Spermatogenesis adalah proses pembentukan sperma di dalam
tubula seminiferus. Setiap testis terdiri atas tubula seminiferus yang di
dalamnya menghasilkan miliaran sperma. Dinding tubulus seminiferus dilapisi
oleh sel germinal (spermatogonium) (Bagod Sudjadi dan Siti Laila, 2005: 120). Dipengaruhi
oleh beberapa hormon yaitu :
a. Hormon GnRH
Berfungsi untuk merangsang lobus anterior pituitary untuk
produksi hormon gonadotropin, FSH (Follicle Stimulating Hormone)
dan LH (Luteinizing Hormone)
b. Testosterone
Hormon ini dihasilkan oleh sel-sel leydig yang terdapat
diantara tubula seminiferus. Hormon ini juga untuk membentuk sperma, terutama
pembentukan spermatosit sekunder
c.
Hormon FSH (Follicle Stimulating Hormone)
Hormon ini disekresikan oleh kelenjar pituitari anterior.
Berfungsi untuk merangsang pembentukan sperma secara langsung. Serta merangs
ang sel sertoli untuk meghasilkan ABP (Androgen Binding Protein) untuk
memacu spermatogonium untuk melakukan spermatogenesis
d.
Hormon LH (Luteinizing Hormone)
Hormon
ini disekresikan oleh kelenjar hipofisis anterior.Berfungsi
merangsang sel Leydig untuk memperoleh sekresi testosteron (yaitu suatu hormon
sex yang penting untuk perkembangan sperma).
Secara sederhana proses ini
memproduksi sperma melalui langkah-langkah sebagai berikut ini:
1.
Ketika seorang anak laki-laki mencapai pubertas (dewasa secara biologis)
pada usia 11 sampai 14 tahun, sel induk sperma (spermatogonium) menjadi
diaktifkan oleh sekresi hormon testosteron
2.
Masing-masing spermatogonium membelah secara mitosis beberapa kali untuk
menghasilkan lebih banyak spermatogonium yang masing-masing berisi 46 kromosom
(diploid (2n)) lengkap
3.
Masing-masing spermatongonium terus melakukan pembelahan mitosis untuk
menghasilkan sel anak, sedangkan sebagian lagi membesar menjadi spermatosit
primer dan bergerak ke dalam lumen tubula seminiferus. Oleh karena pembelahan
terjadi secara mitosis maka spermatogonium dan spermatosit primer mempunyai 2n
kromosom (diploid)
4.
Spermatosit primer melakukan meiosis (tahap I) untuk menghasilkan dua
spermatosit sekunder yang berukuran lebih kecil dari spermatosit primer, oleh
karena membelah secara meiosis maka spermatosit sekunder mempunyai 23 kromosom
(haploid (n)). Spermatosit sekunder ini masing-masing memiliki 23 kromosom yang
terdiri atas 22 kromosom tubuh dan satu kromosom kelamin (Y atau X).
5.
Kedua spermatosit sekunder tersebut melakukan meiosis (tahap II) untuk
menghasilkan dua sel lagi yang juga haploid, hasil pembelahan ini disebut
spermatid yang tetap memiliki 23 kromosom, dan diperoleh empat spermatid.
6.
Spermatid kemudian akan mengalami perubahan bentuk (deferensiasi) menjadi
spermatozoa matang tanpa mengalami pembelahan dan bersifat haploid (n) 23
kromosom. Perubahan bentuk ini dinamakan spermiogenesis. Selama
spermatogenesis, sperma yang sedang berkembang itu secara berlahan didorong
kearah tengah tubula seminiferus dan menuju ke epididimis, tempat sperma
mendapatkan motilitasnya (kemampuan bergerak). Proses spermatogonia menjadi sperma
yang mampu bergerak memerlukan waktu sekitar 65 hari sampai 75 hari pada
laki-laki. Semua tahap spermatogenesis terjadi karena adanya pengaruh hormonal
dari sel Leydig dan hipofisis serta pemberian nutrisi dari sel-sel sertoli
(Campbell, et all, 2000: 161).
agian-bagian tersebut terbagi atas 3 bagian utama, yaitu:
1) Bagian Kepala
Pada bagian kepala spermatozoon ini, terdapat inti tebal dengan sedikit
sitoplasma yang diselubungi oleh selubung tebal dan terdapat 23 kromosom dari
sel ayah. Selubung tebal yang dimaksud adalah akrosom, fungsi dari akrosom
adalah sebagai pelindung dan menghasilkan enzim yang berfungsi untuk menembus
sel telur.
2) Bagian Badan
Terdapat mitokondria yang berbentuk spiral dan berukuran besar, berfungsi
sebagai penyedia ATP atau energi untuk pergerakan ekor.
3) Bagian ekor
Pada bagian ekor sperma yang cukup panjang terdapat axial filament pada
bagian dalam, dan membran plasma dibagian luar yang berfungsi untuk pergerakan
sperma
EmoticonEmoticon