BAB
I
PENDAHULUAN
A. LATAR
BELAKANG
Tehnik menjahit jaringan telah ada sejak
ribuan tahun yang lalu. Meskipun saat ini, tehnik dan bahan dalam melakukan
penjahitan telah mengalami perubahan, tujuan tindakan ini tetap sama yakni
menutup ruang mati, mendukung dan memperkuat luka sampai terjadi penyembuhan dan
meningkatkan kekuatan kerenggangan luka sampai kira-kira mendapatkan hasil
estetika dan fungsional yang memuaskan, serta meminimalkan resiko perdarahan
dan infeksi.
Tehnik menjahit yang sesuai dibutuhkan
untuk mendapatkan hasil yang baik dalam pembedahan kulit. Hasil postoperasi
dengan desain tertutup yang cantik dapat membahayakan jika tehnik jahitan yang
dipilih tidak benar atau jika jahitannya terlalu sedikit. Sebaliknya, jika
jahitannya terlalu banyak juga tidak bisa dibenarkan. Selain itu, insisi yang
kurang baik pada kulit dengan tujuan untuk meregangkan garis tegangan kulit dan
pengangkatan jaringan yang terlalu banyak serta perkiraan batas yang tidak
adekuat dapat membatasi tindakan ahli bedah dalam penutupan luka dan
penjahitan. Pegang jaringan secara hati-hati dan lembut karena dapat
mengoptimalkan penyembuhan luka.
Pemilihan tehnik jahitan tergantung pada
jenis dan lokasi anatomi luka, ketebalan kulit, derajat ketegangan, dan hasil
kosmetik yang diinginkan. Penempatan jahitan yang baik membutuhkan perkiraan
batas luka yang tepat, yang membantu meminimalkan dan menyebarkan tegangan
kulit. Eversi luka penting dilakukan untuk memaksimalkan perkiraan bagian
epidermal kulit. Eversi ini dilakukan untuk meminimalkan resiko pembentukan
scar sekunder dan kontraksi jaringan selama penyembuhan. Biasanya, inversi
tidak dilakukan dan hal ini tidak menurunkan resiko hipertrofi scar pada pasien
yang rentan dengan resiko ini. Eliminasi ruang mati, pemulihan bentuk anatomi
alami, dan meminimalkan bekas jahitan juga penting dalam mengoptimalkan hasil
kosmetik dan fungsional luka.
B. TUJUAN
Untuk
membantu mahasiswa dalam mengaplikasikan teknik heacting dan heacting remove.
C. MANFAAT
Agar
mahasiswa dapat mengaplikasikan heacting
dan heacting aff/ remove dengan benar.
BAB
II
TINJAUAN
PUSTAKA
A. Luka
1.
Definisi
ü Luka adalah rusaknya kesatuan/komponen jaringan, dimana
secara spesifik terdapat substansi jaringan yang rusak atau hilang.
ü
Luka
adalah terputusnya kontinuitas suatu jaringan tubuh yang dapat menyebabkan
terganggunya fungsi tubuh sehingga mengganggu aktivitas fisik.
2.
Macam -macam luka
a.
Luka insisi (Incised wounds),
terjadi karena teriris oleh instrumen yang tajam. Misal yang terjadi akibat
pembedahan. Luka bersih (aseptik) biasanya tertutup oleh sutura seterah seluruh
pembuluh darah yang luka diikat (Ligasi)
b.
Luka memar (Contusion Wound),
terjadi akibat benturan oleh suatu tekanan dan dikarakteristikkan oleh cedera
pada jaringan lunak, perdarahan dan bengkak.
c.
Luka lecet (Abraded Wound), terjadi
akibat kulit bergesekan
dengan benda lain yang biasanya
dengan benda yang tidak tajam.
d.
Luka tusuk (Punctured Wound),
terjadi akibat adanya benda, seperti peluru atau pisau yang masuk kedalam kulit
dengan diameter yang kecil.
e.
Luka gores (Lacerated Wound), terjadi akibat
benda yang tajam seperti oleh kaca atau oleh kawat.
f.
Luka tembus (Penetrating Wound),
yaitu luka yang menembus organ tubuh biasanya pada bagian awal luka masuk
diameternya kecil tetapi pada bagian ujung biasanya lukanya akan melebar.
g.
Luka Bakar (Combustio)
3.
Proses Penyembuhan Luka
a.
Tahap respons inflamasi akut
terhadap cedera
Tahap ini dimulai saat terjadinya
luka. Pada tahap ini, terjadi proses homeostatis yang ditandai dengan pelepasan
histamin dan mediator lain lebih dari sel-sel yang rusak, disertai proses
peradangan dan migrasi sel darah putih ke daerah yang rusak.
b.
Tahap destruktif
Pada tahap ini, terjadi pembersihan
jaringan yang mati oleh leukosit polimorfonuklear dan makrofag.
c.
Tahap poliferatif
Pembuluh darah baru diperkuat oleh
jaringan ikat dan menginfiltrasi luka.
d.
Tahap maturasi
Pada tahap ini, terjadi reepitelasi,
kontraksi luka dan organisasi jaringan ikat.
4.
Faktor Yang Mempengaruhi Penyembuhan
Luka
a.
Vaskularisasi
Mempengaruhi luka karena luka
membutuhkan keadaan peredaran darah yang baik untuk pertumbuhan sel atau
perbaikan sel,
b.
Anemia
Memperlambat proses penyembuhan luka
mengingat perbaikna sel membutuhkan kadar protein yang cukup, oleh sebab itu
orang yang mengalami kekurangan kadar hemoglobin dalam darah akan mengalami
proses penyembuhan lama.
c.
Usia
Kecepatan perbaikan sel berlangsung
sejalan denganpertumbuhan atau kematangan susia seseorang. Namun selanjutnya,
proses penuaan dapat menurunkan sistem perbaikan sel sehingga dapat
memperlambat proses penyembuan luka.
d.
Penyakit lain
Adanya penyakit lain seperti
diabetes melitus dan ginjal dapat memperlambat proses penyembuhan luka.
e.
Nutrisi
Unsur utama dalam membantu perbaikan
sel, terutama karena kandungan zat gizi yang terdapat di dalamnya. Vitamin A
untuk proses epitelisasi dan sintesis protein, vitamin B kompleks sebagai
fibroblas dan mencegah adanya infeksi serta membentuk kapiler-kapiler darah dan
vitamin K membantu sintesis prorombin dan berfungsi sebagai zat pembekuan
darah.
f.
Kegemukan, obat-obatan, merokok, dan
stress
Orang yang terlalu gemuk, banyak
mengonsumsi obat-obatan, merokok atau stress akan mengalami proses penyembuhan
luka yang lebih lama.
B. Heacting
1.
Definisi
Heacting
atau penjahitan adalah tindakan untuk menyatukan menghubungkan kembali jaringan
tubuh yang terputus atau terpotong (mendekatkan) dan mencegah kehilangan darah
yang tidak perlu (memastikan hemostatis) mencegah infeksi dan mempercepat
proses penyembuhan.
2. Macam-macam jahitan luka
a. Jahitan
Simpul Tunggal/Jahitan Terputus Sederhana/Simple Inerrupted Suture Merupakan
jenis jahitan yang sering dipakai dan dapat diaplikasikan pada semua luka.
Teknik :
ü Melakukan
penusukan jarum dengan jarak antara setengah sampai 1 cm ditepi luka dan
sekaligus mengambil jaringan subkutannya sekalian dengan menusukkan jarum
secara tegak lurus pada atau searah garis luka.
ü Simpul
tunggal dilakukan dengan benang absorbable dengan jarak antara 1cm.
ü Simpul
di letakkan ditepi luka pada salah satu tempat tusukan
ü Benang
dipotong kurang lebih 1 cm.
Jahitan terputus
sederhana banyak dipakai untuk menjahit luka di kulit, karena apabila ada pus
(cairan) dapat dilepas satu atau dua jahitan dan membiarkan yang lain.
b. Jahitan
Matras Vertikal/Vertical Mattress suture/Donati/ Near to near and far to bar
Jahitan
dengan menjahit secara mendalam dibawah luka kemudian dilanjutkan dengan
menjahit tepi-tepi luka. Biasanya menghasilkan penyembuhan luka yang cepat
karena di dekatkannya tepi-tepi luka oleh jahitan ini. Jahitan matras vertikal
berguna untuk mendapatkan tepi luka secara tepat, tetapi tidak boleh dipakai di
tempat-tempat yang vaskularisasinya kurang.
Langkah-langkah
penjahitan matras vertikal pada prinsipnya sama seperti pada jahitan kulit
terputus, perbedaan beberapa jenis jahitan adalah pada arah lintasan benangnya
dan mungkin juga letak simpulnya. Pada jahitan ini jarak antara kedua penusukan
lebih lebar karena akan dipakai untuk dua kali penusukan, dan sebelum dilakukan
pembuatan simpul jarum kembali ditusukkan pada kulit dekat tepi luka, kemudian
di arahkan keluar ke tepi luka dengan tidak terlalu dalam.
Selanjutnya
dengan bantuan pinset chirurgis tepi kulit di seberangnya diangkat untuk
dilakukan penusukan dari arah dalam tepi luka sejajar dengan tempat keluarnya
jarum dari kulit seberangnya dan menembus ke arah kulit luar dekat tepi luka
dengan jarak sama dengan tempat penusukan kedua pada tepi luka
seberangnya. Pembuatan simpul dilakukan dengan mempertemukan dua ujung
benang panjang dan pendek, dengan teknik sama dengan pada jahitan kulit
terputus.
c. Jahitan
matras Horizontal/Horizontal Mattress suture/Interrupted mattress
Jahitan
dengan melakukan penusukan seperti simpul, sebelum disimpul dilanjutkan
dengan penusukan sejajar sejauh 1 cm dari tusukan pertama. Memberikan hasil
jahitan yang kuat. Jahitan matras horizontal untuk menautkan fascia, tetapi
tidak boleh digunakan untuk menjahit subkutis karena kulit akan bergelombang.
Teknik
jahitan sama seperti pada jahitan matras vertikal akan tetapi dengan arah
horizontal.
d. Jahitan
Matras Modifikasi/Half Burried Mattress Suture
Modifikasi dari matras
horizontal tetapi menjahit daerah luka seberangnya pada daerah subkutannya.
e. Jahitan
Jelujur sederhana/Simple running suture/ Simple continous/Continous over and Dover
Jahitan
ini sangat sederhana, sama dengan kita menjelujur baju. Biasanya menghasilkan
hasil kosmetik yang baik, tidak disarankan penggunaannya pada jaringan ikat
yang longgar. Jahitan jelujur, lebih cepat dibuat serta lebih kuat tetapi
kalau terputus seluruhnya akan terbuka.
Untuk
mengerjakan jahitan jelujur, pertamakali adalah dengan membuat satu jahitan
seperti pada jahitan kulit terputus dan dibuat simpul, selanjutnya benang
panjang tidak dipotong tetapi melanjutkan dengan penusukan pada tepi luka
selanjutnya dengan tempat penusukan dan keluarnya benang yang sejajar, sehingga
tampak dari luar arah benang miring, tetapi dalam posisi tegak lurus di dalam
jaringan, seperti pada gambar.
f. Jahitan
Jelujur Feston/Running locked suture/Interlocking suture
Jahitan
kontinyu dengan mengaitkan benang pada jahitan sebelumnya, biasa sering
dipakai pada jahitan peritoneum. Merupakan variasi jahitan jelujur biasa.
Jahitan jelujur terkunci, ini merupakan jahitan jelujur yang menyelipkan benang
di bawah jahitan yang telah terpasang. Cara ini efektif untuk menghentikan
perdarahan, tetapi kadang-kadang jaringan mengalami iskemia.
Pada
jahitan ini tekniknya hampir sama dengan jahitan jelujur di atas, akan tetapi
dilakukan kuncian pada setiap satu jahitan, untuk kemudian dilakukan penusukan
selanjutnya, seperti pada gambar.
g. Jahitan
Jelujur horizontal/Running Horizontal suture
Jahitan kontinyu yang
diselingi dengan jahitan arah horizontal.
h. Jahitan
Simpul Intrakutan/Subcutaneus Interupted suture/Intradermal burried
suture/Interrupted dermal stitch
Jahitan
simpul pada daerah intrakutan, biasanya dipakai untuk menjahit area yang dalam
kemudian pada bagian luarnya dijahit pula dengan simpul sederhana.
i.
Jahitan Jelujur
Intrakutan/Running subcuticular suture/Jahitan jelujur subkutikular
Jahitan
jelujur yang dilakukan dibawah kulit, tehnik ini dapat diindikasikan pada luka
di daerah yang memerlukan kosmetik karena jahitan terkenal menghasilkan
kosmetik yang baik, namun tidak disarankan pada luka dengan tegangan besar.
3. Pemilihan
Benang
Setiap
jahitan merupakan benda asing di dalam luka.Karena alasan ini,maka untuk
mendapatkan aposisi jaringan yang adekuat,pennjahitan harus dilakukan dengan
ukuran sekecil mungkin dan jumlah jahiatn sedikit mungkin.Pada luka
terkontaminasi,tidak boleh dilakukan penjahitan kecuali bila sangat diperlukan
untuk mempertahankan kedudukan jaringan. Pemilihan ukuran jarum dan benang
tergantung dari ukuran,lokasi luka serta ketelitian penutupan yang diinginkan.
Jarum-jarum
atraumatik (bulat atau runcing) digunakan untuk menjahit fasia,otot,jaringan
subkutan dan memperbaiki laserasi pembuluh darah dan saraf.jarum tajam biasanya
digunakan untuk penutupan dermis dan epidermis diaman jaringan kolagen yang
liat harus ditusuk dengan jarum sehingga penjahitan lebih mudah. Benang
berdiameter besar (2-0,3-0) sangat baik digunakan untuk menjahit jaringan dan
lapisan fasia utama di daerah dengan regangan kuat (misalnya,luka di lutut atau
siku).Kekuatan efektif dari benang tersebut harus sama dengan kekuatan jaringan
yang dijahit,bila benang halus digunakan untuk menjahit luka dengan peregangan
mekanis,dapat menimbulkan gangguan jika benang tersebut tertarik ke dalam luka.
Biasanya,benang
halus digunakan untuk menjahit luka-luka (atau bagiannya) yang perlu dirapatkan
secara tepat,untuk menutup laserasi di wajah digunakan benang berukuran 5-0 dan
6-0.Untuk menutup lapisan-lapisan luka (fasia,dermis) dapat digunakan benang
epidermis halus di setiap bagian tubuh.Daya regang dari epidermis sendiri
biasanya rendah dan tujuan penjahitan disini hanyalah agar tepi-tepi luka
dirapatkan dengan baik. Penutupan perkutan dari epidermis dan dermis di setiap
bagian tubuh selain wajah,sebaiknya menggunakan benang berukuran 3-0 atau 4-0.
Bekas jahitan merupakan hasil tekanan ikatan dan lamanya jahitan dibiarkan di
tempat tersebut.
4. Macam-Macam Benang Dan Jarum Jahit
a. Macam-macam
benang jahit
Benang jahit untuk
pembedahan dikenal dalam bentuk yang dapat diserap Tubuh (absorbable) dan tidak
diserap oleh tubuh.
1) Diserap
oleh tubuh: catgut, cromic catgut, kelompok polyglactin (misalnya Vicryl).
a) Catgut
polos
Dibuat dari pita murni
usus binatang yang dipintal menjadi jalinan diukur secara elektronik dan
kemudian dipulas. Benang ini sangat popular, tetapi ada kecenderungan
digantikan oleh benang sintetik yang dapat diserap pada tahun belakangan ini.
b) Cromic
catgut
Dibuat dari pita usus
binatang, dipintal menjadi jalinan tepatnya menjadi catgut polos. Dibuat
sedemikian rupa sehingga kekuatan dari benang tersebut dipertahankan untuk
waktu yang lebih lama daripada catgut polos.
Absorbsi benang dapat melalui 2
mekanisme ialah melalui pencernaan oleh enzim jaringan, misalnya Vicryl dan
Dexon
ü Dexon
Benang ini tidak
menghasilkan reaksi jaringan karena mereka larut, bila dibandingkan dengan
reaksi jaringan yang terjadi pada calgut. Tingkat penyerapannya lebih lambat
mungkin membutuhkan waktu beberpa Minggu. Merupakan benang yang ideal untuk
semua jahitan subnukleus, subkutikular, dan penutupan luka. Melalui proses
rejeksi immunologis, misalnya pada catgut.
2) Tidak
diserap oleh tubuh: sutera, katun, nylon, polypropilena (prolene),
benang-benang baja yang dibuat dari komponen besi, nikel, dan chronium.
a. Benang
sutera
Terbentuknya menjadi
jalinan yang padat yang dapat diikat dengan mudah. Benang ini sangat populer
dan digunakan secara luas dalam penutupan luka.
b. Polipropilen
keuntungannya : lemas,
dapat diikat dengan aman dan dapat digunakan dengan mudah. Seperti benang
monofilamen sintetik lainnya, simpul perlu diperkuat denagn simpul tambahan dan
sebagai tambahan. Kerusakan yang didapat dari forsep dan pemegang jarum harus
dihindarkan untuk mencegah putusnya benang. Benang ini sangat halus dan cocok
untuk jahitan subkutikular.
c. Baja
tahan karat dan penjepit atau Staples logam
Jahitan baja tahan
karat dan penjepit logam telah digunakan bertahun-tahun karena sifanya kaku. Pada
luka terkontaminasi,bahan ini akan meningkatkan kemungkinan infeksi. Peningkatan
ini mungkin disebabkan oleh iritasi
mekanis dari kekuatannya dan bukan karena korosi. Sifat kaku dari benang metalik
ini mempersulit.
d. Dakron
Merupakan poliester
yang kurang menimbulkan reaksi jaringan dibandingkan dengan sutera. Karena
koefisien gesekannya tinggi,bahan ini sulit digunakan untuk menjahit. Luka
gesekan yang ditimbulkan dakron terhadap jaringan ini dapat diatasi dengan
melapisinya dengan teflon.
e. Nilon
Kurang menimbulkan
reaksi pada jaringan bila dibandingkan dengan dakron dan bila digunakan pada
luka kontaminasi akan menimbulkan kemungkinan infeksi lebih rendah.
1. Benang
nilon monofilamen akan kehilangan daya regangnya kurang lebih sebesar 20%
setelah digunakan 1 tahun. Bentuk nilon monofilamen ini cukup kaku sehingga
tidak membentuk simpul dengan baik.
2. Benang
nilon multufilamen akan kehilangan daya regangnya setelah 6 bulan tetapi lebih
mudah untuk mengikatnya dibadingkan benang monofilamen.
Catatan
:
a. Pada
luka infeksi hendaknya jangan di pakai benang-benang yang reaktif (absorbable)
dan yang multifilamen karena bakter-bakteri dapat bersarang di sela-sela
anyaman.
b. Pada
keadaan ini lebih baik dipakai benang monofilamen dan yang tidak dapat diserap.
c. Jangan
mengubur benang dalam luka infeksi karena itu tembuskan jahitan dari kulit
untuk seluruh tebalnya luka,dan pada saatnya nanti benangnya akan diangkat
(dibuang).
b. Macam-macam
jarum untuk menjahit luka
1. Jarum
tajam (cutting) : ditandai dengan gambar
segitiga.
2. Jarum
bulat (round) : ditandai dengan bulatan.
3. Jarum
ceper : ditandai dengan gambaran bulat sabit.
Untuk
jarum tajam hampir selalu dipakai untuk semua jaringan, kecuali untuk organ
yang berlubang.
BAB
III
KESIMPULAN
DAN SARAN
A. Kesimpulan
1. Heacting
dilakukan sebagai tehnik dalam menghubungkan kembali jaringan yang terpotong.
2. Simpel
inerrupted suture adalah tehnik yang bisa diaplikasikan pada semua luka dan
paling banyak digunakan.
3. Pada
luka infeksi lebih baik menggunakan benang yang tidak diserap.
B. Saran
1. Lakukan
semua tindakan sesuai dengan SOP yang berlaku.
2. Makalah
ini masih jauh dari kesempurnaan oleh karena itu, kritik dan saran dari pembaca
yang membangun sangat kami harapkan demi penyempurnaan makalah ini.
Daftar
Pustaka
Pramuditya,
Arindra. (2014). Laporan Pendahuluan Penjahitan Luka ( Hecting). (http://arindracase.blogspot.co.id/2014/10/laporan-pendahuluan-penjahitan-luka.html, diperoleh pada 20 Oktober, 2015).
Saifudin.
(2013). Heacting dan Heacting aff. (http://udinsaifudin5.blogspot.co.id/2013/09/1-heacting-dan-heacting-aff.html, diperoleh pada 20 Oktober, 2015).
Ningsih,
Fitria. (2011). Tehnik Menjahit Jaringan.
(http://experianzadoctor.blogspot.co.id/2011/12/tehnik-menjahit-jaringan.html, diperoleh pada 20 Oktober, 2015).
1 komentar so far
pembahasan yang sangat lengkap tentang hecting, banyak artikel lain yang saya cari tentang hecting tidak selengkap seperti artikel ini
EmoticonEmoticon