BAB 1
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Bayi baru lahir atau yang sering disebut neonatus meliputi usia 0-28 hari. selama masa ini bayi memerlukan penyesuain fisiologis dan harus memenuhi sejumlah tugas perkembangan agar mampu mempertahankan fisiknya setelah terpisah dari ibunya. Dari transisi intrauterine ke ekstrauterine diperlukan kemampuan perawat selama periode ini. Merekalah yang membantu ibu dan orang terdekat lain melalui masa transisi untuk menjadi orang tua, melakukan pengakjian awal, mengupayakan lingkungan yang sesuai dengan kebutuhan bayi baru lahir. Perawat juga yang mendukung perubahan fisologis dan biologis bayi serta memantau keadaan bayi selama fase ini (bobak, 2012).
Perwatan bayi baru lahir merupakan asuhan yang diberikan pada bayi tersebut selama jam pertama setelah kelahiran (0-1 jam). Segera setelah lahir harus ada perhatian pada bayi baru lahir mengingat keadaan ketika bayi berada diintrauterine sangat berbeda eksistensinya saat berada diekstrauterin. Pada tahun 2010 kementrian kesehatan RI menyebutkan bahwa masalah utama bayi baru lahir pada masa perinatal dapat menyebabkan kematian, kesakitan kecacatan. Walaupun kebanyakan bayi mampu menyesuaikan diri untuk hidup diluar rahim tanpa banyak kesulitan tetapi kesehatannya bergantung pada bagaimana perwatan yang diterimanya. Perhatian yang seperti itu adalah bagian dari keperawatan yang utuh dalam kelahiran normal dan organisasi dunia WHO tahun 1994 telah menekankan pentingnya pendekatan yang menyeluruh untuk perawatan bayi dan ibu.
B. Tujuan
Agar mahasiswa mampu melakukan perawatan bayi baru lahir.
C. Manfaat
Kebutuhan bayi baru lahir dapat terpenuhi sehingga mampu beradaptasi dengan lingkungan diluar Rahim.
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
TINJAUAN PUSTAKA
A. DEFINISI
Neonatus adalah masa kehidupan pertama diluar rahim sampai dengan usia 28 hari, dimana terjadi perubahan yang sangat besar dari kehidupan didalam rahim menjadi diluar Rahim. Bayi baru lahir normal adalah bayi yang lahir dari kehamilan 37 minggu sampai 42 minggu dan berat badan lahir 2500 gram sampai dengan 4000 gram (Kristiyanasari, 2010).
B. CIRI-CIRI BAYI NORMAL
1. Berat badan 2500-4000 gram
2. Panjang badan lahir 48-52 cm
3. Lingkar dada 30-38 cm
4. Lingkar kepala 33-35 cm
5. Bunyi jantung dalam menit-menit pertama kira-kira 180 kali permenit hingga kemudian menurun setelah tenang menjadi 120-140 kali permenit.
6. Pernapasan menit pertama 80 kali permenit. Kemudian menurun setelah tenang menjadi 30-40 kali permenit.
7. Kulit kemerah-merahan dan licin karena jaringan subkutan cukup terbentuk dan diliputi vernix caseosa.
8. Rambut lanugo tidak terlihat, rambut kepala biasanya telah sempurna
9. Kuku agak panjang dan lemas
10. Genitalia: labia mayora telah menutupi labia minora pada perempuan dan testis sudah turun pada laki-laki.
11. Graff reflex sudah baik.
12. Reflex moro dan hisap juga baik
13. Eliminasi baik, urin dan meconium akan keluar dalam waktu 24 jam peratama. Meconium berwarna hitam kecoklatan.
C. PERUBAHAN YANG TERJADI PADA BAYI BARU LAHIR
1. Perubahan metabolisme karbohidrat
Dalam waktu dua jam setelah lahir akan terjadi penurunan kadar gula darah. Untuk menambah energy, diambil dari hasil metabolism asam lemak. Bila terjadi hipotermi maka metabolisme asam lemak tidak mampu mencukupi kebutuhan neonatus maka kemungkinan bayi akan mengalami hipoglikemi. Hal ini menjadi salah satu alasan menagapa bayi tidak boleh mengalami hipotermi.
2. Perubahan suhu tubuh
Ketika bayi lahir, bayi berada dalam kondisi lingkungan dengan suhu yang lebih rendah dari Rahim ibu. Jika bayi dibiarkan pada suhu ruangan 25ÂșC maka bayi akan kehilangan panas melalui konveksi, evaporasi dan radiasi sebesar 200kal/kg/bb/menit sedangkan produksi panas yang dihasilkan bayi hanya 1/10 dari yang seharusnya. Keadaan ini menyebabkan penurunan suhu sebanyak 2ÂșC dalam waktu 15 menit. Sebagai akibatnya, kebutuhan metabolism meningkat dan kebutuhan oksigen pun juga ikut meningkat.
3. Perubahan pernapasan
Selama dalam uterus janin mendapat pertukaran O2 dari pertukaran gas melalui plasenta yang terhubung dengan ibu. Setelah bayi lahir, maka pertukaran gas melalui paru-paru bayi.
Ransangan untuk gerakan pertama pernapasan ialah
a. Tekanan mekanis dari toraks sewaktu melewati jalan lahir.
b. Penurunan pa O2 dan pa CO2 merangsang kemoreseptor yang terletak di sinus karotis.
c. Ransangan dingin didaerah muka dapat merangsang permukaan gerakan pernapasan.
d. Reflex deflasi hearing breur.
e. Pernapasan pertama bayi baru lahir 30 detik setelah kelahiran, tekanan rongga dada bayi pada saat melalui jalan lahir pervagina mengakibatkan cairan paru-paru (pada bayi normal jumlahnya 80 sampai 100 ml) kehilangan 1/3 dari jumlah cairan tersebut, sehingga cairan yang hilang ini diganti dengan udara.
f. Paru-paru mengembang sehingga rongga dada kembali pada bentuk semula pernapasan pada neonatus terutama pernapasan difragmatik dan abdominal dan biasanya masih tidak teratur frekuensi dan dalamnya pernapasan.
4. Perubahan sirkulasi
Dengan berkembangnya paru-paru mengakibatkan tekanan O2 meningkat dan tekanan CO2 menurun, hal ini mengakibatkan turunnya resistensi pembuluh darah paru sehingga aliran darah ke alat tersebut meningkat, hal ini menyebabkan darah dari arteri pulmonalis mengalir keparu-paru dan Ductus Arteriosus menutup. Dengan menciutnya arteri dan vena umbilcal kemudian tali pusat dipotong aliran darah dari plasenta melalui vena cava inferior dan foramen ovale ke atrium kiri berhenti. Sirkulasi janin sekarang berubah menjadi sirkulasi bayi yang hidup diluar badan ibu.
5. Apgar Score (AS).
Nilai Apgar memungkinkan pengakjian untuk mengetahui perlu tidaknya resusitasi dilakukan dengan cepat. Pengkajian ini dilakukan berdasarkan 5 aspek yang menunjukkan kondisi fisiologis neonatus tersebut yakni: denyut jantung dilakukan dengan auskultasi menggunakan stetoskop. Pernapasan berdasarkan retraksi dinding dada. Tonus otot berdasarkan derajat flexi ekstremitas. Reflex berdasarkan tepukan halus pada telapak kaki dan warna dideskripsikan sebagai pucat, sianotik atau merah muda. Setiap hal tersebut diberi nilai 0, 1 atau 2.
Evaluasi dilakukan pada menit pertama dan menit kelima setelah bayi lahir. Nilai 0-3 mengindikasikan bayi distress berat, nilao 4-6 mengindikasikan kesulitan sedang, nilai 7-10 mengindikasikan bayi tidak sulit menyesuaikan diri dengan keadaan diluar Rahim. Nilai Apgar tidak dapat dipakai untuk memperkirakan gangguan neurologis pada masa yang akan datang.
Tabel APGAR SCORE
Tanda
|
Nilai APGAR
|
|
|
|
0
|
1
|
2
|
Denyut jantung
|
Tak ada
|
Lambat(<100)
|
>100
|
Usaha napas
|
Tak ada
|
Lambat, menangis dengan lemah
|
Menangis dengan baik
|
|
|
|
|
Tonus otot
|
Lemah
|
Ekstremitas sedikit flexi
|
Flexi dengan baik
|
Reflex iritabilitas (respon terhadap kateter yang
dimasukkan kedalam lubang hidung)
|
Tidak ada respon
|
Menyeringai
|
Menangis, Batuk atau bersin
|
warna
|
Biru atau pucat
|
Badan merah muda
Ekstremitas biru
|
Seluruh badan merah muda
|
6. Klasifikasi dan tingkat kematangan bayi baru lahir
BAB 3
PENUTUP
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Bayi baru lahir sangat rentan terhadap perubahan lingkungan. Kesalahan dalam menilai kondisi bayi dan memposisikan bayi dapat menyebabkan kecacatan bahkan kematian pada bayi baru lahir. Ketepatan dalam menilai kondisi bayi oleh seorang perawat memerlukan keterampilan dan harus sesuai dengan standar operasional prosedur. Setiap bayi baru lahir diberikan salep mata dan vitamin K sebagai antisipasi menghindari terjadinya infeksi yang didapat ketika melalui jalan lahir.
B. SARAN
Setiap kali prosedur dilakukan upayakan untuk mencegah atau mengurangi hilangnya panas pada bayi baru lahir dengan cara perawat dapat membantu menstabilkan suhu ruangan 24-25ÂșC, mengeringkan dan membungkus bayi dan memberikan selimut (Aplikasi klinis riset). Posisi bayi sebaiknya berbaring miring dengan diputar kesisi kanan dan diganjal dibagian punggung. Posisi ini untuk memfasilitasi drainase dari mulut dan untuk mempercepat pengosongan kedalam usus kecil.
DAFTAR PUSTAKA
Bobak, Lodermilk & Jensen. (2012). Buku Ajar Keperwatan Maternitas edisi 4. Jakarta: EGC
Holloway, B. W. (2003). Rujukan Cepat Keperawtan Klinis. Jakarta: EGC.
Kristiyanasari, W. (2010). Asuhan Keperawatan Neonatus dan Anak. Yogyakarta: Nuha Medika.
Sukarni, K. I. & Wahyu P. (2013). Buku Ajar Keperawatan Maternitas. Yogyakarta: Nuha Medika
Bayi baru lahir sangat rentan terhadap perubahan lingkungan. Kesalahan dalam menilai kondisi bayi dan memposisikan bayi dapat menyebabkan kecacatan bahkan kematian pada bayi baru lahir. Ketepatan dalam menilai kondisi bayi oleh seorang perawat memerlukan keterampilan dan harus sesuai dengan standar operasional prosedur. Setiap bayi baru lahir diberikan salep mata dan vitamin K sebagai antisipasi menghindari terjadinya infeksi yang didapat ketika melalui jalan lahir.
B. SARAN
Setiap kali prosedur dilakukan upayakan untuk mencegah atau mengurangi hilangnya panas pada bayi baru lahir dengan cara perawat dapat membantu menstabilkan suhu ruangan 24-25ÂșC, mengeringkan dan membungkus bayi dan memberikan selimut (Aplikasi klinis riset). Posisi bayi sebaiknya berbaring miring dengan diputar kesisi kanan dan diganjal dibagian punggung. Posisi ini untuk memfasilitasi drainase dari mulut dan untuk mempercepat pengosongan kedalam usus kecil.
DAFTAR PUSTAKA
Bobak, Lodermilk & Jensen. (2012). Buku Ajar Keperwatan Maternitas edisi 4. Jakarta: EGC
Holloway, B. W. (2003). Rujukan Cepat Keperawtan Klinis. Jakarta: EGC.
Kristiyanasari, W. (2010). Asuhan Keperawatan Neonatus dan Anak. Yogyakarta: Nuha Medika.
Sukarni, K. I. & Wahyu P. (2013). Buku Ajar Keperawatan Maternitas. Yogyakarta: Nuha Medika
EmoticonEmoticon