Look at this

Rabu, 06 Desember 2017

Makalah Pemeriksaan fisik pada Ibu Hamil beserta SOP

Tags

WELCOME MAHASISWA  STASE KEPERAWATAN MATERNITAS! YUK SIMAK MAKALAH PEMERIKSAAN KESEHATAN PADA IBU HAMIL DI BAWAH INI.
BAB I
PENDAHULUAN

A.            Latar Belakang
Pemeriksaan kehamilan adalah pengawasan terhadap ibu hamil dengan mempersiapkan sebaik-baiknya fisik dan mental ibu dalam kehamilan, persalinan dan post partum sehingga selalu dalam keadaan sehat dan normal (Prawiroharjo, 2002). Pemeriksaan fisik merupakan salah satu cara untuk mengetahui gejala atau masalah kesehatan yang dialami klien. Pemeriksaan fisik bertujuan untuk mengumpulkan data tentang kesehatan pasien, menambah informasi, menyangkal data yang diperoleh dari riwayat pasien, mengidentifikasi masalah pasien, menilai perubahan status pasien, dan mengevaluasi pelaksaan tindakan yang telah diberikan.
Dalam melakukan pemeriksaan fisik terdapat teknik dasar yang perlu dipahami, antara lain inspeksi (melihat), palpasi (meraba), perkusi (ketukan), dan auskultasi (mendengar). Kunjungan pemeriksaan fisik kehamilan adalah kontak ibu hamil dengan pemberi perawatan/asuhan dalam mengkaji kesehatan dan kesejahteraan bayi serta kesempatan untuk memperoleh informasi dan memberi informasi bagi ibu dan petugas kesehatan (Henderson, 2006).

B.            Rumusan Masalah
1.            Apa pengertian dari pemeriksaan fisik ibu hamil ?
2.            Apa tujuan dari pemeriksaan fisik ibu hamil ?
3.            Bagaimana cara melakukan pemeriksaan fisik ibu hamil ?
4.            Bagaimana standar operasional prosedur pada pemeriksaan fisik ibu hamil ?

C.            Tujuan
1.            Untuk mengetahui pengertian dari pemeriksaan fisik ibu hamil
2.            Untuk mengetahui tujuan dari pemeriksaan fisik ibu hamil
3.            Untuk mengetahui cara melakukan pemeriksaan fisik ibu hamil
4.            Untuk mengetahui standar operasional prosedur pada pemeriksaan fisik ibu hamil
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A.            Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan fisik ibu hamil merupakan pemeriksaan ibu hamil baik fisik dan mental serta menyelamatkan ibu dan anak dalam kehamilan, persalinan dan masa nifas sehingga mampu menghadapi persalinan, kala nifas, persiapan pemberian ASI dan kembalinya kesehatan reproduksi secara wajar (Manuaba, 2008).
Pemeriksaan dilakukan pada klien yang baru pertama kali datang pemeriksaan, ini dilakukan dengan lengkap. Pada pemeriksaan ulangan, dilakukan yang perlu saja jadi tidak semuanya. Waktu persalinan, untuk penderita yang belum pernah diperiksa dilakukan dengan lengkap bila masih ada waktu dan bagi ibu yang pernah periksa dilakukan yang perlu saja.

B.            Pemeriksaan Fisik Pada Ibu Hamil
Pemeriksaan pada ibu hamil dapat dilakukan dengan beberapa pemeriksaan secara umum, meliputi pemeriksaan umum dan pemeriksaan kebidanan.
1.            Pemeriksaan Umum
Pemeriksaan pada ibu hamil bertujuan untuk menilai keadaan umum ibu, status gizi, tingat kesadaran, serta ada tidaknya kelainan bentuk badan. Selain itu pemeriksaan umum juga meliputi pemeriksaan, jantung, paru, reflex, serta tanda-tanda vital seperti tekanan darah, denyut nadi, suhu dan pernafasan.
Umur kehamilan                               Tinggi fundus uteri
20 minggu                                          18 cm
24 minggu                                          20 cm
28 minggu                                          24,5 cm
32 minggu                                          28 cm
36 minggu                                          31,5 cm
40 minggu                                                 35 cm
Jelaskan pada ibu bahwa perutnya akan semakin membesar karena pertumbuhan janin. Pada kunjungan pertama, tingginya fundus dicocokkan dengan perhitungan umur kehamilan hanya dapat diperkirakan dari hari pertama haid (HPHT). Bila HPHT tidak diketahui maka umur kehamilan hanya dapat diperkirakan dari tingginya fundus uteri. Pada setiap kunjungan, tingginya fundus uteri perlu diperiksa untuk melihat pertumbuhan janin normal, terlalu kecil atau terlalu besar.

2.            Pemeriksaan Kebidanan
a.            Inspeksi
Dilakukan untuk menilai keadaan ada tidaknya cloasma gravidarum pada muka/wajah, pucat atau tidak, pada selaput mata, ada tidaknya edema. Pemeriksaan selanjutnya adalah leher untuk menilai ada tidaknya pembesaran kelenjar gondok/kelenjar limfe. Pemeriksaan dada untuk menilai apakah perut membesar kedepan atau kesamping dan pemeriksaan ekstremistar untuk menilai ada tidaknya varises (dari ujung rambut hingga ujung kaki) (Keterampilan Dasar Praktik Klinik).

b.            Palpasi
Dilakukan untuk menentukan besarnya rahim dengan menentukan usia kehamilan serta menentukan letak janin atau rahim. Pemeriksaan ini dilakukan dengan beberapa metode yaitu :
1)            Leopold I
Digunakan untuk menentukan usia kehamilan dan bagian apa yang ada dalam fundus. Cara pelaksanaannya adalah:
a)            Pemeriksa menghadap pasien
b)            Kedua tangan meraba bagian fundus dan mengukur beberapa tinggi fundus uteri.
c)            Meraba bagian apa yang ada didalam fundus. Jika teraba benda bulat, melenting, mudah digerakkan, maka itu adalah kepala. Namun jika teraba benda bulat,besar, lunak, tidak melentingdan susah digerakkan maka itu adalah bokong.
2)            Leopold II
Leopold II ini digunakan untuk menentukan bagian janin yang ada disebelah kanan atau kiri. Cara pelaksanaannya sebagai berikut.
a)            Kedua tangan pemeriksa berada di sebelah kanan dan kiri perut ibu.
b)            Ketika memeriksa sebelah kanan, maka tangan kanan menahan perut sebelah kiri kea arah kanan.
c)            Raba perut sebelah kanan menggunakan tangan kiri dan rasakan bagian apa yang ada di sebelah kanan (jika teraba benda yang rata, atau tidak teraba bagian kecil, terasa ada tahanan, maka itu adalah punggung bayi, namun jika teraba bagian-bagian yang kecil dan menonjol maka itu adalah bagian kecil janin).
3.            Leopold III
Leopold III ini digunakan untuk menentukan bagian janin yang ada dibawah uterus. Cara pelaksanaannya adalah sebagai berikut:
a)            Tangan kiri menahan fundus uteri.
b)            Tangan kanan meraba bagian yang ada di bagian bawah uterus. Jika teraba bagian tang bulat, melenting keras, dan dapat digoyangkan maka itu adalah kepala. Namun jika teraba bagian yang bulat, besar, lunak, dan sulit digerakkan, maka itu adalah bokong. Jika dibagian bawah tidak ditemukan kedua bagian seperti yang diatas, maka pertimbangan apakah janin dalam letak melintang.
c)            Pada letak sungsang (melintang) dapat dirasakan ketika tangan kanan menggoyangkan bagian bawah, tangan kiri akan merasakan ballottement (pantulan dari kepala janin, terutama ini ditemukan pada usia kehamilan 5-7 bulan).
d)            Tangan kanan meraba bagian bawah (jika teraba kepala, goyangkan, jika masih mudah digoyangkan, berarti kepala belum masuk panggul, namun jika tidak dapat digoyangkan, berarti kepala sudah masuk panggul). Lalu lanjutkan pada pemeriksaan Leopold VI untuk mengetahui seberapa jauh kepala sudah masuk panggul.
4.            Leopold IV
Leopald IV ini digunakan untuk menentukan apa yanag menjadi bagian bawah dan seberapa masuknya, bagian bawah tersebut ke dalam rongga panggul. Cara pelaksanaannya sebagai berikut.
a)            Pemeriksa menghadap ke kaki pasien
b)            Kedua tangan meraba bagian janin yang ada dibawah
c)            Jika teraba kepala, tempatkan kedua tangan di dua belah pihak yang berlawanandi bagian bawah
d)            Jika kedua tangan konvergen (dapat saling bertemu) berarti kepala belum masuk ke panggul
e)            Jika kedua tangan divergen (tidak saling bertemu) berarti kepala sudah masuk ke panggul ( Asuhan kebidanan pada masa kehamilan).
c.             Auskultasi
Dilakukan umumnya dengan stetoskop monoaural untuk mendengarkan bunyi jantung anak, bising pusat, gerakan anak, bising rahim, bunyi aorta, serta bising usus. Bunyi jantung anak dapat didengar pada akhir bulan ke-5, walaupun dengan ultrasonografi dapat diketahui pada pada akhir bulan ke-3. Bunyi jantung anak dapat di dengar dikiri dan kanan dibawah pusat bila presentasi kepala. Bila terdengar setinggi pusat, maka presentasi bokong. Bila pada pihak berlawanan dengan bagian kecil, maka anak fleksi dan bila sepihak maka defleksi. Dalam keadaan sehat, bunyi jantung antara 120-140 kali per menit. Bunyi jantung dihitung dengan mendengarkannya selama satu menit penuh. Bila kurang dari 120 kali per menit atau lebih dari 140 per menit, kemungkinan janin dalam keadaan gawat janin. Selain bunyi jantung anak, dapat didengarkan bising tali pusat seperti meniup. Kemudian bising rahim seperti bising yang frekuensinya sama seperti denyut nadi ibu, bunyi aorta frekuensinya sama seperti denyut nadi dan bising usus yang sifatnya tidak teratur (Keterampilan Dasar Praktik Klinik).
d.            Perkusi reflex patella
Refleks Patela (KPR) : ketukan pada tendon patella dengan hammer. Respon : plantar fleksi longlegs karena kontraksi m.quadrises femoris (Keterampilan Dasar Praktik Klinik).

C.            Peralatan Pemeriksaan
Alat yang dipakai bervariasi namun yang terpenting adalah bagaimana seorang perawat memanfaatkan mata, telinga, hidung dan tangannya untukk mengetahui hamper semua hal penting tentang ibu hamil yang diperiksanya.Peralatan hanyalah penunjang bila ada dapat membantu pemeriksaan bila tidak semua tersedia, pemeriksaan kehamilan dapat dilakukan dengan baik dengan ketrampilan memanfaatkan inderanya dan mempunyai kemampuan untuk menilai serta menangkap hal-hal yang perlu diperhatikan pada ibu hamil.Peralatan yang dipergunakan harus dalam keadaan bersih dan siap pakai.
Adapun alat – alat yang dibutuhkan untuk pemeriksaan ibu hamil diantaranya adalah:
1.            Timbangan
2.            Stetoskop
3.            Termometer
4.            Meteran
5.            Tensimeter
6.            Fetoskop
7.            Reflex patela
8.            Selimut
9.            Handscoon
10.          Kapas steril
11.          Kassa steril
12.          Alkohol
13.          Sabun antiseptik

D.            Prinsip Pelaksaan Pemeriksaan Fisik
Prinsip pada melakukan pemeriksaan fisik pada ibu hamil antara lain :
1.            Cuci tangan sebelum melakukan pemeriksaan.
2.            Pastikan bahwa kuku jari bersih tidak panjang, sehingga tidak menyakiti pasien.
3.            Terlebih dahulu hangatkan tangan dengan air hangat sebelum menyentuh pasien atau gosok bersama-sama kedua telapak tangan dengan telapak tangan satunya.
4.            Jelaskan pada pasien secara umum apa yang akan dilakukan.
5.            Gunakan sentuhan yang lembut tetapi,tidak menggelitik pasien dan cukup kuat untuk memeperoleh informasi yamg akurat.
6.            Buatlah pendekatan dan sentuhan sehingga menghargai jasmani pasien dengan baik, serta sesuai dengan hak pasien terhadap kepantasan dan atas hak pribadi.
7.            Tutupi badan pasien selama pemeriksaan dan hanya bagian yang di periksa yang terbuka.

E.            Pemeriksaan fisik umum :
a.            Tinggi Badan
b.            Berat badan
c.             Tanda – tanda vital : tekanan darah, denyut nadi, suhu

F.            Pemeriksaan fisik khusus :
a.            Kepala dan leher:
1)            Edema diwajah
2)            Ikterus pada mata
3)            Mulut pucat
4)            Leher : meliputi pembengkakan saluran limfe atau pembengkakan kelenjar thyroid

b.            Pemeriksaan ekstremitas :
Untuk melihat adanya edema pada jari (perhatikan apakah cincin menjadi terlalu sempit dan tanyakan apakah lebih sempit dari biasanya, tanyakan juga apakah ia tidak mengenakan cincin yang biasa ia kenakan karena sudah terlalu sempit, atau apakah ia memindahkan cinicin tersebut ke jari yang lain).

c.             Pemeriksaan ekstremitas bawah untuk meilhat adanya :
1)            Edema pada pergelangan kaki dan pretibia
2)            Refleks tendon dalam pada kuadrisep (kedutan-lutut (knet-jerk)
3)            Varises dan tanda humans, jika ada indikasi.

d.            Payudara:
1)            Ukuran simetris
2)            Putting menonjol / masuk
3)            keluarnya kolostrom atau cairan lain
4)            Retraksi
5)            Massa
6)            Nodul axilla

e.            Abdomen
Pemeriksaan abdomen untuk mengetahui :
1)            Letak, presentasi, posisi, dan jumlah(jika>36 minggu)
2)            Penancapan (engagement)
3)            Pengukuran tinggi fundus (jika>12 minggu)
4)            Evaluasi kasar volume cairan amnion
5)            Observasi atau palpasi gerakan janin.
6)            Perkiraan berat badan janin (bandingkan dengan perkiraan berat badan pada kinjungan sebelumnya)
7)            Denyut jantung janin (catat frekuemsi dam lokasinya ) (jika>18 minggu)

f.             Genetalia luar (externa)
1)            Varises
2)            Perdarahan
3)            Luka
4)            Cairan yang keluar
5)            Pengeluaran dari uretra dan skene
6)            Kelenjar bartholini : bengkak (massa), ciaran yang keluar

g.            Genetalia dalam (interna)
1)            Servik meliputi cairan yang keluar, luka (lesi), kelunakan, posisi, mobilitas, tertutup atau terbuka
2)            Vagina meliputi cairan yang keluar, luka, darah
3)            Ukuran adneksa, bentuk, posisi, nyeri, kelunakan, massa (pada trimester pertama)
4)            Uterus meliputi : ukuran, bentuk, mobilitas, kelunakan, massa pada trimester petama.

h.            Pemeriksaan Panggul
Setelah pemeriksaan awal, bidan harus melakukan beberapa atau semua komponen pemeriksaan panggul berikut sesuai indikasi, yakni:
1)            Pemeriksaan dengan speculum jika wanita tersebut mengeluh terdapat rabas pervagina.
a)            Perhatikan adanya tanda-tanda infeksi vagima yang muncul dan ambil materi untuk pemeriksaan diagnostic dengan menggunakan preparat apusan basah; ambil specimen gonokokus dan klamidia untuk tes diagnostic.
b)            Evaluasi terapi yang telah dilakukan untuk mengatasi infeksi vagina (tes penyembuhan) jika muncul gejala; evaluasi tidak perlu dilakukan bila wanita tidak menunjukkan gejala
c)            Ulangi pap smear, jika diperlukan
d)            Ulangi tes diagnostic gonokokus dan klamidia pada trimester ke tiga.
e)            Konfirmasi atau singkirkan kemungkinan pecah ketuban dini
2)            Pelvimetri klinis pada akhir trimester ketiga jika panggul perlu dievaluasi ulang atau jika tidak memungkinkan untuk memperoleh informasi ini pada pemeriksaan awal karena wanita tersebut menolak diperiksa.
3)            Pemeriksaan dalam jika wanita menunjukkan tanda/ gejala persalinan premature untuk mengkaji:
a)            Konsistensi serviks
b)            Penipisan (effacement)
c)            Pembukaan
d)            Kondisi membrane
e)            Penancapan / stasiun
f)             Bagian presentasi
Beberapa pemeriksa juga melakukan pemeriksaan pervaginan secara rutin pada kehamilan 40 minggu menurut penanggalan dan setelahnya guna menentukan “kematangan” (kesiapan)seviks untuk menghadapi persalinan. Banyak pemeriksa, meski tidak semua, yakin bahwa mereka harus melakukan pemeriksaan panggul pada kehamilan 36 minggu termasuk mengulangipelvimetri klinis, mengambil specimen untuk tes diagnostic gonokokus, klamidia dan GBS dan mengevaluasi kondisi serviks. Para pemeriksa memandang hal ini sebagai bagian evaluasi ulang total pada seorang wanita pada saat tersebut. Evaluasi ulang total ini juga mencakup setiap tes laboratorium.
i.              Pemeriksaan fisik, waspadai tiap ketidak sesuaian antara cerita pasien dan hasil pemeriksaan fisik.

j.             Diskusikan semua hal yang ditemukan pada pasien (Asuhan Kebidanan Antenatal:).




BAB III
PENUTUP

A.            Kesimpulan
Pemeriksaan kehamilan adalah pengawasan terhadap ibu hamil degan mempersiapakn sebaik-baiknya fisik dan mental ibu dalam kehamilan, persalinan dan post partum sehingga selalu dalam keadaan sehat dan normal (Prawiroharjo, 2002).
Pemeriksaan fisik ibu pada kehamilan dilakukan melalui pemeriksaam pandang (inspeksi0, pemeriksaan raba (palpasi), periksa dengar (auskultasi), periksa ketuk (perkusi) yang dalam pelaksanaannya dilakukan secara sistematis atau berurutan. Pemeriksaan fisik berguna untuk mengetahui keadaan kesehatan ibu dan janin serta perubahan yang terjadi pada suatu pemeriksaan ke pemeriksaan berikutnya. Pada pemeriksaa pertama perlu ditentukan apakah ibu sedang hamil, dan bila hamil maka perlu ditentukan umur kehamilannya. Pada setiap pemeriksaan kehamilan dengan melihat dan meraba ditentukan apakah ibu sehat dan janin tumbuh dengan baik. Tinggi fundus uteri sesuai dengan perhitungan umut kehamilan dan pada umur kehamilan lebih lanjut ditentukan letak janin.

B.            Saran
Semoga makalah ini bermanfaat dan dapat menambah wawasan bagi pembaca. Penulis menyadari banyak kekurangan dalam penyusunan makalah ini. Untuk penyempurnaan kami mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari pembaca.




Daftar Pustaka

Henderson. C., Jones, K. 2006. Buku Ajar Konsep Kebidanan. Jakarta: EGC
Hidayat, Aziz Alimul. 2006. Keterampilan Dasar Praktik Klinik Kebidanan. Jakarta: Salemba Medika
Manuaba, IBG. 2008. Ilmu Kebidanan, Penyakit Kandungan & Keluarga Berencana Untuk Pendidikan Bidan. Jakarta: EGC
Marmi. 2011. Asuhan Kebidanan Pada Masa Antenatal. Yogyakarta: Pustaka Pelajar
Prawiroharjo, Sarwono. 2005. Ilmu Kebidanan. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka
Salmah, dkk. 2006. Asuhan Kebidanan Antenatal. Jakarta: EGC




This Is The Oldest Page

2 komentar

Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.


EmoticonEmoticon

About