Look at this

Minggu, 18 Maret 2018

Makalah tentang Satuan Oprasional Prosedur Plakasanaan Pemeriksaan Elektrokardiograpy (EKG)


BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Elektrokardiograpi (EKG) adalah pemantulan aktivitas listrik dari serat-serat otot jantung secara goresan. Dalam perjalanan abad ini, rekaman EKG sebagai cara pemeriksaan tidak infasif sudah tidak dapat lagi di hilangkan dari klinik sejak di introduksinya galvanometer berkawat yang di ciptakan oleh Einthoven dalam tahun 1903, galvanometer berkawat ini merupakan suatu pemecahan rekor perangkat sangat peka dapat merekam setiap perbedaan tegangan yang kecil sebesar milivolt. Perbedaan tegangan ini terjadi pada lupan dan imbunan dari serat-serat otot jantung perbedaan tegangan ini dirambatkan kepermukaan tubuh dan di teruskan ke sandapan-sandapan dan kaawat keperangkat penguat EKG. Aktifitas listrik mendahului penguncupan sel otot. Tidak ada perangkat pemeriksaan sedehana yang begitu banyak mengajar pada kita mengenai fungsi otot jantung selain di EKG dengan demikian masalah-masalah diagnistik penyakit jantung dapat di pecahkan dan pada gilirannya pengobotan akan lebih sempurna.
B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud EKG?
2. Apa tujuan dari pemasangan EKG?
3. Bagaimana indikasi dari pemasangan EKG?
4. Apa saja macam gelombang EKG dan bagaimana makna dari gelombang tersebut?
5. Dimana letak sandapan pada EKG?
6. Bagaimana standar operasional prosedur pelaksanaan pemeriksaan EKG?
C. Tujuan
Untuk mengetahui tujuan dan indikasi dari pemasangan EKG serta untuk mengetahui letak sandapan dan standar operasional prosedur dalam pelaksanann pemeriksaan EKG. 


BAB I I
TINJAUAN PUSTAKA
A. Defenisi
Elektrokardiogram (EKG) adalah grafik yang dibuat oleh sebuah lektrokardiograf, yang merekam aktivitas kelistrikan jantung dalam waktu tertentu. Elektrokardiogram terdiri atas sejumlah bagian nama yang berbeda yaitu elektro karena berkaitan dengan elektronika, kardio berasal dari kata Yunani untuk jantung, sedangkan gram berasal dari kata Yunani yang berarti "menulis".
Elektrokardiografi adalah ilmu yang mempelajari aktifitas listrik jantung. Elektrokardiogram (EKG) adalah suatu grafik yang menggambarkan rekaman listrik jantung. Aktifitas listrik jantung dicatat dan direkam melalui elektroda-elektroda yang dipasang pada permukaan tubuh.
1. Elektrofisiologi sel otot jantung
Sel otot jantung dalam keadaan istirahat permukaan luarnya bermuatan positif dan bagian dalamnya bermuatan negatif. Perbedaan potensial muatan melalui membran sel ini kira-kira -90 milivolt. Ada 3 ion yang mempunyai peran penting dalam elektrofisiologi sel, yaitu Kalium, Natrium dan Kalsium.
Rangsangan listrik dapat secara tiba-tiba menyebabkan masuknya ion natrium dengan cepat dari cairan luar sel ke dalam, sehingga menyebabkan muatan dalam sel menjadi lebih positif dibandingkan muatan luar sel. Proses terjadinya perubahan muatan akibat rangsangan dinamakan depolarisasi. Setelah depolarisasi, terjadi pengembalian muatan ke keadaan semula yang dinamakan repolarisasi. Seluruh proses tersebut disebut Aksi Potensial.
2. Elektrokardiogram
Elektrokardiogram adalah suatu grafik yang menggambarkan rekaman listrik jantung. Kegiatan listrik jantung dalam tubuh dapat dicatat dan direkam melalui elektroda-elektroda yang dipasang pada permukaan tubuh. EKG hanyalah salah satu pemeriksaan laboratorium yang merupakan alat bantu dalam menegakkan diagnosis penyakit jantung. Gambaran klinis penderita tetap merupakan pegangan yang penting dalam menentukan diagnosis.
Untuk memperoleh rekaman EKG, dipasang elektroda-elektroda di kulit pada tempat-tempat tertentu. Lokasi penempatan elektroda sangat penting diperhatikan, karena penempatan yang salah akan menghasilkan pencatatan yang berbeda.
Dalam EKG perlu diketahui tentang sistem konduksi (listrik jantung), yang terdiri dari:
1. SA Node (Sino-Atrial Node)
Terletak dibatas atrium kanan (RA) dan vena cava superior (VCS). Sel-sel dalam SA Node ini bereaksi secara otomatis dan teratur mengeluarkan impuls (rangsangan listrik) dengan frekuensi 60-100 kali permenit kemudian menjalar ke atrium, sehingga menyebabkan seluruh atrium terangsang.

2. AV Node (Atrio-Ventricular Node)
Terletak di septum internodal bagian sebelah kanan, diatas katup trikuspid. Sel-sel dalam AV Node dapat juga mengeluarkan impuls dengan frekuensi lebih rendah dan pada SA Node yaitu : 40 - 60 kali permenit. Oleh karena AV Node mengeluarkan impuls lebih rendah, maka dikuasai oleh SA Node yang mempunyai impuls lebih tinggi. Bila SA Node rusak, maka impuls akan dikeluarkan oleh AV Node.
3. Berkas His
Terletak di septum interventrikular dan bercabang 2, yaitu:
a. Cabang berkas kiri ( Left Bundle Branch)
b. Cabang berkas kanan ( Right Bundle Branch )
Setelah melewati kedua cabang ini, impuls akan diteruskan lagi ke cabang-cabang yang lebih kecil yaitu serabut purkinye.
4. Serabut Purkinye
Serabut purkinye ini akan mengadakan kontak dengan sel-sel ventrikel. Dari sel-sel ventrikel impuls dialirkan ke sel-sel yang terdekat sehingga seluruh sel akan dirangsang. Di ventrikel juga tersebar sel-sel pace maker (impuls) yang secara otomatis engeluarkan impuls dengan frekuensi 20 - 40 kali permenit.
B. Tujuan
Beberapa tujuan dari penggunaan EKG adalah :
1. Untuk mengetahui adanya kelainan-kelainan irama jantung/disritmia
2. Kelainan-kelainan otot jantung
3. Pengaruh/efek obat-obat jantung
4. Ganguan -gangguan elektrolit
5. Perikarditis
6. Memperkirakan adanya pembesaran jantung/hipertropi atrium dan ventrikel
7. Menilai fungsi pacu jantung.
C. Indikasi
Indikasi dari penggunaan EKG
1. Elektrokardiogram tidak menilai kontraktilitas jantung secara langsung. Namun, EKG dapat memberikan indikasi menyeluruh atas naik-turunnya suatu kontraktilitas. Analisis sejumlah gelombang dan vektor normal depolarisasi dan repolarisasi menghasilkan informasi diagnostik yang penting.
2. Merupakan standar emas untuk diagnosis aritmia jantung
3. EKG memandu tingkatan terapi dan risiko untuk pasien yang dicurigai ada infark otot jantung akut
4. EKG membantu menemukan gangguan elektrolit (mis. hiperkalemia dan hipokalemia)
5. EKG memungkinkan penemuan abnormalitas konduksi (mis. blok cabang berkas kanan dan kiri)
6. EKG digunakan sebagai alat tapis penyakit jantung iskemik selama uji stres jantung
7. EKG kadang-kadang berguna untuk mendeteksi penyakit bukan jantung (mis. emboli paru atau hipotermia).
D. Macam dan Makna Gelombang EKG
1. Bentuk Gelombang
Dalam satu gelombang EKG ada yang disebut titik, interval dan segmen. Titik terdiri dari titik P, Q, R, S, T dan U (kadang sebagian referensi tidak menampilkan titik U) sedangkan Interval terdiri dari PR interval, QRS interval dan QT interval dan Segmen terdiri dari PR segmen, dan ST segmen. Elektrokardiogram tediri atas sebuah gelombang P, sebuah kompleks QRS dan sebuah gelombang T. Seringkali kompleks QRS itu terdiri atas tiga gelombang yang terpisah, yakni gelombang Q, gelombang R dan gelombang S, namun jarang ditemukan. Sinyal EKG terdiri atas:
a. Gelombang P, terjadi akibat kontraksi otot atrium, gelombang ini relatif kecil karena otot atrium yang relatif tipis.
b. Gelombang QRS, terjadi akibat kontraksi otot ventrikel yang tebal sehingga gelombang QRS cukup tinggi. Gelombang Q merupakan depleksi pertama kebawah. Selanjutnya depleksi ke atas adalah gelombang R. Depleksi ke bawah setelah gelombang R disebut gelombang S.
c. Gelombang T, terjadi akibat kembalinya otot ventrikel ke keadaan listrik istirahat (repolarisasi).

2. Pembentukan Gelombang
a. Ketika impuls dari nodus SA menjalar di kedua atrium, terjadi depolarisasi dan repolarisasi di atrium dan semua sadapan merekamnya sebagai gelombang P defleksi positif, terkecuali di aVR yang menjauhi arah aVR sehingga defleksinya negatif. Setelah dari atrium, listrik menjalar ke nodus AV, berkas His, LBB dan RBB, serta serabut purkinje. Selanjutnya, terjadi depolarisasi di kedua ventrikel dan terbentuk gelombang QRS defleksi positif, kecuali di aVR. Setelah terjadi depolarisasi di kedua ventrikel, ventrikel kemudian mengalami repolarisasi. Repolarisasi di kedua ventrikel menghasilkan gelombang T defleksi positif di semua sadapan, kecuali di aVR. (F. Sangadji)
b. Elektrokardiogram normal terdiri dari sebuah gelombang P , sebuah “Kompleks QRS” , dan sebuah gelombang T. kompleks QRS sebenarnya tiga gelombang tersendiri, gelombang Q, gelombang R, gelombang S, ke semuanya di sebabkan oleh lewatnya impuls jantung melalui ventrikel ini. Dalam elektrokardigram yang normal, gelombang Q, dan S sering sangat menonjol dari pada gelombang R dan kadang kadang benar benar absen , tetapi walau bagaimanapun gelombang ini masih di kenal sebagai kompleks QRS atau hanya gelombang QRS.
c. Gelombang P di sebabkan oleh arus listrik yang di bangkitkan sewaktu atrium mengalami depolarisasi sebelum berkontraksi , dan kompleks QRS di sebabkan oleh arus listrik yang di bangkitkan ketika ventrikel mengalami depolarisasi sebelum berkontraksi. Oleh karna itu, gelombang P dan komponen komponen kompleks QRS adalah gelombang depolarisasi. Gelombang T di sebabkan oleh arus listrik yang di bangkitkan sewaktu ventrikel kembali dari keadaan depolarisasi.
3. Durasi atau Interval Gelombang
a. Interval P-Q atau Interval P-R
Lama waktu antara permulaan gelombang P dan permulaan gelombang QRS adalah interval waktu antara permulaan kontraksi ventrikel. Periode ini disebut sebagai interval P-Q. Interval P-Q normal adalah kira-kira 0,16 detik. Kadang-kadang interval ini juga disebut sebagai interval P-R sebab gelombang Q sering tidak ada.
b. Interval Q-T
Kontraksi ventrikel berlangsung hampir dari permulaan gelombang Q sampai akhir gelombang T. Interval ini juga disebut sebagai interval P-R sebab gelombang Q sering tidak ada. Sinyal EKG ini memiliki sifat- sifat khas yang lain yaitu: Amplitudo rendah (sekitar 10μV – 10mV) dan frekuensi rendah (sekitar 0,05 – 100Hz).
4. Nilai-nilai EKG Normal
a. Gelombang P yaitu depolarisasi atrium.
1) Nilai-normal ; lebar <>
2) Tinggi <0,25>
3) Bentuk + ( ) di lead I, II, aVF, V2 - V6
4) ( ) di lead aVR
5) + atau - atau + bifasik ( ) di lead III, aVL, V1
b. Kompleks QRS yaitu depolarisasi dan ventrikel, diukur dari permulaan gelombang QRS sampai akhir gelombang QRS Lebar 0,04 - 0,10 detik.
1) Gelombang Q yaitu defleksi pertama yang ke bawah (-) lebar 0,03 detik, dalam <1/3>
2) Gelombang R yaitu defleksi pertama yang keatas (+)
a) Tinggi ; tergantung lead.
b) Pada lead I, II, aVF, V5 dan V6 gel. R lebih tinggi (besar)
c) Gel. r kecil di V1 dan semakin tinggi (besar) di V2 - V6.
3) Gelombang S yaitu defleksi pertama setelah gel. R yang ke bawah (-). Gel. S lebih besar pada VI - V3 dan semakin kecil di V4 - V6.
c. Gelombang T yaitu repolarisasi dan ventrikel
1) (+) di lead I, II, aVF, V2 - V6.
2) (-) di lead aVR.
3) (±) / bifasik di lead III, aVL, V1 (dominan (+) / positif)
d. Gelombang U ; biasanya terjadi setelah gel. T (asal usulnya tidak diketahui) dan dalam keadaan normal tidak terlihat.
E. Sadapan pada EKG (Bipolar dan Unipolar)
Fungsi sadapan EKG adalah untuk menghasilkan sudut pandang yang jelas terhadap jantung. Sadapan ini dibaratkan dengan banyaknya mata yang mengamati jantung jantung dari berbagai arah. Semakin banyak sudut pandang, semakin sempurna pengamatan terhadap kerusakan-kerusakan bagian-bagian jantung.

Sadapan pada mesin EKG secara garis besar terbagi menjadi dua:
1. Sadapan bipolar
Sadapan Bipolar (I, II, III). Sadapan ini dinamakan bipolar karena merekam perbedaan potensial dari dua elektrode. Sadapan ini memandang jantung secara arah vertikal (ke atas-bawah, dan ke samping). Sadapan ini merekam dua kutub listrik yang berbeda, yaitu kutub dan kutub negatif. Masing-masing elektrode dipasang di kedua tangan dan kaki.
Sadapan-sadapan bipolar dihasilkan dari gaya-gaya listrik yang diteruskan dari jantung melalui empat kabel elektrode yang diletakkan di kedua tangan dan kaki. Masing-masing LA (left arm), RA (right arm), LF (left foot), RF (right foot). Dari empat kabel elektrode ini akan dihasilkan beberapa sudut atau sadapan sebagai berikut.
a. Sadapan I
Sadapan I dihasilkan dari perbedaan potensial lsitrik antara RA yang dibuat bermuatan negatif dan LA yang dibuat bermuatan positif sehingga arah listrik jantung bergerak ke sudut 0 derajat (sudutnya ke arah lateral kiri). Dengan demikian, bagian lateral jantung dapat dilihat oleh sadapan I.
b. Sadapan II.
Sadapan II dihasilkan dari perbedaan antara RA yang dibuat bermuatan negatif dan LF yang bermuatan positif sehingga arah listrik bergerak sebesar positif 60 derajat (sudutnya ke arah inferior). Dengan demikian, bagian inferior jantung dapat dilihat oleh sadapan II.

c. Sadapan III.
Sadapan III dihasilkan dari perbedaan antara LA yang dibuat bermuatan negatif dan RF yang dibuat bermuatan positif sehingga listrik bergerak sebesar positif 120 derajat (sudutnya ke arah inferior). Dengan demikian, bagian inferior jantung dapat dilihat oleh sadapan III.
2. Sadapan unipolar
Sadapan ini merekam satu kutub positif dan lainnya dibuat indifferent. Sadapan ini terbagi menjadi sadapan unipolar ekstremitas dan unipolar prekordial.
a. Unipolar Ekstremitas
Sadapan unipolar ekstremitas merekam besar potensial listrik pada ekstremitas. Gabungan elektrode pada ekstremitas lain membentuk elektrode indifferent (potensial 0). Sadapan ini diletakkan pada kedua lengan dan kaki dengan menggunakan kabel seperti yang digunakan pada sadapan bipolar.
Vektor dari sadapan unipolar akan menghasilkan sudut pandang terhadap jantung dalam arah vertikal.
1) Sadapan aVL. Sadapan aVL dihasilkan dari perbedaan antara muatan LA yang dibuat bermuatan positif dengan RA dan LF yang dibuat indifferent sehingga listrik bergerak ke arah -30 derajat (sudutnya ke arah lateral kiri). Dengan demikian, bagian lateral jantung dapat dilihat juga oleh sadapan aVL.
2) Sadapan aVF. Sadapan aVF dihasilkan dari perbedaan antara muatan LF yang dibuat bermuatan positif dengan RA dan LA dibuat indifferent sehingga listrik bergerak ke arah positif 90 derajat (tepat ke arah inferior). Dengan demikian, bagian inferior jantung selain sadapan II dan III dapat juga dilihat oleh sadapan aVF.
3) Sadapan aVR. Sadapan aVR dihasilkan dari perbedaan antara muatan RA yang dibuat bermuatan positif dengan LA dan LF dibuat indifferent sehingga listrik bergerak ke arah berlawanan dengan arah lsitrik jantung -150 derajat (ke arah ekstrem).
Akan tetapi, sadapan-sadapan ini belum cukup sempurna untuk mengamati adanya kelainan di seluruh permukaan jantung. Oleh karena itu, sudut pandang akan dilengkapi dengan unipolar prekordial (sadapan dada).
b. Unipolar Prekordial
Sadapan unipolar prekordial merekam besar potensial listrik dengan elektrode eksplorasi diletakkan pada dinding dada. Elektrode indifferent (potensial 0) diperoleh dari penggabungan ketiga elektrode esktremitas. Sadapan ini memandang jantung secara horizontal (jantung bagian anterior, septal, lateral, posterior dan ventrikel sebelah kanan).
Penempatan dilakukan berdasarkan pada urutan kabel-kabel yang terdapat pada mesin EKG yang dimulai dari nomor C1-C6.

V1: Ruang interkostal IV garis sternal kanan
V2: Ruang interkostal IV garis sternal kiri
V3: Pertengahan antara V2 dan V4
V4: Ruang interkostal V garis midklavikula kiri
V5: Sejajar V4 garis aksila depan
V6: Sejajar V4 garis mid-aksila kiri

BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Elektrokardiogram adalah suatu grafik yang menggambarkan rekaman listrik jantung. Kegiatan listrik jantung dalam tubuh dapat dicatat dan direkam melalui elektroda-elektroda yang dipasang pada permukaan tubuh. EKG hanyalah salah satu pemeriksaan laboratorium yang merupakan alat bantu dalam menegakkan diagnosis penyakit jantung.
Untuk memperoleh rekaman EKG, dipasang elektroda-elektroda di kulit pada tempat-tempat tertentu. Lokasi penempatan elektroda sangat penting diperhatikan, karena penempatan yang salah akan menghasilkan pencatatan yang berbeda.
B. Saran
Dengan adanya pembelajaran tentang EKG, maka kenalilah dulu klien kita. Benar bahwa EKG saja dapat dibaca dengan cukup tepat, tetapi kekuatan alat ini baru betul-betul muncul bila diintregasikan dengan penilaian klinik secara total.

STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR (SOP)
JUDUL :
ELEKTROKARDIOGRAM (EKG)

Tanggal Terbit Disahkan oleh
Ka. Prodi PSIK
Hikayati, S.Kep., M.Kep
Nip. 19760220 200212 2 001
Pengertian Suatu tindakan merekam aktivitas listrik jantung yang direkam melalui elektroda yang dilekatkan pada kulit.
Tujuan
  1. Untuk mengetahui adanya kelainan-kelainan irama jantung/disritmia
  2. Kelainan-kelainan otot jantung
  3. Pengaruh/efek obat-obat jantung
  4. Ganguan -gangguan elektrolit
  5. Memperkirakan adanya pembesaran jantung/hipertropi atrium dan ventrikel.
  6. Menilai fungsi pacu jantung.
Indikasi
  1. Pasien dengan kelainan irama jantung
  2. Pasien dengan kelainan miokard seperti infark
  3. Pasien dengan pengaruh obat-obat jantung
  4. Pasien perikarditis
  5. Pasien dengan pembesaran jantung
  6. Pasien dengan kelainan penyakit inflamasi pada jantung.
  7. Pasien di ruang ICU
Kontraindikasi
  1. Infark miokard akut <5 hari
  2. Unstable angina pectoris
  3. Hipertensi berat
  4. Vertigo
Alat-Alat
  1. Mesin EKG yang dilengkapi dengan 3 kabel, sebagai berikut :
a. Satu kabel untuk listrik (power)
b. Satu kabel untuk bumi (ground)
c. Satu kabel untuk pasien, yang terdiri dari 10 cabang dan diberi tanda dan warna.
  1. Plat elektrode yaitu
a. 4 buah elektrode extremitas dan manset
b. 6 buah elektrode dada dengan balon penghisap.
3. Jelly elektrode
4. Kertas EKG (telah siap pada alat EKG)
5. Kertas tissue
6. Kapas alkohol pada tempatnya
7. Alat cukur (kalau perlu)
Prosedur Pelaksanaan Intervensi
  1. Persiapan Pasien
a. Menjelaskan kepada klien tentang tujuan tindakan pemeriksaan EKG.
b. Melepaskan alat logam yang digunakan klien, temasuk gigi palsu.
c. Menganjurkan klien untuk berbaring dengan tenang dan tidak bergerak selama prosedur.
d. Menjelaskan kepada klien untuk tidak memegang pagar tempat tidur.
Implementasi
  1. Mencuci tangan.
  2. Menutup sampiran.
  3. Membuka pakaian atas klien.
  4. Membersihkan area ekstremitas dan dada yang akan dipasangi elektroda dengan menggunakan kapas alkohol. Bila terdapat rambut yang cukup tebal cukur bila perlu.
  5. Memberikan jelly pada area pemasangan dan pada elektroda.
Cara Menempatkan Elektrode
a. Elektrode extremitas atas dipasang pada pergelangan tangan kanan dan kiri searah dengan telapak tangan.
b. Pada extremitas bawah pada pergelangan kaki kanan dan kiri sebelah dalam.
c. Posisi pada pengelangan bukanlah mutlak, bila diperlukan dapatlah dipasang sampai ke bahu kiri dan kanan dan pangkal paha kiri dan kanan.
Kemudian kabel-kabel dihubungkan :
1) Merah (RA/R): lengan kanan
2) Kuning (LA/L): lengan kiri
3) Hijau (LF/F): tungkai kiri
4) Hitam (RF/N): tungkai kanan
Hasil pemasangan tersebut terjadilah 2 sandapan (lead)
· Sandapan bipolar (sandapan standar) dan ditandai dengan angka romawi I, II, III.
· Sandapan Unipolar Extremitas (Augmented axtremity lead) yang ditandai dengan simbol aVR, aVL, aVF.
d. Pemasangan elektroda dada (Sandapan Unipolar Prekordial), ini ditandai dengan huruf V dan disertai angka di belakangnya yang menunjukkan lokasi diatas prekordium, harus dipasang pada :
VI : sela iga ke 4 garis sternal kanan
V2 : sela iga ke 4 pada garis sternal kiri
V3 : terletak diantara V2 dan V4
V4 : ruang sela iga ke 5 pada mid klavikula kiri
V5 : garis aksilla depan sejajar dengan V4
V6 garis aksila tengah sejajar dengan V4

Sandapan tambahan
V7 : garis aksila belakang sejajar dengan V4
V8 : garis skapula belakang sejajar dengan V4
V9 : batas kin dan kolumna vetebra sejajar dengan V4
  1. Menghubungkan kabel listrik mesin EKG ke sumber listrik.
  2. Hidupkan mesin EKG dan tunggu sebentar untuk pemanasan.
  3. Periksa kembali standarisasi EKG antara lain:
a. Kalibrasi 1 mv (10 mm)
b. Kecepatan gelombang 25 mm/detik
c. Ketinggian rekaman pada skala 1
  1. Setelah itu dilakukan kalibrasi dengan menekan tombol run/start dan setelah kertas EKG bergerak, tombol kalibrasi ditekan 2-3 kali berturut-turut dan diperiksa apakah 10 mm.
  2. Melakukan rekaman 12 lead
  3. Dengan memindahkan lead selektor kemudian dibuat pencatatan EKG secara berturut-turut lead I, II, III, avR, avL, V1, V2, V3, V4, V5, V6. Setelah pencatatan, tutup kembali dengan kalibrasi seperti semula sebanyak 2-3 kali.
  4. Setelah selesai, mematikan power mesin EKG dan lepaskan kabel/elektroda dari tubuh klien kemudian bersihkan sisa jelly yang menempel dengan tissue.
  5. Merapihkan klien dan mengembalikan alat-alat pada tempatnya.
Evaluasi
Mengevaluasi respon klien selama prosedur, baik verbal, maupun nonverbal.
Dokumentasi
1. Menempelkan hasil rekaman EKG pada kertas dokumentasi EKG.
2. Catat:
a. Nama pasien
b. Umur
c. Tanggal/Jam perekaman
d. Dokter yang merawat dan yang membuat perekaman pada kiri bawah
3. Mencatat respon klien sebelum, selama dan sesudah melakukan prosedur.
4. Dibawah tiap lead, diberi tanda lead berapa.
Perhatian !
  1. Sebelum bekerja periksa dahulu tegangan alat EKG.
  2. Alat selalu dalam posisi stop apabila tidak digunakan.
  3. Perekaman setiap sandapan (lead) dilakukan masing-masing 2-4 kompleks
  4. Kalibrasi dapat dipakai ½ mV bila gambar terlalu besar, atau 2 mv bila gambar terlalu kecil.
  5. Hindari gangguan listrik dan gangguan mekanik seperti ; jam tangan, tremor, bergerak, batuk dan lain-lain.
  6. Dalam perekaman EKG, perawat harus menghadap pasien.

DAFTAR PUSTAKA
Asfi. (2014). Prosedur Perekaman EKG. http://nersasfi.blogspot.co.id/2014/11/prosedur-perekaman-ekg.html , diakses 10 Oktober 2015.
Fitria, Nova. (2012). Elektrokardiogram (EKG). http://nersnova.blogspot.co.id/2012/05/elektrokardiogram-ekg.html , diakses 9 Oktober 2015.
Sundana, K. (2008). Interpretasi EKG, Pedoman Untuk Perawat. Jakarta: EGC
Prinangga, Satria Dwi. (2011). (S.O.P) MELAKUKAN PEMERIKSAAN EKG. http://satriadwipriangga.blogspot.co.id/2011/11/sop-melakukan-pemeriksaan-ekg.html , diakses 9 Oktober 2015.


EmoticonEmoticon

About