BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Derajat kesehatan merupakan pecerminan kesehatan perorangan, kelompok, maupun masyarakat yang digambarkan dengan umur harapan hidup, mortalitas, morbiditas, dan status gizi masyarakat. Sehat dapat mencakup pengertian yang sangat luas, selain bebas dari penyakit tetapi juga tercapainya keadaan kesejahteraan baik fisik, sosial dan mental.
Berdasarkan data WHO, sekitar 12 juta anak di dunia meninggal setiap tahun sebelum mencapai umur 5 tahun. Lebih dari 70% kematian tersebut disebabkan oleh pneumonia, diare, malaria, campak dan gizi buruk (Astuti, 2015). Sedangkan hasil Survey Demografi Kesehatan Indonesia (SDKI) 2007, angka kematian neonatal (AKN), angka kematian bayi (AKB) dan angka kematian balita (AKBA) adalah 19/1000 kelahiran hidup (KH), 34/1000 KH dan 44/1000KH. Artinya, kematian balita (0- 59 bulan) masih tinggi.
Beberapa pelayanan kesehatan sudah berpengalaman dalam mengobati penyakit-penyakit yang umum menyerang anak tersebut, akan tetapi masih menggunakan pedoman terpisah untuk setiap penyakit. Padahal ada beberapa penyakit yang saling berkaitan, misalnya diare berulang seringkali menyebabkan gizi buruk sehingga perawat mengalami kesulitan dalam menggabungkan berbagai pedoman yang terpisah pada saat menangani anak yang menderita beberapa penyakit (Astuti, 2015). Untuk itu, diperlukan kerja keras dalam upaya menurunkan angka kematian tersebut, termasuk diantaranya peningkatan keterampilan perawat sebagai lini terdepan pemberi pelayanan dalam menangani balita sakit (Direktorat Kesehatan Anak, 2011).
B. Rumusan Masalah
Bagaimana konsep dasar mengenai manajemen terpadu balita sakit dan bagaimana melakukan penilaian balita sakit dengan menggunakan pedoman MTBS?
C. Tujuan
Untuk mengetahui konsep dasar mengenai manajemen terpadu balita sakit dan mengetahui penilaian balita sakit dengan menggunakan pedoman MTBS.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Konsep Dasar Manajemen Terpadu Balita Sakit (MTBS)
Manajemen Terpadu Balita Sakit (MTBS) merupakan sebuah program yang bersifat menyeluruh dalam menangani balita sakit yang datang ke pelayanan kesehatan dasar. MTBS merupakan suatu strategi untuk mengurangi mortalitas dan mordibitas dikaitkan dengan penyebab utama penyakit pada balita. Strategi ini memadukan pelayanan terhadap balita sakit dengan cara memadukan intervensi yang terpisah menjadi satu paket tunggal ( Integrated Management of Childhood Illness). Pada dasarnnya metode ini merupakan sebuah strategi menurunkan kematian melalui tiga komponen utama, yaitu dengan meningkatkan keterampilan petugas kesehatan, meningkatkan dukungan sistem kesehatan, dan meningkatkan kemampuan keluarga dan masyarakat.
MTBS merupakan suatu pendekatan keterpaduan dalam tatalaksana balita sakit yang datang berobat ke fasilitas rawat jalan pelayanan kesehatan dasar meliputi upaya kuratif terhadap penyakit pneumonia, diare, campak, malaria, infeksi telinga, malnutrisi dan upaya promotif dan preventif yang meliputi imunisasi, pemberian vitamin A dan konseling pemberian makan. Dalam menangani balita sakit, tenaga kesehatan terutama perawat yang berada di pelayanan dasar dilatih untuk menerapkan pendekatan MTBS secara aktif dan terstruktur: 1. Melakukan penilaian adanya tanda-tanda atau gejala penyakit dengan cara tanya, lihat, dengar, raba 2. Membuat klasifikasi dan menentukan tindakan serta mengobati anak, 3. Memberikan konseling dan pelayanan tindak lanjut pada saat kunjungan ulang (Yulia, 2015).
Manajemen Terpadu Balita Sakit (MTBS) dilaksanakan untuk memperbaiki dan meningkatkan kualitas manajemen program maupun manajernen kasus yang mengacu pada kualitas tatalaksana kasus sehingga angka kematian bayi dan balita dapat diturunkan (Arifien, 2005).
B. Sejarah MTBS
MTBS diadaptasi sejak tahun 1997 atas kerjasama antara Kementerian Kesehatan RI, WHO, Unicef dan IDAI (Ikatan Dokter Anak Indonesia). Manajemen Terpadu Balita Sakit (MTBS) atau Integrated Management of Childhood Illness (IMCI) adalah suatu pendekatan terpadu dalam tatalaksana balita sakit.
MTBS bukan merupakan program kesehatan, tetapi suatu standar pelayanan dan tatalaksana balita sakit secara terpadu di fasilitas kesehatan tingkat dasar. WHO memperkenalkan konsep pendekatan MTBS dimana merupakan strategi upaya pelayanan kesehatan yang ditujukan untuk menurunkan angka kematian dan kesakitan bayi dan anak balita di negara-negara berkembang.
Komponen dalam penerapan strategi MTBS yaitu:
1. Komponen I : meningkatkan ketrampilan petugas kesehatan dalam tatalaksana kasus balita sakit (dokter, perawat, bidan, petugas kesehatan)
2. Komponen II : memperbaiki sistem kesehatan agar penanganan penyakit pada balita lebih efektif.
3. Komponen III : Memperbaiki praktek keluarga dan masyarakat dalam perawatan di rumah dan upaya pencarian pertolongan kasus balita sakit (meningkatkan pemberdayaan keluarga dan masyarakat, yang dikenal sebagai “Manajemen Terpadu Balita Sakit berbasis masyarakat”).
Untuk keberhasilan penerapan MTBS, proporsi penekanan pada ketiga komponen harus sama besar.
C. Tujuan MTBS
Tujuan MTBS yaitu menurunkan secara bermakna angka kematian dan kesakitan yang terkait penyakit tersering pada balita. Selain itu memberikan kontribusi terhadap pertumbuhan dan perkembangan kesehatan anak.
Menurut data Riskesdas tahun 2007, penyebab kematian perinatal 0 – 7 hari terbanyak adalah gangguan/kelainan pernapasan (35,9 %), prematuritas (32,4 %), sepsis (12,0 %).Kematian neonatal 7–29 hari disebabkan oleh sepsis (20,5 %), malformasi kongenital (18,1 %) dan pneumonia (15,4 %). Kematian bayi terbanyak karena diare (42 %) dan pneumonia (24 %), penyebab kematian balita disebabkan diare (25,2 %), pneumonia (15,5 %) dan DBD (6,8 %).
Penyakit-penyakit terbanyak pada balita yang dapat di tata laksana dengan MTBS adalah penyakit yang menjadi penyebab utama kematian, antara lain pneumonia, diare, malaria, campak dan kondisi yang diperberat oleh masalah gizi (malnutrisi dan anemia). Langkah pendekatan pada MTBS adalah dengan menggunakan algoritma sederhana yang digunakan oleh perawat untuk mengatasi masalah kesakitan pada Balita. Bank Dunia, 1993 melaporkan bahwa MTBS merupakan intervensi yang cost effective untuk mengatasi masalah kematian balita yang disebabkan oleh Infeksi Pernapasan Akut (ISPA), diare, campak malaria, kurang gizi, yang sering merupakan kombinasi dari keadaan tersebut.
D. Pelaksana MTBS
1. Tenaga kesehatan di unit rawat jalan tingkat dasar, yaitu paramedis (perawat, bidan) dan dokter,
2. Bukan untuk rawat inap
3. Bukan untuk kader
E. Prinsip MTBS
1. Menanyakan masalah yang dihadapi anak
2. Memeriksa bahaya umum
3. Menanyakan 4 keluhan utama, dilanjutkan dengan penilaian
4. Menanyakan dan memeriksa status gizi
5. Memeriksa status imunisasi dan pemberian vitamin A
6. Menilai masalah / keluhan lain
F. Langkah dalam melaksanakan MTBS
1. Lihat tanda bahaya umum
2. Menanyakan masalah utama
3. Menentukan penilaian
4. Menentukan tindakan
5. Memilih pengobatan
6. Nasehat
G. Penilaian MTBS
Bagian penilaian dan klasifikasi terdiri atas:
1. Menanyakan kepada ibu tentang masalah anak
2. Memeriksa tanda bahaya umum
3. Menilai 4 gejala utama:
a. Batuk atau sukar bernapas
b. Diare
c. Demam
d. Masalah telinga
4. Pemeriksaan status gizi dan anemia
5. Memeriksa status imunisai
6. Menilai masalah lain
Tanda bahaya umum meliputi:
1. Anak tidak mau minum atau menyusui
2. Anak memuntahkan semuanya
3. Anak kejang selama sakit ini atau sedang kejang saat ini
4. Anak letargis atau tidak sadar
Seorang anak dengan tanda bahaya umum berarti mempunyai masalah yang serius. Semua anak dengan tanda bahaya umum membutuhkan rujukan segera ke rumah sakit.
Jika menemkan tanda bahaya umum pada penilaian, harus segera menyelesaikan sisa penilaian dengan cepat. Jika anak harus segera dirujuk, segeralah memberikan tindakan pra-rujukan.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
MTBS merupakan salah satu solusi mengurangi angka kematian dan kesakitan bayi dan balita.MTBS merupakan jenis intervensi yang paling cost effective untuk mengatasi masalah kematian balita yang disebabkan oleh ISPA, diare, campak, malaria, kurang gizi, yang sering merupakan kombinasi dari keadaan tersebut.
Tiga komponen dalam MTBS yaitu meningkatkan keterampilan petugas kesehatan dalamtata laksana kasus, memperbaiki sistem kesehatan agar penanganan penyakit pada balita lebih efektif dan memperbaiki praktik keluarga & masyarakatdalam perawatan di rumah dan pola pencarian pertolongan.
EmoticonEmoticon