sputum meningkat seperti pada fibrosis kistik atau bronkiektasis
· Pasien dengan batuk yang tidak efektif (Hidayat, 2004)
Mobilisasi sekret yang tertahan :
· Pasien dengan atelektasis yang disebabkan oleh sekret
· Pasien dengan abses paru
· Pasien dengan pneumonia
· Pasien pre dan post operatif
· Pasien neurologi dengan kelemahan umum dan gangguan menelan atau batuk (Hidayat, 2004)
Kontraindikasi
- Tension pneumotoraks
- Hemoptisis
· Gangguan sistem kardiovaskuler seperti hipotensi, hipertensi, infark miokard akutrd infark dan aritmia.
- Edema paru
· Efusi pleura yang luas (Hidayat, 2004)
2. Perkusi
a. Pengertian
Perkusi adalah tepukan dilakukan pada dinding dada atau punggung dengan tangan dibentuk seperti mangkok (Fisoterapi Indonesia, 2012). Tujuan melepaskan sekret yang tertahan atau melekat pada bronkhus. Perkusi dada merupakan energi mekanik pada dada yang diteruskan pada saluran nafas paru (Fisoterapi Indonesia, 2012). Perkusi dapat dilakukan dengan membentuk kedua tangan deperti mangkok (Kompasiana, 2015).
b. Indikasi
Perkusi secara rutin dilakukan pada pasien yang mendapat postural drainase, jadi semua indikasi postural drainase secara umum adalah indikasi perkusi (Hidayat, 2004).
Perkusi harus dilakukan hati-hati pada keadaan :
1. Patah tulang rusuk
2. Emfisema subkutan daerah leher dan dada
3. Skin graf yang baru
4. Luka bakar, infeksi kulit
5. Emboli paru
6. Pneumotoraks tension yang tidak diobati (Hidayat, 2004)
3. Vibrasi
a. Pengertian
Vibrasi secara umum dilakukan bersamaan dengan clapping/perkusi. Vibrasi dengan kompresi dada menggerakkan sekret ke jalan nafas yang besar sedangkan perkusi melepaskan/melonggarkan sekret (Kompasiana, 2015). Vibrasi dilakukan hanya pada waktu pasien mengeluarkan nafas (Fisoterapi Indonesia, 2012). Pasien disuruh bernafas dalam dan kompresi dada dan vibrasi dilaksanakan pada puncak inspirasi dan dilanjutkan sampai akhir ekspirasi (Fisioterapi Indonesia, 2012). Vibrasi dilakukan dengan cara meletakkan tangan bertumpang tindih pada dada kemudian dengan dorongan bergetar (Hidayat, 2004).
b. Indikasi dan Kontraindikasi
Indikasi : Vibrasi secara rutin dilakukan pada pasien yang mendapat postural drainase, jadi semua indikasi postural drainase secara umum adalah indikasi vibrasi (Hidayat, 2004).
Kontraindikasi : Patah tulang dan hemoptisis (Hidayat, 2004).
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Fisioterapi dada adalah salah satu dari pada fisioterapi yang sangat berguna bagi penderita penyakit respirasi baik yang bersifat akut maupun kronis (Hidayat, 2004). Fisioterapi dada ini walaupun caranya kelihatan tidak istimewa tetapi ini sangat efektif dalam upaya mengeluarkan sekret dan memperbaiki ventilasi pada pasien dengan fungsi paru yang terganggu. Fisioterapi dada terbagi menadi 3 macam, yaitu postural drainage, perkusi, dan vibrasi.
B. Saran
Diharapkan coners dapat mempraktekan Fisioterapi Dada pada saat menjalani praktik klinik dengan tepat dan benar.
DAFTAR PUSTAKA
Fisioterapi Indonesia. 2012. Fisioterapi dada. ( http://www.fisioterapi.web.id/2012/12/fisioterapi-dada.html , diakses 10 Oktober 2015)
Hidayat, A. A. 2004. Buku Saku Praktikum Kebutuhan Dasar Manusia .Jakarta : EGC
Kompasiana. 2015. Fisioterapi Dada. ( http://www.kompasiana.com , diakses 10 Oktober 2015)
Long, B. C. 1996. Perawatan Medikal Bedah (Suatu Proses Pendekatan Keperawatan). Bandung: Universitas Padjajaran.
a. Bronkus Apikal Anterior Lobus atas
Untuk menguras lendir dari segmen apikal lobus atas, minta pasien duduk di posisi yang nyaman di tempat tidur atau permukaan datar dan bersandar pada bantal terhadap kepala tempat tidur atau pemberi perawatan. Perawat menepuk dan menggetarkan di atas area otot antara tulang selangka dan bagian atas tulang belikat di kedua sisi selama 3 sampai 5 menit. Dorong pasien untuk mengambil napas dalam-dalam dan batuk selama perkusi untuk membantu membersihkan saluran udara.
b. Bronkus Apikal Posterior Lobus kanan
Minta Pasien duduk dengan nyaman di kursi atau sisi tempat tidur dan membungkuk, lengan menggantung, menghadap bantal. Perawat menepuk dan menggetarkan dengan kedua tangan di atas punggung atas pada kedua sisi kanan dan kiri.
c. Bronkus Lobus atas Anterior
Minta pasien berbaring datar di tempat tidur atau meja dengan bantal di bawah kepala dan kakinya untuk kenyamanan. Perawat menepuk dan menggetarkan sisi kanan dan kiri bagian depan dada, antara tulang selangka dan puting.
d. Bronkus Lingual Lobus atas kiri
Minta pasien berbaring miring ke kanan dan posisi Trandelenburg, dengan kaki di tempat tidur ditinggikan 30 cm. tempatkan bantal dibelakang punggung, dan gulingkan klien seperempat putaran ke bantal. Perawat menepuk dan menggetarkan daerah luar puting.
e. Bronkus Lobus tengah kanan
Minta pasien berbaring miring kiri dan tinggikan kaki tempat tidur 30 cm. tempatkan bantal di belakang punggung pasien dan gulingkan klien seperempat putaran bantal. Perawat menepuk dan menggetarkan di luar daerah puting yang tepat.
f. Bronkus Lobus bawah Anterior kanan dan kiri
Minta pasien berbaring terlentang dengan posisi Trandelenburg dengan kaki tempat tidur ditinggikan 45 sampai 50 cm. biarkan lutut menekuk pada bantal. Perawat menepuk dan menggetarkan di atas tulang rusuk yang lebih rendah di sisi kiri, seperti yang ditunjukkan di bagian yang diarsir dari diagram. Ini kemudian harus diulang pada sisi yang berlawanan, dengan perkusi dan getaran di atas tulang rusuk yang lebih rendah di sisi kanan dada.
g. Bronkus Basal Posterior kanan dan kiri
Minta pasien berbaring tengkurap dalam posisi Trendelenburg dengan kaki tempat tidur ditinggikan 45 sampai 50 cm. Perawat menepuk dan menggetarkan bagian bawah punggung, di atas sisi kiri dan kanan tulang belakang, hati-hati untuk menghindari tulang belakang dan tulang rusuk yang lebih rendah.
h. Bronkus Lateral Lobus bawah kanan dan kiri
Minta pasien berbaring miring ke kanan dan ke kiri pada posisi Trandelendurg dengan kaki tempat tidur ditinggikan 45 sampai 50 cm. Perawat menepuk dan menggetarkan di atas bagian paling atas dari bagian bawah tulang rusuk kiri, seperti yang ditunjukkan di daerah yang teduh. Ini kemudian harus diulang pada sisi yang berlawanan, dengan perkusi dan getaran selama bagian paling atas dari sisi kanan tulang rusuk yang lebih rendah.
i. Bronkus Superior Lobus bawah kanan dan kiri
Minta pasien berbaring terlungkup dengan bantal di bawah lambung. Perawat menepuk dan menggetarkan pada bagian bawah tulang belikat, di kedua sisi kanan dan kiri tulang belakang, hindari perkusi/tepukan langsung atau getaran di atas tulang belakang itu sendiri.
EmoticonEmoticon