Look at this

Jumat, 24 Juli 2020

Makalah Kebidanan: Dukungan Tenanga Kesehatan pada Ibu Hamil selama Masa Kehamilan

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kehamilan merupakan krisis bagi kehidupan keluarga yang dapat diikuti dengan stres dan kecemasan. Perubahan dan adaptasi selama kehamilan, tidak hanya dirasakan oleh ibu tetapi seluruh anggota keluarga. Oleh karena itu, selama kehamilan seluruh anggota keluarga harus terlibat terutama suami.

Ketersediaan dukungan sosial untuk kesejahteraan psikososial ibu hamil adalah hal yang penting. Dukungan dan kasih sayang dari anggota keluarga dapat memberikan perasaan nyaman dan aman ketika ibu merasa takut dan khawatir dengan kehamilannya.

Selain dukungan dari keluarga, ibu hamil juga memerlukan dukungan dari tenaga kesehatan khususnya bidan yang menemani ibu selama masa kehamilannya.


B. Tujuan Masalah

Adapun tujuan penulisan makalah ini adalah : “Untuk menjelaskan tentang Support dari tenaga kesehatan pada ibu hamil”.

C. Rumusan Masalah

Adapun rumusan masalah penulisan makalah ini yaitu : “Bentuk dukungan tenaga kesehatan yang bagaimana yang perlu diberikan pada ibu hamil?”


BAB II

KAJIAN PUSTAKA

KEBUTUHAN PSIKOLOGI IBU HAMIL TRIMESTER I, II, III

Pada Peristiwa Kehamilan merupakan suatu rentang waktu, dimana tidak hanya terjadi perubahan fisiologis, tetapi juga terjadi perubahan psikologis yang memerlukan penyesuaian emosi, pola berpikir, dan perilaku yang berlanjut hingga bayi lahir. Status emosional dan psikologis ibu hamil turut menentukan keadaan yang timbul sebagai akibat atau diperburuk oleh kehamilan, sehingga dapat terjadi pergeseran dimana kehamilan sebagai proses fisiologis menjadi kehamilan patologis.

A. Support Keluarga

Dukungan selama masa kehamilan sangat dibutuhkan bagi seorang wanita yang sedang hamil, terutama dari orang terdekat apalagi bagi ibu yang baru pertama kali hamil. Seorang wanita akan merasa tenang dan nyaman dengan adanya dukungan dan perhatian dari orang – orang terdekat. (Jensen.2004. Buku Ajar Keperawatan Maternitas)

1. Suami

a) Dukungan dan peran serta suami dalam masa kehamilan terbukti meningkatkan kesiapan ibu hamil dalam menghadapi kehamilan dan proses persalinan, bahkan juga memicu produksi ASI. Suami sebagai seorang yang paling dekat, dianggap paling tahu kebutuhan istri. Saat hamil wanita mengalami perubahan baik fisik maupun mental. Tugas penting suami yaitu memberikan perhatian dan membina hubungan baik dengan istri, sehingga istri mengkonsultasikan setiap saat dan setiap masalah yang dialaminya dalam menghadapi kesulitan-kesulitan selama mengalami kehamilan. (Allina Hospitals & Clinics, tahun 2001).

b) Keterlibatan suami sejak awal masa kehamilan, sudah pasti akan mempermudah dan meringankan pasangan dalam menjalani dan mengatasi berbagai perubahan yang terjadi pada tubuhnya akibat hadirnya sesosok “manusia mungil” di dalam perutnya. Bahkan, keikutsertaan suami secara aktif dalam masa kehamilan, dapat mempengaruhi keberhasilan seorang istri dalam mencukupi kebutuhan ASI untuk si bayi kelak sangat ditentukan oleh seberapa besar peran dan keterlibatan suami dalam masa-masa kehamilannya. (Allina Hospitals & Clinics, tahun 2001).

c) Saat hamil merupakan saat yang sensitif bagi seorang wanita, jadi sebisa mungkin seorang suami memberikan suasana yang mendukung perasaan istri, misalnya dengan mengajak istri jalan-jalan ringan, menemani istri ke dokter untuk memeriksakan kehamilannya serta tidak membuat masalah dalam komunikasi. Diperoleh tidaknya dukungan suami tergantung dari keintiman hubungan, ada tidaknya komunikasi yang bermakna, dan ada tidaknya masalah atau kekhawatiran akan bayinya. (Allina Hospitals & Clinics, tahun 2001).

2. Keluarga

a) Lingkungan keluarga yang harmonis ataupun lingkungan tempat tinggal yang kondusif sangat berpengaruh terhadap keadaan emosi ibu hamil. Wanita hamil sering kali mempunyai ketergantungan terhadap orang lain disekitarnya terutama pada ibu primigravida. Keluarga harus menjadi bagian dalam mempersiapkan pasangan menjadi orang tua.

b) Dukungan Keluarga Dapat Berbentuk :

· Ayah – ibu kandung maupun mertua sangat mendukung kehamilan ini.

· Ayah – ibu kandung maupun mertua sering berkunjung dalam periode ini.

· Seluruh keluarga berdoa untuk keselamatan ibu dan bayi.

· Adanya ritual adat istiadat yang memberikan arti tersendiri yang tidak boleh ditinggalkan. (Allina Hospitals & Clinics, tahun 2001).

3. Lingkungan

Dukungan Lingkungan Dapat Berupa :

  • Doa bersama untuk keselamatan ibu dan bayi dari ibu – ibu pengajian/ perkumpulan/ kegiatan yang berhubungan dengan sosial/ keagamaan.
  • Membicarakan dan menasehati tentang pengalamaan hamil dan melahirkan.
  • Adanya diantara mereka yang bersedia mengantarkan ibu untuk periksa.
  • Menunggui ibu ketika melahirkan.Mereka dapat menjadi seperti saudara ibu hamil. (Allina Hospitals & Clinics, tahun 2001)

v Trimester I

· Memberikan Pengertian bahwa perubahan yang terjadi merupakan hal yang normal dapat terjadi pada setiap ibu hamil.

· Bertukar pengalaman yang menyenangkan.

· Suami dapat memberikan dukungan dengan mengerti dan memahami setiap perubahan yang terjadi pada istrinya, memberikan perhatian dengan penuh kasih saying dan berusaha untuk meringankan beban kerja istri.

v Trimester II

· Bersama – sama dengan ibu untuk merencanakan persalinan.

· Ikut mewaspadai adanya komplikasi dan tanda-tanda kehamilan.

· Bersama-sama mempersiapkan suatu rencana apabila terjadi komplikasi.

v Trimester III

  • Keluarga dan suami dapat memberikan dukungan dengan memberikan keterangan tentang persalinan.
  • Tetap memberikan perhatian dan semangat pada ibu selama menunngu persalinannya.
  • Bersama-sama mematangkan persiapan persalinan yang mungkin terjadi.

B. Support Dari Tenaga Kesehatan

Peran bidan dalam perubahan dan adaptasi psikologi adalah dengan memberi support atau dukungan moral bagi klien, meyakinkan bahwa klien dapat menghadapi kehamilannya dan perubahan yang dirasakannya adalah sesuatu yang normal. Bidan harus bekerjasama dan membangun hubungan yang baik dengan klien agar terjalin hubungan yang terbuka antara bidan dan klien. Keterbukaan ini akan mempermudah bidan memberikan solusi terhadap permasalahan yang dihadapi klien.

Bidan juga berfungsi sebagai fasilitator bagi kliennya. Bidan dapat membagi pengalaman yang pernah dirasakan bidan itu sendiri, misalnya jika bidan tersebut juga pernah merasakan kehamilan, hal ini akan membuat klien mengerti akan fungsi bidan yang disatu sisi sebagai seorang bidan dan disisi lain sebagai manusia biasa yang juga merasakan perubahan-perubahan yang terjadi dalam siklus kehidupan. Bidan juga dapat menceritakan pengalaman orang lain sehingga klien mampu membayangkan bagaimana cara mereka sendiri untuk menyelesaikan dan menghadapi masalahnya.

Bidan juga berperan sebagai seorang pendidik, bidan yang memutuskan apa yang harus di beritahukan kepada klien dalam menghadapi kehamilannya agar selalu waspada terhadap perubahan yang terjadi, perilakunya dan bagaimana menghadapi permasalahnnya yang timbul akibat kehamilannya.

Tenaga kesehatan juga dapat memberikan peranannya melalui dukungan, yaitu:

  1. Dukungan Aktif : melalui kelas antenatal.
  2. Dukungan Pasif : dengan memberikan kesempatan kepada ibu hamil yang mengalami masalah untuk berkonsultasi.

Tenaga kesehatan harus mampu mengenali tentang keadaan yang ada disekitar ibu hamil atau pasca bersalin, yaitu:bapak, kakak, dan pengunjung.

(Buku Keperawatan Ibu Hamil).

v Trimester 1

  • Menjelaskan dan meyakinkan pada ibu bahwa apa yang terjadi padanya adalah sesuatu yang normal.
  • Membantu untuk memahami setiap perubahan yang terjadi baik fisik maupun psikologis.
  • Yakinkan bahwa ibu akan mulai merasa lebih baik dan berbahagia pada trimester kedua.

v Trimester II

  • Mengajarkan pada ibu tentang nutrisi, pertumbuhan bayi, tanda – tanda bahaya.
  • Bersama ibu dan keluarga dalam merencanakan kelahiran dan rencana kegawat daruratan.

v Trimester III

  • Memberikan penjelasan bahwa yang dirasakan oleh ibu adalah norma.
  • Menenangkan ibu.
  • Membicarakan kembali dengan ibu bagaimana tanda – tanda persalinan yang sebenarnya.
  • Meyakinkan bahwa anda akan selalu berada bersama ibu untuk membantu melahirkan bayinya.

C. Rasa Aman dan Nyaman Selama Kehamilan

Orang yang paling penting bagi seorang wanita hamil biasanya ialah ayah sang anak. Semakin banyak bukti menunjukan bahwa wanita yang diperhatikan dan dikasihi oleh pasangan prianya selama hamil akan menunjukan lebih sedikit gejala emosi dan fisik, lebih sedikit komplikasi persalinan, dan lebih mudah melakukan penyesuaian selam masa nifas. Ada dua kebutuhan utama yang ditunjukan wanita selama ia hamil, kebutuhan pertama ialah menerima tanda-tanda bahwa ia dicintai dan dihargai. Kebutuhan kedua ialah merasa yakin akan penerimaan pasangannya terhadap sang anak dan mengasimilasi bayi tersebut kadalam keluarga.

Peran keluarga khususnya suami, sangat diperlukan bagi seorang wanita hamil. Keterlibatan dan dukungan yang diberikan suami kepada kehamilan akan mempererat hubungan antara ayah anak dan suami istri. Dukungan yang diperoleh oleh ibu hamil akan membuatnya lebih tenang dan nyaman dalam kehamilannya. Hal ini akan memberikan kehamilan yang sehat. Dukungan yang dapat diberikan oleh suami misalnya dengan mengantar ibu memeriksakan kehamilan, memenuhi keinginan ibu hamil yang ngidam, mengingatkan minum tablet besi, maupun membantu ibu malakukan kegiatan rumah tangga selama ibu hamil. Walaupun suami melakukan hal kecil namun mempunyai makna yang tinggi dalam meningkatkan keadaan psikologis ibu hamil ke arah yang lebih baik. (Buku Keperawatan Ibu Hamil).

Untuk menciptakan rasa nyaman juga dapat ditempuh dengan senam untuk memperkuat otot – otot mengatur posisi untuk mengatasi nyeri punggung akibat janin, mengatur berbagai sikap tubuh untuk meredakan nyeri dan pegal, sikap berdiri yang membuat bayi leluasa, melatih sikap santai untuk menenangkan pikiran, menenangkan tubuh, melakukan relaksasi sentuhan, dan teknik pemijatan.

D. Persiapan Menjadi Orang Tua

1. Kehamilan dan peran sebagai orang tua dapat dianggap sebagai masa transisi atau peralihan.

2. Terlihat adanya peralihan yang sangat besar akibat kelahiran dan peran yang baru, serta ketidak pastian yang terjadi sampai peran yang baru ini dapat disatukan dengan anggota keluarga yang baru.

Untuk pasangan baru, kehamilan merupakan kondisi perubahan dari masa anak menjadi orang tua, dan apabila kehamilan berakhir maka akan bertambah tanggung jawab keluarga. Suami akan mengalami perubahan menjadi orang tua, seperti bertambahnya tanggung jawab. Selama periode prenatal, ibu ialah satu-satunya pihak yang membentuk lingkungan tempat janin tumbuh dan berkembang.

Reaksi pertama seorang pria ketika mengetahui dirinya akan menjadi seorang ayah maka timbulnya kebanggaan atas kemampuannya mempunyai keturunan bercampur dan keprihatinan akan persiapannya menjadi seorang ayah dan pencari nafkah untuk keluarganya. Seorang calon ayah mungkin akan sangat memperhatikan keadaan ibu yang sedang hamil dan menghindari se ks karena takut akan mencederai bayinya. Disamping respon yang diperhatikannya, seorang ayah perlu dapat memahami keadaan ini dan menerimanya.

Steele dan Pollack (1968) menyatakan bahwa menjadi orang tua merupakan proses yang terdiri dari dua komponen. Komponen pertama, bersifat praktis dan mekanis, melibatkan keterampilan kognitif dan motorik. Komponen kedua, bersifat emosional, melibabkan keterampilan kognetif dan efektif. Kedua componen ini penting untuk perkembangan dan keberadaan bayi.

3. Keterampilan Kognitif – Motorik

Dalam proses ini orang tua melibatkan aktifitas perawatan anak, seperti memberi makan, menjaganya dari bahaya, memungkinkannya untuk bisa bergerak. Kemampuan ini dipengaruhi oleh pengalaman pribadinya dan budayanya. Banyak orang tua harus belajar untuk melakukan tugas ini dan proses belajar ini mungkin sukar bagi mereka. Akan tetapi, hampir semua orang tua memiliki keinginan untuk belajar dan dibantu dukungan orang lain menjadi terbiasa dengan aktifitas merawat anak.

4. Keterampilan Kognitif-Efektif

Komponen pskologis menjadi orang tua, sifat keibuan atau kebapakkan tampaknya berakar dari pengalaman orang tua dimasa kecil saat mengalami dan menerima kasih sayang dari ibunya. Dalam hal ini orang tua bisa dikatakan mewarisi kemampuan untuk menunjukkan perhatian dan kelembutan. Keterampilan kognitif-efektif menjadi oarang tua ini meliputi sikap yang lembut, waspada dan memberi perhatian lepada bayinya. (Buku Keperawatan Ibu Hamil).

Segala persiapan menjadi orangg tua harus direncanakan sedini mungkin diantranya :

  • Bersama-sama dengan pasangan selama kehamilan dan saat melahirkan untuk sailing berbagi pengalaman yang unik tentang setiap kejadian yang dialami oleh masing-masing.
  • Berdiskusi dengan pasangan tentang apa yang dilakukan untuk menghadapi status berbagai orang tua, seperti :

1) Akomodasi bagi calon bayi.

2) Menyiapkan tambahan penghasilan.

3) Bagaimana apabila nanti tibanya saat ibu harus kembali bekeja.

4) Apa saja yang diperlukan untuk merawat bayi.

3 tahap seorang ibu hamil dalam melakukan persiapan menjadi orang tua:

  1. Taking on : meniru dan bermain peran
  2. Taking in : mencobakan dan berfantasi
  3. Letting go : melakukan kegiatan nyata

E. Persiapan Siblin g

Kehadiaran seorang adik yang baru dapat merupakan krisis utama bagi seorang anak. Anak sering mengalami perasaan kehilangan atau merasa cemburu karena digantikan oleh bayi yang baru. Beberapa faktor yang mempengaruhi respon seorang anak adalah umur, sikap orang tua, peran ayah, lama wakt berpisah dengan ibu, peraturah kunjungan dirumah sakit dan bagaimana anak itu dipersiapkan untuk suatu perubahan.

Ibu yang mempunyai anak harus menyediakan banyak waktu dan tenaga untuk mengorganisasi kembali hubungannya dengan anak-anaknya ia perlu mempersiapkan anak-anaknya untuk menyambut kelahiran sang bayi dan melalui proses perubahan peran dalam keluarga dengan melibatkan anak-anaknya yang lebih besar karena mereka kehilangan tempat.

Usia dan tingkat perkembangan anak mempengaruhi respon mereka. Oleh karena itu persiapan harus memenuhi kebutuhan setiap anak. Anak yang berusia kurang dari dua tahun menunjukan minat kecil terhadap kehamilannya. Bagi anak yang lebih tua, pengalaman ini akan mengurangi rasa takut dan konsep yang salah. Dengan diberi penjelasan dan pengertian anak biasanya tidak akan merasa disisihkan dan akan merasa senang dengan kehadiran adiknya yang bisa dijadikan teman.

Untuk mempersiapkan sang kakak dalam menerima adiknya dapat dilakukan dengan :

  • Menceritakan mengenai calon adik yang sesuai dengan usia dan kemampuanya untuk memahami,tetapi tidak pada usia kehamilan muda karena anak akan cepat bosan.
  • Jangan sampai dia menghetaui calon adiknya dari orang lain.
  • Biarkan dia merasakan gerakan dan bunyi jantung adiknya.
  • Gunakan gambar-gambar mengenai cara perawatan bayi
  • Sediakan bukuu yang menjelaskan dengan muudah tentang kehamilan, persalinan dan perawatan bayi.
  • Memperkenalkkan pengasuh.
  • Beri kesempatan suami untuk turut mengurusinya agar anak sadar bahwa bukan hanya ibu yang dapat menyiapkan mkannya atau memenuhi tidurnya,tetapi ayah juga.
  • Perlihatkan cita ibu pada anak tertua.
  • Apabila sang kakak mengatakan ketidak sukaan pada sang adik, maka jangan panic.
  • Tidak boleh memberikan kesan bahwa ada hal yangn mungkin anak rasakan tapi tidak dapat dibicarakan.
  • Tetapkan jadwal mandi dan waktu tidur bersama-sama dengan anak bebrapa bulan sebelum tiba saat melahirkan sehingga anak terbiasa dengan rutinitas yang terjadi setelah melahirkan.
  • Jika punya kesempatan, mulailah menempatkan anak pada kelompook bermain sebelum lahir.
  • Upayakan waktu berjauhan denga anak sesingkat mungkin, agar anak merasakan tidak diabaikan.
  • Ajaklah anak untuk mengunjungi adikanya di RS,dengan memastikan bahwa ibu tidak sedang menyusui,teapi biarkan bayi tetap di box nya.
  • Ketika anak mengunjungi adiknya di RS tunjukann perhatiann pada anak dan katakanlah bahwa sangat rindu padanya, atau berikan hadiah kecil dari adiknnya.

BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

  1. Dukungan selama masa kehamilan sangat dibutuhkan bagi seorang wanita yang sedang hamil, terutama dari orang terdekat apalagi bagi ibu yang baru pertama kali hamil.
  2. Bidan berperan memberikan support dan dukungan moral bagi klien dalam menghadapi perubahan fisik dan adaptasi psikologis.
  3. Dalam memberikan support kepada ibu hamil, bidan juga berperan sebagai fasilitator dan pendidik

B. Saran

Sebagai tenaga kesehatan hendaknya kita senantiasa memberikan dukungan/ support kepada setiap ibu hamil agar supaya mereka dapat menerima perubahan fisik dan psikologis yang mereka alami dan dapat memperoleh dukungan moral yang dapat membuat mereka lebih nyaman dalam menjalani kehamilannya.

DAFTAR PUSTAKA

Asrinah, dkk. 2010. Asuhan Kebidanan Masa Kehamilan. Graha Ilmu: Yogyakarta.

Bryar. Rosamund. 2008. Teori Praktik Kebidanan. Jakarta: EGC

Henderson, Christine, Kathleen Jones. 2005. Buku ajar konsep kebidanan. Jakarta: EGC.

Kusmiyati, Yuni. Dan Heni puji Wahyuningsih. 2009. Perawatan Ibu Hamil (Asuhan Ibu Hamil). Yogyakarta: Fitramaya.

Rukiah, Ai yeyen. Dkk. 2009. Asuhan Kebidanan I (Kehamilan). Jakarta: TIM.
Salmah. dkk. 2006. Asuhan Kebidanan Antenatal. Jakarta: EGC


EmoticonEmoticon

About