BAB I
PENDAHULUAN
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pemeriksaan fisik merupakan salah satu cara untuk mengetahui gejala atau masalah kesehatan yang dialami oleh pasien. Pemeriksaan fisik bertujuan untuk mengumpulkan data tentang kesehatan pasien, menambah informasi, menyangkal data yang diperoleh dari riwayat pasien, mengidentifikasi masalah pasien, menilai perubahan status pasien, dan mengevaluasi pelaksanaan tindakan yang telah diberikan. Dalam melakukan pemeriksaan fisik terdapat teknik dasar yang perlu dipahami, antara lain inspeksi (melihat), palpasi (meraba), perkusi (ketukan), dan auskultasi (mendengar) (Prawirohardjo, 2005).
Sebelum melakukan pemeriksaan pada bayi baru lahir perlu diketahui riwayat keluarga, riwayat persalinan. Pemeriksaan fisik sangat penting untuk di lakukan, karena sangat penting untuk diketahui,yaitu untuk mengetahui normal atau tidak normal pada bayi. Keadaan suhu di luar rahim sangat mempengaruhi kondisi bayi baru tersebut. Kondisi di luar rahim sangat berbeda dengan kondisi didalam rahim (Prawirohardjo, 2010).
Observasi (pengamatan secara seksama) Pemeriksaan dilakukan pada seluruh tubuh, dari ujung rambut sampai ujung kaki, namun tidak harus dengan urutan tertentu. Pemeriksaan yang menggunakan alat seperti pemeriksaan tengkorak, mulut, telinga, suhu tubuh, tekanan darah, dan lain-lainnya, sebaiknya dilakukan paling akhir, karena dengan melihat atau memakai alat-alat, umumnya anak menjadi takut atau merasa tidak nyaman, sehingga menolak diperiksa lebih lanjut.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
TINJAUAN PUSTAKA
A. Pemeriksaan Fisik Bayi
1. Keadaan umum
Kesadaran pasien : Komposmentis (CM) Sadar sepenuhnya, apatis atau sadar tapi acuh terhadap sekitarnya, somnolen atau tampak mengantuk dan ingin kembali tidur, stopor atau sedikit respon terhadap stimulus yang kuat dan koma artinya tidak bereaksi terhadap stimulus apapun
2. Aktifitas fisik
Inspeksi keadaan ekstremitas dalam keadaan fleksi, dengan gerakan tungkai serta lengan aktif dan simetris.
3. Pemeriksaan tanda-tanda vital
a) Frekuensi Nadi
Paling baik dihitung dalam keadaan tidur / tenang
Meraba arteri radialis dengan ujung jari II, III, IV tangan kanan, ibu jari berada di bagian dorsal tangan anak
Pada bayi dengan penghitungan heart rate (denyut jantung)
Penghitungan 1 menit penuh
Usia >28 hari- 1 tahun (bayi) : 30-40 kali/menit
Usia >1 tahun -3 tahun : 20-30 kali/menit
b) Frekuensi pernapasan
Dihitung satu menit penuh melalui inspeksi/palpasi/auskultasi
Takipneu yaitu pernapasan yang cepat
Dispneu yaitu kesulitan bernapas
Usia >28 hari- 1 tahun (bayi) : 80-120 kali/menit
Usia >1 tahun -12 tahun : 60-110 kali/menit
c) Suhu
Suhu diukur di aksila dengan nilai normal 36,5 0C– 37 0C.
4. Pengukuran atropometrik
a. Penimbang berat badan
Alat timbangan yang telah diterakan serta di beri alas kain di atasnya, tangan bidan menjaga di atas bayi sebagai tindakan keselamatan .
Menurut Mtbs (2008) :
BB/TB < -3 SD berarti sangat kurus
BB/TB > -3 SD - < - 2SD berarti sangat kuru
BB/TB -2 SD - +2SD berarti normal
b. Panjang badan
Letakkan bayi datar dengan posisi lurus se bisa mungkin. Pegang kepala agar tetap pada ujung atas kita ukur dan dengan lembut renggangkan kaki ke bawah menuju bawah kita.
PB : 48/52cm.
c. Lingkar kepala
Letakakan pita melewati bagian oksiput yang paling menonjol dan tarik pita mengelilingi bagian atas alis LK : 32 - 37 cm.
d. Lingkar dada
Letakan pita ukur pada tepi terendah scapula dan tarik pita mengelilingi kearah depan dan garis putih.
LD : 32 – 35 cm.
5. Kulit
Inspeksi kulitnya apakah warna tubuh kemerahan dan tidak ikterus.
Palpasi keadaan kulitnya apakah lembab, hangat dan tidak ada pengelupasan.
6. Kepala
Inspeksi apakah ada benjolan di puncak kepala.
Palpasi apakah tidak ada massa atau area lunak di tulang tengkorak.
Fontanel anterior dengan ukuran 5 x 4 cm sepanjang sutura korona dan sutura segital. Fortanel posterior dengan ukuran 1 x 1 cm sepanjang sutura lambdoidalis dan sagitalis.
7. Wajah
Inspeksi apakah mata segaris dengan telinga, hidung di garis tengah, mulut garis tengah wajah dan simetris.
8. Mata
Inspeksi apakah kelompak mata tanpa petosis atau udem. Skelera tidak ikterik, cunjungtiva tidak merah muda, iris berwarna merata dan bilateral. Pupil beraksi bila ada cahaya, reflek mengedip ada.
9. Telinga
Inspeksi apakah posisi telinga berada garis lurus dengan mata, kulit tidak kendur, pembentukkan tulang rawan yaitu pinna terbentuk dengan baik kokoh.
10. Hidung
Inspeksi apakah posisi di garis tengah, nares utuh dan bilateral, bernafas melalui hidung.
11. Mulut
Inspeksi bentuk dan ukuran mulut proporsional dengan wajah, bibir berbentuk penuh berwarna merah muda dan lembab, membran mekosa lembab dan berwarna merah muda, palatom utuh, lidah dan uvula di garis tengah, reflek gag dan reflek menghisap serta reflek rooting ada.
12. Leher
Inspeksi apakah leher rentang pergerakan sendi bebas, bentuk simestris dan pendek. Palpasi apakah triorid di garis tengah, nodus limfe dan massa tidak ada.
13. Dada
Inspeksi apakah dada berbentuk seperti tong, gerakan dinding dada semetris. Frekuensi nafas 40 – 60 x permenit, pola nafas normal. Palpasi apakah nadi di apeks teraba di ruang interkosa keempat atau kelima tanpa kardiomegali. Auskultasi apakah suara nafas jernih sama kedua sisi. Frekuensi jantung 100- 160 x permenit teratur tanpa mumur. Perkusi apakah ada atau tidak ada peningkatan timpani pada lapang paru.
14. Payudara
Inspeksi apakah jarak antar puting pada garis sejajar tanpa ada puting tambahan.
15. Abdomen
Inspeksi abdomen bundar dan simetris pada tali pusat terdapat dua arteri dan satu vena berwarna putih kebiruan. Palpasi abdomen Lunak tidak nyeri tekan dan tanpa massa hati teraba 2 - 3 cm, di bawah arkus kosta kanan limfa teraba 1 cm di bawah arkus kosta kiri. Ginjal dapat di raba dengan posisi bayi terlentang dan tungkai bayi terlipat teraba sekitar 2 - 3 cm, setinggi umbilicus di antara garis tengah dan tepi perut. Perkusi timpani kecuali redup pada hati, limfa dan ginjal. Auskultasi bising usus ada.
16. Genitalia eksterna
Inspeksi (wanita) labia minora ada dan mengikuti labia minora, klitoris ada, meatus uretra ada di depan orivisium vagina.
Inspeksi (laki-laki) penis lurus, meatus urinarius di tengah di ujung glans tetis dan skrotum penuh.
17. Anus
Inspeksi apakah posisi di tengah dan paten (uji dengan menginsersi jari kelingking) pengeluaran mekonium terjadi dalam 24 jam.
18. Tulang belakang
Bayi di letakkan dalam posisi terkurap, tangan pemeriksa sepanjang tulang belakang untuk mencari terdapat skoliosis meningokel atau spina bifilda.
Inspeksi
Kolumna spinalis lurus tidak ada defek atau penyimpang yang terlihat.
Palpasi
Tulang belakang ada tanpa pembesaran atau nyeri.
19. Ekstremitas
Ekstremitas atas
Inspeksi
Rentang pergerakan sendi bahu, klavikula, siku normal pada tangan reflek genggam ada, kuat bilateral, terdapat sepuluh jari dan tanpa berselaput, jarak antar jari sama karpal dan metacarpal ada dan sama di kedua sisi dan kuku panjang melebihi bantalan kuku.
Palpasi
Humerus radius dan ulna ada, klavikula tanpa fraktur tanpa nyeri simetris bantalan kuku merah muda sama kedua sisi.
Ekstremitas bawah
Panjang sama kedua sisi dan sepuluh jari kaki tanpa selaput, jarak antar jari sama bantalan kuku merah muda, panjang kuku melewati bantalan kuku rentang pergerakan sendi penuh : tungkai, lutut, pergelangan, kaki, tumit dan jari kaki tarsal dan metatarsal ada dan sama kedua sisi reflek plantar ada dan sismetris.
20. Pemeriksaan reflek
a. Berkedip
cara : sorotkan cahaya ke mata bayi.
normal : dijumpai pada tahun pertama
b. Tonic neck
cara : menolehkan kepala bayi dengan cepat ke satu sisi.
normal : bayi melakukan perubahan posisi jika kepala di tolehkan ke satu sisi, lengan dan tungkai ekstensi kearah sisi putaran kepala dan fleksi pada sisi berlawanan, normalnya reflex ini tidak terjadi setiap kali kepala di tolehkan tampak kira–kira pada usia 2 bulan dan menghilangkan pada usia 6 bulan.
c. Moro
cara : ubah posisi dengan tiba-tiba atau pukul meja /tempat tidur.
normal : lengan ekstensi, jari–ari mengembang, kepala mendongak ke belakang, tungkai sedikit ekstensi lengan kembali ke tengah dengan tangan mengenggam tulang belakang dan ekstremitas bawah eksteremitas bawah ekstensi lebih kuat selama 2 bulan dan menghilang pada usia 3 - 4 bulan.
d. Mengenggam
cara : letakan jari di telapak tangan bayi dari sisi ulnar, jika reflek lemah atau tidak ada beri bayi botol atau dot karena menghisap akan menstimulasi reflek.
normal : jari–jari bayi melengkung melingkari jari yang di letakkan di telapak tangan bayi dari sisi ulnar reflek ini menghilangkan pada usia 3 - 4 bulan.
e. Rooting
cara : gores sudut mulut bayi melewati garis tengah bibir.
normal : bayi memutar kearah pipi yang diusap, reflek ini menghilangkan pada usia 3 - 4 bulan tetapi bisa menetap sampai usia 12 bulan terutama selama tidur
f. Menghisap
cara : beri bayi botol dan dot.
normal : bayi menghisap dengan kuat dalam berepons terhadap stimulasi reflek ini menetap selama masa bayi dan mungkin terjadi selama tidur tanpa stimulasi.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Pemeriksaan fisik merupakan salah satu cara untuk mengetahui gejala atau masalah kesehatan yang dialami oleh pasien. Pemeriksaan fisik bertujuan utnuk mengumpulkan data tentang kesehatan pasien, menambah informasi, menyangkal data yang diperoleh dari riwayat pasien, mengidentifikasi masalah pasien, menilai perubahan status pasien, dan mengevaluasi pelaksanaan tindakan yang telah diberikan. Dalam melakukan pemeriksaan fisik terdapat teknik dasar yang perlu dipahami, antara lain inspeksi (melihat), palpasi (meraba), perkusi (ketukan), dan auskultasi (mendengar).
Pemeriksaan fisik bisa dilakukan pada seluruh bagian dari tubuh. Mulai dari kepala sampai kaki untuk mengetahui adanya ketidaknormalan pada bayi dan anak.
B. Saran
Sebaiknya pada saat melakukan pemeriksaan fisik pada neonatus dan anak harus dilakukan dengan cermat dan teliti. Supaya dapat terdeteksi jika ada kelainan-kelainan pada neonatus dan anak. Selanjutnya, jika ada kelainan-kelainan yang tidak bisa diatasi, sebaiknya kolaborasi dengan tenaga medis lain, atau di rujuk ke rumah sakit. Sebelum melakukan pemeriksaan fisik perawat diharapkan mengerti dan memahami sifat dan karakter anak pada tiap-tiap tumbuh kembang anak Menjaga dan mempertahankan anak supaya kooperatif dalam pemeriksaan maka sangat perlu dilakukan kerja sama orang-tua, karena orang-tua pemegang keputusan utama dan orang yang paling dekat dengan anak.
TONTON VIDEO TUTORIALNYA
DAFTAR PUSTAKA
Bobak, dkk, 2005. Buku Ajar Keperawatan Maternitas. Jakarta : EGC
Engel, Joyce. 2001. Seri Pedoman Praktis Pengkajian Pediatric. Editor. Setiawan. Edisi 2. Jakarta: EGC
Khoirunnisa, Endang. 2010. Asuhan Kebidanan Neonatus, bayi dan balita. Yogyakarta : Nuha Medika
Matondang, S Corry,dkk. 2000. Diagnosis Fisis pada Anak. Edisi 2. Jakarta: PT Sagung Seto
Muslihatun, Wannur. 2010. Asuhan Bayi dan Balita. Yogyakarta : Fitramaya
Prawirohardjo, Sarwono. 2005. Pelayanan Kesehatan Materil dan Neonatal. Jakarta : EGC
Priharjo, Robert. 1993. Pengkajian Fisik Keperawatan. Jakarta: EGC
Stright, Barbara. 2004. Keperawatan Ibu dan Bayi baru lahir. Jakarta : EGC
Wong, Donna L. 2003. Pedoman Klinis Keperawatan Pediatric. Edisi 4. Jakarta: EGC
EmoticonEmoticon